Timika (Antara Papua) - Sekolah Dasar YPPK Seminari St Yohanes Pembaptis milik Keuskupan Timika, Papua memprioritaskan penerimaan siswa baru dari dua suku asli di wilayah itu yakni Suku Amungme dan Suku Kamoro.

Kepala SD YPPK Seminari St Yohanes Pembaptis Timika Suster Maria Bernarda PRR di Timika, Jumat, mengatakan sekolahnya menargetkan menerima 100 siswa pada tahun ajaran baru mendatang.

"Kami akan terima siswa baru untuk empat rombongan belajar. Khusus untuk putra daerah, tahun ini kami prioritaskan Suku Amungme dan Kamoro karena tahun-tahun sebelumnya yang lebih menonjol dari suku-suku lain seperti Suku Moni," jelas Suster Bernarda.

Menurut dia, semua siswa yang berasal dari suku asli Papua terutama dari kalangan tujuh suku di Mimika akan menempati Asrama Solus Populi yang masih berada dalam satu kompleks dengan sekolah yang terletak di Kampung Karang Senang-SP3 Timika.

"Kami tidak bisa memastikan seberapa banyak nanti siswa baru Suku Amungme dan Kamoro yang diterima di sekolah ini. Semuanya tergantung kapasitas di asrama. Yang jelas kami tidak bisa membatasi. Kalau mereka mau sekolah, tentu kami tetap menerima mereka," ujar Suster Bernarda.

Pihak sekolah telah menginformasikan penerimaan siswa baru dengan prioritas Suku Amungme dan Kamoro ke kampung-kampung di wilayah pesisir dan pedalaman Mimika.

Suster Bernarda berharap para orang tua siswa dari kedua suku tersebut merelakan anak-anak mereka dididik di sekolah SD YPPK Seminari St Yohanes Pembaptis dan Asrama Solus Populi Timika.

Ia mengeluhkan masih rendahnya kesadaran siswa dari kedua suku tersebut untuk mengikuti pelajaran secara kontinyu di sekolah dan asrama.

Pulang berbulan-bulan
Dari jumlah 366 siswa yang tercatat pada awal tahun ajaran baru 2016/2017, siswa yang aktif hanya sekitar 312 orang.

54 siswa lainnya yang umumnya berasal dari Suku Amungme dan Kamoro belum dapat mengikuti pelajaran secara kontinyu lantaran sering pulang ke kampung untuk menemui orang tua mereka hingga berbulan-bulan.

"Yang lain itu pergi-pulang ke kampung untuk jenguk orang tua sampai dua tiga bulan. Saat mereka pergi, biasanya berkelompok, tanpa pemberitahuan ke sekolah dan asrama. Mereka jalan sesuka hati, tanpa rasa takut kepada guru-guru dan suster-suster pembina," jelas Suster Bernarda.

Meski menghadapi kondisi seperti itu, pihak SD YPPK Seminari St Yohanes Pembaptis dan Asrama Solus Populi Timika terus memberikan pembinaan agar siswa terutama dari suku asli lebih disiplin dan betah belajar.

Sebab hanya melalui pendidikan yang berkualitas, katanya, para generasi masa depan Suku Amungme dan Kamoro itu bisa bersaing di berbagai profesi pada masa mendatang.

"Kalau tidak ditanamkan disiplin dari kecil, nanti setelah dewasa mereka tetap membawa kebiasaan seperti itu. Sekarang era persaingan, siapa yang siap maka dia akan punya masa depan. Salah satu persiapan menghadapi era persaingan di masa depan itu yaitu sekolah harus rajin dan giat belajar. Kami minta orang tua untuk dukung anak-anak mereka sekolah yang rajin," pesan Suster Bernarda.

Sekolah YPPK Seminari St Yohanes Pembaptis dan Asrama Solus Populi SP3 Timika merupakan lembaga pendidikan milik Keuskupan Timika yang dikelola oleh Suster-suster dari Biara Putri Reinha Rosari (PRR) yang berpusat di Lebao, Larantuka, Nusa Tenggara Timur.

Guna mendukung operasional sekolah tersebut, Keuskupan Timika bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yaitu lembaga nirlaba yang mengelola dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk pengembangan masyarakat tujuh suku di Kabupaten Mimika. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024