Timika (Antaranews Papua) - Gereja Katolik Keuskupan Timika, Mimika, Papua, melalui Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi menggelar pameran pangan lokal dalam rangka merayakan Hari Pangan Sedunia ke-38 di Timika, Selasa.

Uskup Kesukupan Timika, Mgr. Jhon Philipus Saklil mengatakan akhir-akhir ini terjadi krisis pangan di sejumlah belahan dunia. Di Mimika, warga suku Kamoro semakin sulit mengakses dusun mereka (untuk mendapat sagu) karena jauh.

"Banyak orang Kamoro akhirnya tidak makan sagu. Anak-anak kemudian dibiasakan makan nasi untuk itu dengan pameran ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap pangan lokal khusus sagu," kata Uskup Jhon.

Ia juga mengatakan dusun sagu masyarakat juga banyak yang telah dialihfungsikan menjadi area pembangunan termasuk diganti dengan perkebunan sawit.

"Pesan saya kepada Bupati bahwa jangan ganti sagu dengan sawit sebab orang Kamoro tidak makan sawit," ujarnya.

Pimpinan gereja Katolik di Mimika itu juga meminta dukungan dan kerja sama semua pihak terutama pemkab Mimika untuk mendorong terciptanya satu peraturan daerah yang melindungi dusun-dusun masyarakat.

"Orang Papua bisa hidup tanpa uang tetapi orang Papua tidak bisa hidup tanpa dusun. Kenapa di daerah lain bisa ada perda terkait perlindungan dusun masyarakat, kenapa di Mimika tidak bisa," ujarnya.

Senada dengan Uskup Jhon, tokoh masyarakat suku Kamoro, Siprianus Operawiri juga mengajak masyarakat pemilik hak ulayat untuk tidak menjual tanah. Ia juga meminta semua pemangku kepentingan untuk ambil bagian membina masyarakat asli Kamoro mengelola sumber daya alam khususnya pangan lokal mereka yaitu sagu.

Manager Community Economic Development PT Freeport Indonesia Yohanes B Wahan mengatakan Freeport terus berkomitmen mengembangkan masyarakat lima kampung yang terkena dampak tailing Freeport dan terbukti melalui program-program yang telah dilaksanakan termasuk kerja sama dengan Koperasi Maria Bintang Laut untuk pengembangan masyarakat lima kampung.

Sementara itu, Sekda Mimika Ausilius You juga mengatakan akan mendorong agar ada peraturan daerah untuk melindungi dusun masyarakat.

Selain itu, Ausilius juga berharap agar masyarakat Papua mengelola kekayaan alam secara khusus mengembangkan pangan lokal sebab menurutnya pangan lokal mulai ditinggalkan masyarakat.

Pada pameran pangan lokal yang digelar selama tiga hari mulai Selasa (23/10) - Kamis (25/10) itu juga menampilkan demo cara membakar sagu dan kepiting khas suku Kamoro.

Sementara itu, peserta pameran yang secara khusus adalah masyarakat suku Kamoro tersebut menampilkan aneka pangan lokal seperti sagu, ikan, kepiting, siput, dan produk olahan berbahan dasar sagu.

Pewarta : Jeremias Rahadat
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024