Jayapura (Antaranews Papua) - Manajemen Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Papua dan Papua Barat tengah melirik potensi sagu lokal karena dianggap dapat dioptimalkan sebagai pengganti beras untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

"Informasinya lahan sagu ada empat juta hektare, dan Jepang selama ini sudah mengimpor sagu. Kalau dari luar saja sudah mengonsumsi sagu berarti ada keunggulan dari kandungan yang ada di sagu," ujar Kepala Bulog Divre Papua dan Papua Barat Muhammad, di Jayapura, Minggu.

Ia menjelaskan kebijakan ini sejalan dengan keinginan Penjabat Gubernur Papua yang meminta seluruh stakeholder untuk lebih memberdayakan potensi lokal, terutama sagu.

Menurut dia sudah ada produk beras yang dibuat dari sagu, namun hal tersebut masih dilakukan oleh pihak swasta dan Bulog akan melihat hal tersebut untuk melihat peluang perkembangannya.

"Sebagaimana imbauan dari Penjabat Gubernur, nanti akan ada produk beras analog yang dibuat dari sagu. Nanti Bulog akan lihat bagaimana rasanya, mungkin kita bisa promosikan dan bahkan untuk daerah pegunungan bisa mengoptimalkan potensi sagu," kata dia.

Fauzi menyebut wacana untuk memberdayakan sagu tersebut sejalan dengan tema perayaan ulang tahun Bulog ke-51, yaitu "Kreasi Tiada Henti".

Menurut diaBulog akan terus menciptakan produk-produk pangan untuk penyediaan kebutuhan masyarakat, utamanya dalam menyambut puasa dan lebaran.

"Sagu ini potensinya besar sekali dan kalau kita bisa olah dapat dijadikan bahan pokok masyarakat yang ada di pegunungan," katanya.

Ia pun menambahkan selama satu bulan ini Bulog sudah memetakan jumlah kebutuhan bahan pokok. masyarakat untuk Ramadhan, diantaranya beras, gula pasir dan minyak goreng.

Kemudian untuk komoditi yang sifatnya musiman seperti bawang dan cabai, Bulog juga sudah memetakannya.

"Untuk memasok bawang mungkin kita akan datangkan dari Enrekang, Sulawesi Selatan, dan cabai kita akan ambil di Merauke," kata Fauzi. (*)

Pewarta : Dhias Suwandi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024