Pada setiap kesempatan ketika ditanya media tentang siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019, Jokowi menjelaskan pihaknya masih mempertimbangkan hal tersebut.

Tenggat waktu pencalonan presiden dan wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum memang masih sekitar tiga bulanan lagi, yaitu pada 4-10 Agustus 2018.

Kendati demikian, sudah ada tokoh-tokoh yang "percaya diri" diajukan oleh 'timnya" untuk menjadi calon wakil presiden dalam Pilpres 2019, antara lain Muhaimin Iskandar atau dikenal dengan Cak Imin yang kini juga sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.

Poster-poster maupun "banner" mengenai pencalonan Cak Imin sebagai Cawapres 2019 sudah terpampang di beberapa daerah, antara lain Solo, Jawa Tengah, hingga Provinsi Bali.

Bahkan pada November 2017, ada kelompok yang menamakan dirinya Relawan Jokowi-Cak Imin atau "Relawan Kocak" mendeklarasikan dukungannya bagi kedua tokoh itu.

Menanggapi dukungan pencalonan Cak Imin sebagai pasangannya pada Pilpres 2019, Presiden Jokowi mengapresiasi keinginan tersebut.

"Bagus, bagus. Semakin banyak calon semakin bagus. Setiap hari komunikasi bagus (dengan Cak Imin)," ujar Jokowi pada Rabu (7/3).

Namun demikian, Presiden menyampaikan nama-nama cawapres pendamping dalam Pilpres 2019 masih dalam "penggodokan", baik di partai pendukung maupun internal Presiden Jokowi.

Berbeda lagi dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, yang diundang Presiden Joko Widodo ke istana.

Sewaktu kegiatan mengetes motor "chopper" Royal Enfield 350 milik Jokowi, Airlangga datang pagi-pagi juga untuk "jogging" bersama sang Presiden.

Selain motor chopper Presiden yang berwarna kuning keemasan, pakaian yang dikenakan Jokowi juga kaos berwarna kuning, pas dengan warna kebesaran partai berlambang beringin itu.

Kepada media, Jokowi mengaku membahas beberapa hal bersama Airlangga usai jogging dan melihat-lihat si chopper di halaman belakang Istana Kepresidenan Bogor.

"Ngobrol yang ringan-ringan mengenai Golkar, mengenai cawapres, bicara masalah negara. Ya macem-macem, namanya sambil 'jogging' kan 'gak papa'," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Mengenai Calon Wakil Presiden 2019 gandengan Jokowi, dirinya membahas bersama Airlangga mengenai kriteria calon wapres yang diidamkan partai Golkar.

Sekali lagi, dalam pertemuan yang dilakukan pada Sabtu (24/3) itu, Jokowi menyampaikan pihaknya masih "menggodok" nama-nama yang mungkin sebagai Calon Wapres 2019.

Airlangga pun, ketika ditanya kriteria Cawapres 2019, menjelaskan tokoh tersebut harus mendukung program Presiden Joko Widodo.

Selain itu, dalam kesempatan lain, Ketua Umum Partai Golkar menyatakan dukungan mengenai capres dan cawapres pada Pilpres 2019 harus merupakan keputusan organisasi secara bulat dari suatu partai politik.

"Kedua, tentu bisa sama-sama menjaga integrasi bangsa," ujar Airlangga.

Sementara itu, politisi PDI Perjuangan Puan Maharani yang namanya juga digadang-gadang sebagai Cawapres 2019 mengatakan partainya masih berkomunikasi mengenai tokoh yang akan diamanatkan sebagai Cawapres.

Puan yang juga menjabat sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menjelaskan kriteria Cawapres dari partainya adalah tokoh yang memiliki pandangan politis dan visi yang sejalan dengan Capres dari PDI-P nantinya.

Bisa nambah suara di wilayah-wilayah yang memang kemudian suara presiden mungkin masih perlu penambahan, yang pasti harus bisa kerja sama, ujar Puan.

