Biak (Antaranews Papua) - Kelompok Kerja (Pokja) Perempuan dan Anak Dewan Adat Papua (DAP) menemukan indikasi terjadinya perubahan perilaku budaya dalam kehidupan kalangan perempuan dan anak di lingkungan keluarga orang asli Papua (OAP).
"Pengaruh perilaku perubahan budaya terhadap perempuan dan anak warga asli Papua diakibatkan karena adanya tuntutan gaya hidup yang diterima perempuan dalam keseharian serta rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM)," ujar Ketua Pokja Perempuan dan Anak DAP Irene Waromi seusai temu multipihak bersama pemerintah, toko adat, tokoh agama dan LSM di Biak, Rabu.
Irene menyebut perubahan perilaku dialami perempuan dan anak Papua setelah dilakukan penelitian dengan melibatkan Universitas Papua, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Pusat Studi Wanita Uncen Jayapura dan Dewan Adat.
Dari hasil penelitian terhadap keberadaan perempuan dan anak asli Papua, menurut Irene, telah dilakukan uji coba di Kabupaten Manokwari untuk Provinsi Papua Barat dan Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
"Dari kajian hasil penelitian pokja dewan adat Papua maka diperluas ke tujuh kabupaten yang mewakili wilayah adat di Papua dan Papua Barat terdiri Kabupaten Manokwari, Kaimana, Wamena, Keerom, Merauke, Biak Numfor serta Kabupaten Dogiai," ujar Irene Waromi.
Irene menyebut ada tiga strategi yang dilakukan pokja perempuan dewan adat Paua dalam mengkaji perubahan perilaku perempuan anak asli Papua, di antaranya assessment atau penilaian, perencanaan isu program yang tepat serta melakukan dialog langsung ke rumah keluarga untuk bercerita secara individu.
"Dari hasil diskusi langsung diperoleh terhadap perempuan dan anak maka dilakukan diskusi dengan penyedia layanan seperti pemerintah daerah hingga membuat rekomendasi terhadap prioritas program untuk ditindaklanjuti bersama," ujarnya.
Berbagai kegiatan pertemuan multi pihak dilakukan pokja dewan adat Papua terhadap perempuan dan anak, menurut Irene, sepenuhnya didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak melalui deputi partisipasi masyarakat dan keagamaan.
"Perlu menggalakkan program membangun kesadaran pola pikir dan revolusi mental untuk perempuan dan anak asli orang Papua," harap Irene Waromi.
Sementara itu, peneliti Pokja Perempuan Dewan Adat Papua Imelda Baransano mengharapkan pertemuan multi pihak digagas pokja perempuan dewan adat Papua dapat melahirkan gagasan program yang tepat dan menyentuh kebutuhan perempuan dan anak di Kabupaten Biak Numfor.
"Hasil penelitian kami terhadap perilaku perempuan dan anak asli Papua di lingkungan keluarga sudah bergeser dari kebiasaan adat istiadat budaya warga lokal Papua," katanya.
Imelda mencontohkan adanya pergeseran budaya di kalangan perempuan dan anak warga asli Papua, di antaranya anak dan ibu dan bapak dalam lingkungan keluarga sudah banyak tidak makan bersama dalam satu meja seperti dilakukan orang tua mereka tempo dulu.
Adanya pergeseran budaya perempuan dan anak di Biak, menurut Imelda, pada temuan penelitiannya ada anak dalam keluarga melakukan perkawinan dengan ibu tirinya.
"Ya kondisi ini sangat memprihatinkan karena adanya perubahan perilaku dikalangan perempuan dan anak yang tak lagi memperhatikan budaya orang asli Papua," ujar Imelda.
Pelaksanaan temu multi pihak pokja perempuan dewan adat Papua dibuka Asisten II Sekretaris Daerah Biak Ferry Betay diikuti 40 peserta perwakilan pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat, perempuan serta kalangan LSM berlangsung di Hotel Instia Biak Kota.
"Pengaruh perilaku perubahan budaya terhadap perempuan dan anak warga asli Papua diakibatkan karena adanya tuntutan gaya hidup yang diterima perempuan dalam keseharian serta rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM)," ujar Ketua Pokja Perempuan dan Anak DAP Irene Waromi seusai temu multipihak bersama pemerintah, toko adat, tokoh agama dan LSM di Biak, Rabu.
Irene menyebut perubahan perilaku dialami perempuan dan anak Papua setelah dilakukan penelitian dengan melibatkan Universitas Papua, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Pusat Studi Wanita Uncen Jayapura dan Dewan Adat.
Dari hasil penelitian terhadap keberadaan perempuan dan anak asli Papua, menurut Irene, telah dilakukan uji coba di Kabupaten Manokwari untuk Provinsi Papua Barat dan Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
"Dari kajian hasil penelitian pokja dewan adat Papua maka diperluas ke tujuh kabupaten yang mewakili wilayah adat di Papua dan Papua Barat terdiri Kabupaten Manokwari, Kaimana, Wamena, Keerom, Merauke, Biak Numfor serta Kabupaten Dogiai," ujar Irene Waromi.
Irene menyebut ada tiga strategi yang dilakukan pokja perempuan dewan adat Paua dalam mengkaji perubahan perilaku perempuan anak asli Papua, di antaranya assessment atau penilaian, perencanaan isu program yang tepat serta melakukan dialog langsung ke rumah keluarga untuk bercerita secara individu.
"Dari hasil diskusi langsung diperoleh terhadap perempuan dan anak maka dilakukan diskusi dengan penyedia layanan seperti pemerintah daerah hingga membuat rekomendasi terhadap prioritas program untuk ditindaklanjuti bersama," ujarnya.
Berbagai kegiatan pertemuan multi pihak dilakukan pokja dewan adat Papua terhadap perempuan dan anak, menurut Irene, sepenuhnya didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak melalui deputi partisipasi masyarakat dan keagamaan.
"Perlu menggalakkan program membangun kesadaran pola pikir dan revolusi mental untuk perempuan dan anak asli orang Papua," harap Irene Waromi.
Sementara itu, peneliti Pokja Perempuan Dewan Adat Papua Imelda Baransano mengharapkan pertemuan multi pihak digagas pokja perempuan dewan adat Papua dapat melahirkan gagasan program yang tepat dan menyentuh kebutuhan perempuan dan anak di Kabupaten Biak Numfor.
"Hasil penelitian kami terhadap perilaku perempuan dan anak asli Papua di lingkungan keluarga sudah bergeser dari kebiasaan adat istiadat budaya warga lokal Papua," katanya.
Imelda mencontohkan adanya pergeseran budaya di kalangan perempuan dan anak warga asli Papua, di antaranya anak dan ibu dan bapak dalam lingkungan keluarga sudah banyak tidak makan bersama dalam satu meja seperti dilakukan orang tua mereka tempo dulu.
Adanya pergeseran budaya perempuan dan anak di Biak, menurut Imelda, pada temuan penelitiannya ada anak dalam keluarga melakukan perkawinan dengan ibu tirinya.
"Ya kondisi ini sangat memprihatinkan karena adanya perubahan perilaku dikalangan perempuan dan anak yang tak lagi memperhatikan budaya orang asli Papua," ujar Imelda.
Pelaksanaan temu multi pihak pokja perempuan dewan adat Papua dibuka Asisten II Sekretaris Daerah Biak Ferry Betay diikuti 40 peserta perwakilan pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat, perempuan serta kalangan LSM berlangsung di Hotel Instia Biak Kota.