Jakarta (ANTARA) - Faktor tuan rumah dalam setiap penyelenggaraan ajang olahraga apapun kerap berperan besar terhadap kesuksesan penampilan, tidak terkecuali juga dalam sepak bola.
Bahkan, juara bertahan Chile mengangkat trofi pertama Copa America mereka kala jadi tuan rumah pada 2015 lalu, sebelum kemudian sukses mempertahankannya dalam edisi khusus seabad setahun kemudian.
Brazil punya rekam jejak positif yakni selalu keluar sebagai juara dalam empat kesempatan sebelumnya menjadi tuan rumah Copa America maupun ketika kompetisi masih mengusung nama Kejuaraan Amerika Selatan (1916 s.d. 1967). Mereka bisa memperpanjangnya menjadi lima kali dalam lima kesempatan.
Setelah berhasil melenggang menjuarai penyisihan Grup A, Brazil kini dihadapkan melawan Paraguay, tim yang di atas kertas punya keberuntungan sangat besar tetap lolos tanpa meraih satu kemenangan pun.
Paraguay lolos sebagai satu dari dua posisi ketiga terbaik fase grup hanya mengoleksi dua poin dan defisit satu gol, yang membuat mereka mengungguli tim undangan Jepang yang menempati peringkat ketiga Grup C dengan raihan dua poin dan defisit empat gol.
Kendati melangkah dengan keberuntungan, Eduardo Berizzo boleh berharap mereka bisa mengulangi keberhasilan menyingkirkan Brazil dari babak perempat final edisi 2015 silam.
Namun, dua hal itu saja yang menjadi modal Paraguay, mengingat di fase grup di Brazil mereka tampil jauh di bawah harapan, bahkan kesulitan menghadapi tim undangan debutan, Qatar, di laga pembuka dan cukup beruntung memperoleh satu poin dari hasil imbang 2-2 kala itu.
Penampilan mereka di laga kedua kontra Argentina sedikit lebih baik, namun itu pun tak dibarengi kemampuan memanfaatkan kesempatan krusial berupa tendangan penalti untuk memastikan kemenangan dan akhirnya hanya main imbang 1-1.
Bahkan, ketika Kolombia --tim pertama yang lolos ke perempat final-- menurunkan sejumlah pilihan kedua di laga pamungkas, Paraguay cuma bisa mengimbangi permainan bukan menyamakan skor.
Jika Paraguay tidak melakukan perubahan penampilan drastis di perempat final nanti, La Albirroja hampir tak punya kesempatan untuk mengalahkan Brazil. Sebab dari tiga pertandingan di Grup B, Paraguay begitu banyak terkendala urusan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Brazil sempat mengalami hal serupa di dua pertandingan pertama Grup A, namun sukses mengatasinya ketika mencukur Peru lima gol tanpa balas di laga pamungkas. Skor itu masih jadi selisih kemenangan paling telak di Copa America 2019.
Semua aspek jelas menempatkan Brazil sebagai unggulan dibandingkan Paraguay, namun setidaknya 90 menit waktu normal harus rampung digelar dulu di Stadion Gremio Arena, Porto Alegre, pada Jumat (28/6) pagi WIB.
Faktor Everton
Absennya Neymar membuka kesempatan ada sorotan anyar di kubu Brazil pada putaran final Copa America 2019. Setelah Philippe Coutinho sempat menyokong di laga pertama, secara keseluruhan lampu sorot kini mengarah ke satu nama yakni Everton Soares.
Pemain sayap Gremio itu boleh dibilang menjadi pemain yang paling mencuri perhatian di antara skuat Brazil dalam Copa America 2019, kecuali jika Anda begitu menyukai bagaimana Roberto Firmino mencetak gol dengan gerakan khasnya tendangan tanpa melihat dalam laga melawan Peru.
Pelatih kepala Tite akhirnya luluh memberikan tempat utama bagi Everton di sektor sayap kiri menyingkirkan David Neres setelah bintang Ajax itu tak memenuhi harapan bisa mengisi ruang kosong yang ditinggalkan megabintang kontroversial Neymar Jr. yang absen karena cedera beberapa hari jelang putaran final.
Everton sebetulnya sudah mencuri perhatian sejak pertandingan pertama melawan Bolivia, ketika ia baru empat menit merumput menggantikan Neres kemudian menari dari sisi kiri, melakukan tusukan dan mencetak gol ketiga Brazil di pertandingan tersebut.
Namun, Tite masih memberi kesempatan kedua bagi Neres saat menghadapi Venezuela dan pemain yang sama tetep nirkontribusi terhadap Brazil yang harus puas dengan hasil imbang nirgol usai dua gol mereka dianulir oleh VAR. Kendati Brazil tak menang dan Everton baru merumput sejak menit ke-72, ia pantas disebut penampil terbaik mereka di laga itu.
Tite akhirnya memberikan kesempatan Everton main sejak awal di laga ketiga melawan Peru dan sang pemain membayar lunas kepercayaan itu dengan menjadi penampil terbaik Brazil serta kontribusi konkrit berupa satu gol dan satu assist usai diturunkan satu laga penuh.