Partai berlambang banteng itu diakui Puan juga masih mempertimbangkan siapa nama yang akan diajukan mengisi Cawapres secara resmi pada Pilpres 2019.

Yang dipastikan itu semuanya mulai melakukan silaturahmi ke partai politik, semuanya menjalin pembicaraan dan silaturahmi. Tentu saja juga untuk mematangkan kira-kira ke depannya ini bagaimana dan siapa, ujarnya.

Masukan Ulama

Sejumlah ulama dari daerah-daerah yang menyambangi Presiden Joko Widodo di istana pun menyampaikan harapannya terkait calon wapres Jokowi pada Pilpres 2019.

Rais Syuriah NU Depok Zainuddin Maksum Ali menyampaikan unsur ulama juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan cawapres.

Zainuddin mengatakan ulama yang dipasangkan sebagai cawapres diusulkan tokoh yang dapat mewarnai ulama dan menyuarakan kepentingan seluruh umat.

"Beliau hanya tertawa saja. Bilang ke kita tunggu, karena ini capres-cawapres ada undang-undangnya minimal 20 persen dan seterusnya. Nanti menunggu setelah pilkada, baru beliau menyampaikan tentang posisi presiden maupun wakil presiden," ujar Zainuddin menjelaskan respons Presiden dalam pertemuan pada Selasa (10/4).

Kemudian Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Abdul Hafiz Anshari mengatakan pihaknya berharap tokoh cawapres pilihan Jokowi nanti memiliki kemampuan, kapasitas, dan kapabilitas sebagai pendamping Presiden yang memiliki nuansa keagamaan.

Keagamaan yang moderat untuk kepentingan seluruh masyarakat menjadi fokus dari harapan Abdul Hafiz.

"Karena Indonesia ini, apapun alasannya, adalah negara yang agamis. Karena itu kita berharap ada yang mendampingi beliau itu memiliki kepedulian dan memiliki kemampuan yang cukup di keagamaan. Sehingga kehidupan kita, masyarakat kita, betul-betul diarahkan ke kehidupan yang agamis," kata Abdul.

Presiden Jokowi mengatakan saat menghadiri Konvensi Nasional Galang Kemajuan (GK) di Bogor, sejumlah tantangan dan rintangan membangun bangsa masih terus dihadapi.

Pemerintah, ujar Jokowi, terus mencari jalan keluar terbaik yang mengutamakan semua kepentingan.

Dia juga menekankan bahwa menjadi seorang pemimpin di Indonesia harus memberikan semangat optimisme membangun bangsa.

"Kita memang harus tahan uji dan harus tahan banting, harus kerja kerja, harus berusaha. Jangan malah berbicara pesimis 2030 bubar. Pemimpin itu harus memberikan optimisme kepada rakyatnya. Pemimpin itu harus memberi semangat kepada rakyatnya. Meskipun tantangannya berat, meskipun tantangannya tidak gampang," kata Jokowi.

Membangun bangsa yang besar memang tidak mudah. Keragaman dan kekayaan bangsa harus terus dijaga persatuannya. Perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi tidak boleh merusak kesatuan bangsa ini yang dibangun dari perjuangan berbagai suku, agama dan ras.

Persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus tetap utuh, walau perbedaan pandangan, keragaman dan pilihan di negeri ini akan kembali diuji dalam kontestasi 2019 nanti.

Siapapun pilihan capresnya, siapapun cawapresnya, atau apapun perbedaan kepala daerahnya nanti, Presiden Jokowi terus mengingatkan masyarakat tidak termakan emosi yang dapat mengorbankan persatuan bangsa.

"Pilih pemimpin yang paling baik. Setelah coblos, rukun kembali sebagai saudara sebangsa dan setanah air, bersama-sama membangun negara ini," ujar Jokowi yang berulang kali menyampaikannya saat "blusukan" di daerah-daerah. (*)

Pewarta : Bayu Prasetyo
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024