Jayapura (Antara Papua) - Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Komarudin Watubun melakukan ssosialisasi empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

"Rabu (6/4) pagi saya berkunjung ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, selain menyerap aspirasi juga menyosialisasikan empat pilar kebangsaan," katanya saat berada di Kota Jayapura, Papua, Kamis.

Dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, di hadapan masyarakat, pemuda, perempuan dan pemangku kepentingan, kata Komarudin.

Dia menyampaikan bahwa nilai sosial Pancasila banyak dilaksanakan dan terdapat di Provinsi Papua.

"Misalnya nilai gotong-royong, musyawarah untuk mufakat dan makan bersama dengan rakyat pada acara tradisi bakar batu ada di Papua," katanya.

"Lalu, menjaga kebhinekaan yang terdiri dari ratusan bahasa, aneka tarian dan kuliner lokal yang tak kalah sehat seperti makanan papeda atau keladi. Nilai keadilan sosial yang terbagi kepada seluruh rakyat dalam adat Papua sangat dijunjung tinggi," katanya.

Sementara di perkotaan, kata Komarudin yang juga Ketua Kehormatan DPP PDI Perjuangan itu, nilai-nilai Pancasila mulai tergerus, dikalahkan dengan nilai-nilai ideologi materialisme.

"Ciri-ciri nilai materialisme disamping membuat masyarakat jadi terkelas-kelas, juga menyebarkan individualisme, hedonisme, liberalis dan nilai-nilai yang menjadikan masyarakat sakit," katanya.

Masyarakat Papua masa kini bisa dikatakan sebagai "cagar alam" Pancasila yang semakin terkoneksi dengan transportasi dan telekomunikasi menuju ke arah pembangunan yang dikombinasikan dengan nilai-nilai lokalnya.

"Tidak lama lagi, jika tidak mendapat perhatian kita bersama, nilai-nilai itu akan sama tergerusnya dengan daerah lain. Jika ada penilaian masyarakat mana Indonesia yang masih praktkan nilai Pancasila sudah pasti jawabannya adalah masyarakat Papua," katanya.

Bhineka Tunggal Ika, kata dia, slogan Pancasila nampak jelas ada di Papua. Sumpah Pemuda yang dikatakan bahasa satu, bahasa Indonesia, juga ada di Papua.

"Makanya `cagar alam` Pancasila ini harus dijaga keutuhannya oleh pemerintah dan masyarakat Papua. Jangan sampai ada pendapat yang masih mencurigai atau buruk sangka kepada masyarakat Papua soal disintegrasi. Tidak ada kekuatan logika apapun, yang ada hanya logika kekuatan," katanya.

Selain itu, Komarudin menyampaikan juga tentang NKRI yang di dalamnya soal eksistensi Indonesia, kesiapan rakyat dan pemimpin.

"Juga tentang Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945. Dimana perbedaan kita dalam adat istiadat kita masing-masing satu dalam keutuhan bangsa dan negara Indonesia, yang tercantum dalam UUD 1945," kata Komarudin yang juga anggota DPR RI. (*)

Pewarta : Pewarta: Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024