Everton, bukan tak mungkin bakal menjadikan Copa America 2019 menjadi mesin pencetak tiket menuju Eropa di mana ia bisa mengikuti jejak rekan-rekan setimnya untuk unjuk gigi di liga-liga terbaik dunia.
Sementara Everton kemungkinan dipercaya untuk mengisi sektor sayap kiri Brazil, bintang Everton Richarlison bisa saja posisinya tersingkir dari pilihan utama sayap kiri, mengingat ketika Tim Samba melumat Peru ada penggawa Manchester City Gabriel Jesus di sana.
Kendati dimainkan di luar posisi rutinnya, Jesus memperlihatkan kemampuannya untuk mengimbangi atraktifnya permainan Everton di sisi kiri.
Tite kemungkinan hanya akan melakukan satu pergantian pemain untuk meladeni Paraguay, itu pun terpaksa karena gelandang Real Madrid Casemiro menerima kartu kuning di laga kontra Peru sehingga harus menjalani hukuman larangan tampil satu pertandingan.
Rekan setim Jesus di City, Fernandinho, berpeluang untuk mengisi pos tersebut setelah kehilangan tempatnya digantikan Arthur Melo (Barcelona) sejak laga kedua, itu pun jika ia kondisinya cukup bugar. Jika Fernandinho tak bugar itu bisa jadi kesempatan untuk Allan.
Di kubu Paraguay, Berizzo mungkin akan kembali menggunakan skema 4-4-1-1 yang mereka terapkan di dua laga terakhir. Di luar penyelesaian akhir buruk, skema itu cukup sukses terutama duet Richard Sanchez dan Rodrigo Rojas di sentral permainan Paraguay.
Kini, satu-satunya cara Paraguay untuk melaju ke semifinal adalah dengan meredam faktor Everton di kubu Brazil, membungkam lini serang mereka sembari meningkatkan efektivitas serangan terutama tendangan tepat sasaran. Setelahnya, sedikit bumbu keberuntungan yang sudah mereka rasakan sepanjang fase penyisihan grup bakal jadi harapan eksternal untuk hasil terbaik.
Prakiraan susunan pemain:
Brazil (4-2-3-1): Alisson Becker; Dani Alves, Marquinhos, Thiago Silva, Filipe Luis; Fernandinho, Arthur Melo; Gabriel Jesus, Philippe Coutinho, Everton Soares; Roberto Firmino
Paraguay (4-4-1-1): Roberto Fernandez; Ivan Piris, Gustavo Gomez, Junior Alonso, Santiago Arzamendia; Derlis Gonzalez, Richard Sanchez, Rodrigo Rojas, Matias Rojas; Miguel Almiron; Oscar Cardozo
Bahkan, juara bertahan Chile mengangkat trofi pertama Copa America mereka kala jadi tuan rumah pada 2015 lalu, sebelum kemudian sukses mempertahankannya dalam edisi khusus seabad setahun kemudian.
Brazil punya rekam jejak positif yakni selalu keluar sebagai juara dalam empat kesempatan sebelumnya menjadi tuan rumah Copa America maupun ketika kompetisi masih mengusung nama Kejuaraan Amerika Selatan (1916 s.d. 1967). Mereka bisa memperpanjangnya menjadi lima kali dalam lima kesempatan.
Setelah berhasil melenggang menjuarai penyisihan Grup A, Brazil kini dihadapkan melawan Paraguay, tim yang di atas kertas punya keberuntungan sangat besar tetap lolos tanpa meraih satu kemenangan pun.
Paraguay lolos sebagai satu dari dua posisi ketiga terbaik fase grup hanya mengoleksi dua poin dan defisit satu gol, yang membuat mereka mengungguli tim undangan Jepang yang menempati peringkat ketiga Grup C dengan raihan dua poin dan defisit empat gol.
Kendati melangkah dengan keberuntungan, Eduardo Berizzo boleh berharap mereka bisa mengulangi keberhasilan menyingkirkan Brazil dari babak perempat final edisi 2015 silam.
Namun, dua hal itu saja yang menjadi modal Paraguay, mengingat di fase grup di Brazil mereka tampil jauh di bawah harapan, bahkan kesulitan menghadapi tim undangan debutan, Qatar, di laga pembuka dan cukup beruntung memperoleh satu poin dari hasil imbang 2-2 kala itu.
Penampilan mereka di laga kedua kontra Argentina sedikit lebih baik, namun itu pun tak dibarengi kemampuan memanfaatkan kesempatan krusial berupa tendangan penalti untuk memastikan kemenangan dan akhirnya hanya main imbang 1-1.
Bahkan, ketika Kolombia --tim pertama yang lolos ke perempat final-- menurunkan sejumlah pilihan kedua di laga pamungkas, Paraguay cuma bisa mengimbangi permainan bukan menyamakan skor.
Jika Paraguay tidak melakukan perubahan penampilan drastis di perempat final nanti, La Albirroja hampir tak punya kesempatan untuk mengalahkan Brazil. Sebab dari tiga pertandingan di Grup B, Paraguay begitu banyak terkendala urusan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Brazil sempat mengalami hal serupa di dua pertandingan pertama Grup A, namun sukses mengatasinya ketika mencukur Peru lima gol tanpa balas di laga pamungkas. Skor itu masih jadi selisih kemenangan paling telak di Copa America 2019.
