Jakarta (ANTARA) - Seniman asal Papua, Edo Kondologit mengingatkan kepada pemerintah untuk menyelesaikan persoalan Papua secara komprehensif tanpa melakukan pendekatan keamanan kepada masyarakat Papua.
"Situasi sosial, pemerintah belum menggarap dengan benar. Selama ini masih kurang benar karena yang harus dilihat persoalan utamanya adalah bagaimana memberdayakan orang Papua, sumber daya dibangun, sekolah dibangun dan lainnya," kata Edo dalam diskusi bertema "Peran Warganet Tangkal Propaganda Asing Demi Wujudkan Papua Damai", di Jakarta, Kamis.
Ia pun mengimbau kepada pemerintah agar mengambil langkah tegas terhadap pihak yang mencoba merusak persatuan dan kedamaian di Papua.
"Jika memang perlu pemerintah dapat bertindak tegas terhadap siapa saja yang menggunakan simbol-simbol yang dapat menyebabkan perpecahan dan mengancam kedaulatan NKRI," katanya.
Para seniman dan warganet juga diharapkan siap dan ikut mewujudkan Papua yang damai dalam pangkuan NKRI.
Papua tanah yang kaya, saya berasal dari Sorong, disana kami hidup rukun dengan saudara-saudara dari Bugis, Jawa, Sunda karena kami bersaudara. Kepentingan asing sangat banyak di Papua sehingga mereka memproduksi propaganda untuk menjamin kepentingannya," tegas Edo.
Koornas Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI), Hafyz Marshal dalam paparannya menegaskan bahwa Papua adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari NKRI yang harus dijaga jangan sampai lepas.
Kerusuhan yang terjadi di Papua dinilainya ada campur tangan asing yang sengaja melakukan propaganda agar situasi Papua memanas dan tak kondusif.
"Karena pihak asing memiliki kepentingan terselubung, yaitu ingin menguasai sumber daya alam yang cukup besar. Salah satunya tambang yang terkandung di bumi Cendrawasih," ucap Hafyz.
Peran Warganet sangat vital dalam menangkal isu propaganda asing yang kerapkali beredar dengan konten hoaks.
Oleh karenanya diperlukan komitmen dan upaya terus menerus dari warganet agar melawan hoaks dan berbagai propaganda asing yang ingin merusak integrasi NKRI melalui berbagai isu referendum dan isu-isu separatis lainnya.
Influencer sosial media Eko Kuntadhi juga mengimbau para warganet baik itu vloger, youtuber, blogger dan konten kreator agar senantiasa memposting konten positif.
"Mengimbau kepada seluruh elemen warganet agar menjaga persatuan dan keutuhan NKRI dengam postingan konten yang positif dan tidak menebarkan berita-berita hoaks yang memecah belah persatuan. Sebaiknya berbagai postingan di sosial media harus menumbuhkan optimisme bangsa bukan sekedar menyajikan sesuatu yang dampaknya justru menghancurkan persatuan, kita harus munculkan nasionalisme di sosial media dengan melawan propaganda asing," kata Eko.
Sedangkan, Riki Irawan ketua Gerakan Literasi Terbit Jakarta, menyebutkan, bahwa propaganda di Papua masih akan terus berlanjut karena campur tangan asing akan terus mencari celah.
"Perang propaganda terkait berbagai isu di Papua diperkirakan akan masih terus berlanjut, karena simpatisan kelompok Papua Merdeka yang berafiliasi dengan kelompok yang ada di luar negeri terus berupaya memanfaatkan dan menggoda agar isu Papua dapat terinternasionalisasi serta berharap Papua dapat lepas dari NKRI karena berbagai kepentingan khususnya sumber daya alam," kata Riki.
Disisi lain kondisi sekarang arus media terlalu terbuka, sehingga banyak pengganggu bagi Indonesia mewujudkan Papua yang damai, maka penting adanya literasi digital karena sekarang informasi tentang politik sangat laku.
"Situasi sosial, pemerintah belum menggarap dengan benar. Selama ini masih kurang benar karena yang harus dilihat persoalan utamanya adalah bagaimana memberdayakan orang Papua, sumber daya dibangun, sekolah dibangun dan lainnya," kata Edo dalam diskusi bertema "Peran Warganet Tangkal Propaganda Asing Demi Wujudkan Papua Damai", di Jakarta, Kamis.
Ia pun mengimbau kepada pemerintah agar mengambil langkah tegas terhadap pihak yang mencoba merusak persatuan dan kedamaian di Papua.
"Jika memang perlu pemerintah dapat bertindak tegas terhadap siapa saja yang menggunakan simbol-simbol yang dapat menyebabkan perpecahan dan mengancam kedaulatan NKRI," katanya.
Para seniman dan warganet juga diharapkan siap dan ikut mewujudkan Papua yang damai dalam pangkuan NKRI.
Papua tanah yang kaya, saya berasal dari Sorong, disana kami hidup rukun dengan saudara-saudara dari Bugis, Jawa, Sunda karena kami bersaudara. Kepentingan asing sangat banyak di Papua sehingga mereka memproduksi propaganda untuk menjamin kepentingannya," tegas Edo.
Koornas Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI), Hafyz Marshal dalam paparannya menegaskan bahwa Papua adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari NKRI yang harus dijaga jangan sampai lepas.
Kerusuhan yang terjadi di Papua dinilainya ada campur tangan asing yang sengaja melakukan propaganda agar situasi Papua memanas dan tak kondusif.
"Karena pihak asing memiliki kepentingan terselubung, yaitu ingin menguasai sumber daya alam yang cukup besar. Salah satunya tambang yang terkandung di bumi Cendrawasih," ucap Hafyz.
Peran Warganet sangat vital dalam menangkal isu propaganda asing yang kerapkali beredar dengan konten hoaks.
Oleh karenanya diperlukan komitmen dan upaya terus menerus dari warganet agar melawan hoaks dan berbagai propaganda asing yang ingin merusak integrasi NKRI melalui berbagai isu referendum dan isu-isu separatis lainnya.
Influencer sosial media Eko Kuntadhi juga mengimbau para warganet baik itu vloger, youtuber, blogger dan konten kreator agar senantiasa memposting konten positif.
"Mengimbau kepada seluruh elemen warganet agar menjaga persatuan dan keutuhan NKRI dengam postingan konten yang positif dan tidak menebarkan berita-berita hoaks yang memecah belah persatuan. Sebaiknya berbagai postingan di sosial media harus menumbuhkan optimisme bangsa bukan sekedar menyajikan sesuatu yang dampaknya justru menghancurkan persatuan, kita harus munculkan nasionalisme di sosial media dengan melawan propaganda asing," kata Eko.
Sedangkan, Riki Irawan ketua Gerakan Literasi Terbit Jakarta, menyebutkan, bahwa propaganda di Papua masih akan terus berlanjut karena campur tangan asing akan terus mencari celah.
"Perang propaganda terkait berbagai isu di Papua diperkirakan akan masih terus berlanjut, karena simpatisan kelompok Papua Merdeka yang berafiliasi dengan kelompok yang ada di luar negeri terus berupaya memanfaatkan dan menggoda agar isu Papua dapat terinternasionalisasi serta berharap Papua dapat lepas dari NKRI karena berbagai kepentingan khususnya sumber daya alam," kata Riki.
Disisi lain kondisi sekarang arus media terlalu terbuka, sehingga banyak pengganggu bagi Indonesia mewujudkan Papua yang damai, maka penting adanya literasi digital karena sekarang informasi tentang politik sangat laku.