Jayapura (ANTARA) - Pejabat Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua menyebutkan Kabupaten Lany Jaya menjadi prioritas penanganan penyakit stunting (kerdil) di provinsi tersebut

Khusus di Provinsi Papua, ada 19 kabupaten yakni Kabupaten Paniai, Deiyai, Dogiyai, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Lany Jaya, Jayawijaya, Asmat, Mamberamo Raya, dan Kabupaten Mamberamo Tengah yang mendapat program stunting.

"Dari 19 kabupaten yang mempunyai program penanganan penyakit stunting/kerdil, kabupaten Lany Jaya merupakan kabupaten yang prioritas penanganan penyakit kerdil ," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ( P2P) Dinkes Papua, dr Aaron Rumainum di Jayapura, Sabtu.

Menurut dia, Kabupaten Lany Jaya mempunyai 10 kampung yakni Kampung Arungi, Yanume, Gubo, Ilunggijime, Kimbo, Kotoramburu, Kwabaga, Kokepake, Milinggame, dan Boleme yang menjadi prioritas penanganan penyakit stunting (kerdil).

"10 kampung ini yang menjadi daerah fokus stunting, ada 10 penderita gizi buruk, satu kampung satu penderita gizi buruk yang dilayani," katanya.

Ia menambahkan, pada 2017 Kabupaten Lany Jaya mendapatkan dana alokasi khusus sebesar Rp8 miliar untuk pengangan stunting.

"Saya kurang tahu jumlah alokasi anggaran 2018 dan tahun ini yang dikucurkan ke Lany Jaya untuk prorgam penanganan penyakit stunting," tambahnya.

Stunting adalah hasil dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR).

Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja. Melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan.

WHO sebagai Badan Kesehatan Dunia, menyatakan bahwa sekitar 20 persen kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.

Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hami kurang bergizi dan berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat kebutuhan gizi anak saat masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI eksklusif, ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.


Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024