Semua aspek jelas menempatkan Brazil sebagai unggulan dibandingkan Paraguay, namun setidaknya 90 menit waktu normal harus rampung digelar dulu di Stadion Gremio Arena, Porto Alegre, pada Jumat (28/6) pagi WIB.
Faktor Everton
Absennya Neymar membuka kesempatan ada sorotan anyar di kubu Brazil pada putaran final Copa America 2019. Setelah Philippe Coutinho sempat menyokong di laga pertama, secara keseluruhan lampu sorot kini mengarah ke satu nama yakni Everton Soares.
Pemain sayap Gremio itu boleh dibilang menjadi pemain yang paling mencuri perhatian di antara skuat Brazil dalam Copa America 2019, kecuali jika Anda begitu menyukai bagaimana Roberto Firmino mencetak gol dengan gerakan khasnya tendangan tanpa melihat dalam laga melawan Peru.
Pelatih kepala Tite akhirnya luluh memberikan tempat utama bagi Everton di sektor sayap kiri menyingkirkan David Neres setelah bintang Ajax itu tak memenuhi harapan bisa mengisi ruang kosong yang ditinggalkan megabintang kontroversial Neymar Jr. yang absen karena cedera beberapa hari jelang putaran final.
Everton sebetulnya sudah mencuri perhatian sejak pertandingan pertama melawan Bolivia, ketika ia baru empat menit merumput menggantikan Neres kemudian menari dari sisi kiri, melakukan tusukan dan mencetak gol ketiga Brazil di pertandingan tersebut.
Namun, Tite masih memberi kesempatan kedua bagi Neres saat menghadapi Venezuela dan pemain yang sama tetep nirkontribusi terhadap Brazil yang harus puas dengan hasil imbang nirgol usai dua gol mereka dianulir oleh VAR. Kendati Brazil tak menang dan Everton baru merumput sejak menit ke-72, ia pantas disebut penampil terbaik mereka di laga itu.
Tite akhirnya memberikan kesempatan Everton main sejak awal di laga ketiga melawan Peru dan sang pemain membayar lunas kepercayaan itu dengan menjadi penampil terbaik Brazil serta kontribusi konkrit berupa satu gol dan satu assist usai diturunkan satu laga penuh.
Everton, bukan tak mungkin bakal menjadikan Copa America 2019 menjadi mesin pencetak tiket menuju Eropa di mana ia bisa mengikuti jejak rekan-rekan setimnya untuk unjuk gigi di liga-liga terbaik dunia.
Sementara Everton kemungkinan dipercaya untuk mengisi sektor sayap kiri Brazil, bintang Everton Richarlison bisa saja posisinya tersingkir dari pilihan utama sayap kiri, mengingat ketika Tim Samba melumat Peru ada penggawa Manchester City Gabriel Jesus di sana.
Kendati dimainkan di luar posisi rutinnya, Jesus memperlihatkan kemampuannya untuk mengimbangi atraktifnya permainan Everton di sisi kiri.
Tite kemungkinan hanya akan melakukan satu pergantian pemain untuk meladeni Paraguay, itu pun terpaksa karena gelandang Real Madrid Casemiro menerima kartu kuning di laga kontra Peru sehingga harus menjalani hukuman larangan tampil satu pertandingan.
Rekan setim Jesus di City, Fernandinho, berpeluang untuk mengisi pos tersebut setelah kehilangan tempatnya digantikan Arthur Melo (Barcelona) sejak laga kedua, itu pun jika ia kondisinya cukup bugar. Jika Fernandinho tak bugar itu bisa jadi kesempatan untuk Allan.
Di kubu Paraguay, Berizzo mungkin akan kembali menggunakan skema 4-4-1-1 yang mereka terapkan di dua laga terakhir. Di luar penyelesaian akhir buruk, skema itu cukup sukses terutama duet Richard Sanchez dan Rodrigo Rojas di sentral permainan Paraguay.
Kini, satu-satunya cara Paraguay untuk melaju ke semifinal adalah dengan meredam faktor Everton di kubu Brazil, membungkam lini serang mereka sembari meningkatkan efektivitas serangan terutama tendangan tepat sasaran. Setelahnya, sedikit bumbu keberuntungan yang sudah mereka rasakan sepanjang fase penyisihan grup bakal jadi harapan eksternal untuk hasil terbaik.
Prakiraan susunan pemain:
Brazil (4-2-3-1): Alisson Becker; Dani Alves, Marquinhos, Thiago Silva, Filipe Luis; Fernandinho, Arthur Melo; Gabriel Jesus, Philippe Coutinho, Everton Soares; Roberto Firmino
Paraguay (4-4-1-1): Roberto Fernandez; Ivan Piris, Gustavo Gomez, Junior Alonso, Santiago Arzamendia; Derlis Gonzalez, Richard Sanchez, Rodrigo Rojas, Matias Rojas; Miguel Almiron; Oscar Cardozo