Kompetisi olahraga tak cuma bisa diikuti oleh mereka yang berbadan tegap dengan otot-otot menonjol.

Di eSports di mana game online dianggap jadi olahraga, postur tubuh sang gamer bukan pertimbangan utama, melainkan kemampuan dalam  mengatur strategi agar bisa memenangi pertandingan.

Bermain gim terkesan hanya untuk bersenang-senang dan hiburan, bukan untuk olahraga.

Tapi Ketua Asosiasi eSports Indonesia (IeSPA) Eddy Lim di Jakarta, beberapa waktu lalu menjelaskan alasan mengapa gim itu juga bisa dikategorikan sebagai olahraga.

Pertama, eSports dimainkan oleh manusia dan ada unsur kompetisi di dalam gim. Itulah yang membuat eSports bisa masuk dalam kategori olahraga.

Lagi pula, tidak semua atlet identik dengan otot-otot besar. Ada juga atlet yang perawakannya sedang-sedang saja dengan otot kecil, sebut saja atlet catur, bridge, panahan dan menembak.

Justru eSports membuka peluang bagi siapa pun yang kemampuan fisiknya rata-rata, atau mereka yang punya keterbatasan fisik, untuk ikut kompetisi olahraga.

"Tidak perlu badan besar, semua bisa main eSports," kata Eddy.

Yang penting, orang tersebut harus unggul di bidang logika eksakta karena eSports menuntut pemain untuk menganalisa permainan lawan, kemudian mengatur strategi untuk menghadapinya.

Tidak semua harus cumlaude, tapi matematika atau fisika harus bagus.

Keunggulan membuat strategi ini dapat membuat pemain menumbangkan lawan dalam waktu sesingkat mungkin.

Bermain gim untuk hiburan tentu berbeda dengan bermain gim secara profesional dalam eSports. Dalam eSports, ada kompetisi antar pemain dengan peraturan tertentu.

Ia optimistis eSports akan semakin berkembang di Indonesia karena sebagian besar generasi muda menyukai gim.

"Popularitas eSports akan melejit," katanya.

Perdana di Asian Games 2018

Untuk pertama kalinya cabang eSports dipertandingkan pada pesta olahraga Asian Games 2018. Namun statusnya adalah pertandingan demonstrasi atau eksibisi sehingga perolehan medali tidak dihitung untuk  peringkat negara peserta.

Pertandingan eSports dimulai Minggu (26/8) hingga 1 September di Britama Arena-Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta.

Kompetisi perdana dibuka dengan Arena of Valor yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB hingga 21.30 WIB.

Selain Arena of Valor, permainan yang ditandingkan di eSports meliputi Clash Royale (27 Agustus), League of Legends (27-29 Agustus), Starcraft II (30 Agustus), Hearthstone (31 Agustus) dan Pro Evolution Soccer 2018 (1 September).

Gim terakhir paling memperlihatkan unsur olahraga karena mengangkat tema sepak bola.

Seri gim keluaran perusahaan Konami ini pertama dikenal sebagai gim konsol pada 1995.
Kini, gim ini juga bisa dimainkan di perangkat komputer, PlayStation, Xbox One juga perangkat seluler. Secara global, seri gim ini sudah terjual lebih dari 100 juta kopi. Tangkapan layar game Pro Evolution Soccer (PES) 2018 di perangkat Android. (ANTARA News/Google Play Store)
"Saya rasa PES2018 dipilih karena permainan ini cukup bersahabat dengan mereka yang bahkan jarang bermain game," kata Takayuki Kurumada, Deputy Division Director of Promotion Planning Division, Konami Digital Entertainment Co., Ltd.

"Ditambah lagi PES juga memiliki banyak persamaan dengan olahraga sepakbola."

Menonton pertandingan olahraga secara langsung di lapangan itu menyenangkan. Menurut Eddy, hal yang sama juga berlaku ketika menonton kompetisi eSports.

Mantan pemain nasional sepak bola Ponaryo Astaman mengamini apa kata Eddy. Esports bakal menarik untuk ditonton karena punya unsur kompetisi di mana pemainnya menghadapi tantangan seperti di cabang olahraga lain.

"Saya juga suka main gim ini untuk hiburan... Nilai kompetisinya sama seperti olahraga fisik," kata Ponaryo.

Setia Widianto dan Elga Cahya Putra adalah atlet perwakilan Indonesia dalam Asian Games 2018 untuk kompetisi PES.

Elga, yang sejak kecil sering bermain gim di tempat rental Play Station, tak cuma melatih kemampuan, tetapi juga mental untuk melawan pemain-pemain dari negara lain.

Tidak cuma melatih kemampuan individu, Elga dan Setya juga harus mengasah kerjasama dan kekompakan karena ada pertandingan tim.

Ada delapan negara yang berkompetisi di Pro Evolution Soccer. Mereka dibagi jadi dua grup. Grup A terdiri dari Iran, Hong Kong, Kazakhstan dan Malaysia, sementara Grup B diisi Indonesia, Vietnam, Jepang dan India.

Mereka bersaing dalam format round-robin dengan total tiga pertandingan. Ada pertandingan satu lawan satu dan dua lawan dua.

Dari seluruh pesaing, Setia berpendapat Jepang dan Vietnam merupakan lawan berat yang sudah punya pemain-pemain kelas dunia.

"Vietnam juga baru-baru ini jadi juara di Asia Tenggara, Malaysia juga berat," katanya.

Proses latihan eSports berbanding terbalik dengan olahraga lain yang semakin intensif jelang pertandingan. Justru, para atlet diminta untuk tidak terlalu sering bermain gim. Mereka malah diminta untuk melatih kebugaran fisik agar bisa konsentrasi lebih lama saat bertanding.

Eddy berpendapat, kemampuan para gamer rata-rata tak jauh berbeda, yang membuat salah satu lebih unggul adalah daya konsentrasinya.

"Ketika konsentrasi turun, mereka akan kalah," ujar dia.

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024