Jayapura (ANTARA) - Tim Surveyor dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) selama lima hari, sejak Senin(16/12) hingga Jumat (20/12) melakukan survei berupa telaah dokumen dan telusur lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura guna menilai kelayakan akreditasi.

Fasilitas kesehatan rujukan tertinggi di Provinsi Papua ini mengikuti akreditas Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi I dengan 17 kelompok kerja (Pokja) yang akan diuji.

Tim Surveyor dari KARS terdiri atas 7 orang dipimpin Dr. Tb. Firmansyah B. Rifai, SpA.MARS beranggotakan Dr. IA Chandranita Mauba, SpOG(K).MM, Dr. Bandriyo Sudarsono, MKKK, Drg. Wahidan Budimansyah, M.Kes, Ns. Hendria Putra, M.Kep.KMB, dan Siti Rochmini, Kp.M.Kes.

Mereka telah tiba di Jayapura sejak Minggu (15/12/2019) dan pada Senin pagi mulai melakukan survei sekaligus menilai pelayanan di rumah tersebut guna meraih akreditasi paripurna. Penilaian akan berlangsung selama satu minggu.

Plt Direktur RSUD Jayapura, Aloysius Giyai di Jayapura, Senin, mengemukakan RSUD Jayapura yang pernah jaya dimassa India-Belanda atau tahun 60-an menjadi rujukan terbaik di asia-pasifik, beberapa dekade terakhir ini semakin menurun, banyak keluhan, untuk itu kini waktunya untuk bangkit.

"Untuk itu, kita mulai mengawalinya dengan akreditasi, bukan mengikuti versi 12 yang selama ini dilakukan oleh seluruh rumah sakit diseluruh Papua, tetapi kita langsung mengikuti standar nasional akreditasi rumah sakit (SNARS) versi edisi 1 yang dilaksanakan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nasional yang akan diuji," ujarnya.

Menurut Aloysius yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua ini, jika sudah lulus SNARS versi edisi 1 berarti akreditasi standar nasional yang indikator-indikatornya lebih banyak lagi. Semisal, jika SNARS edisi 12, tidak ada prognas, tidak ada indikator penyelenggaraan pendidikan di rumah dan beberapa rumah sakit lain.

"Saya kira RSUD Jayapura punya potensi besar, memiliki sumber daya manusia yang cukup, peralatan kedokteran yang memadai, hanya saja yang kurang dan lemah adalah masalah sistem pelayanan kesehatan, didalam kompetensi perilaku, baik itu didalam hal mutu layanan, keselamatan pasien tapi juga penataan lingkungan," ujarnya.

Tak hanya itu, kata dia, kondisi ruangan, toilet, kamar mandi, gang-gang, gedung dan penataan lingkungan, parkiran, taman, luar dan dalam rumah sakit harus ditata rapi. Karena, ada penyembuhan dengan tindakan keperawatan dan medik, tetapi ada penyembuhan secara psikis dimana lingkungannya nyaman, orang-orangnya ramah, asri, bersih, tidak bauh akan akumulatif penyembuhan sesungguhnya bagi seorang pasien.

"Harapan saya tidak harus lulus paripurna, tetapi paling tidak kami mengetahui perubahan sesungguhnya, baik itu pelayanan medis, keperawatan, penunjang medis, itu semua harus ditata dan dibenahi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Surveyor dari KARS Dr. Tb. Firmansyah B. Rifai, SpA.MARS mengatakan RSUD Jayapura dibangun dengan tujuan untuk melayani dan menyelamatkan pasien yang sakit. Oleh karena itu, akreditasi yang dilakukan penting untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan.

"Kami akan berproses mulai hari ini sampai hari Jumat. Kamidatang 6 orang karena sesuai kapasitas RSUD Jayapura yang besar. Kami modalnya tertawa kalau datang pertama, marahnya belakangan," katanya.

Ia mengatakan harusnya RSUD Jayapura bisa mengoptimalkan pelayanan dengan kualitas yang baik karena ia menjadi faskes rujukan tertinggi di Provinsi Papua dan Papua Barat.

"Karena rumah sakit ini juga menjadi rumah sakit pendidikan, maka kami juga akanbuat pertemuan dengan Perguruan Tinggi dan sekolah yang bekerjasama. Juga kami bertemu dengan lembaga peneliti karena ia juga menjadi tempat penelitian T dan sekolah. Juga karena ini tempat penelitian, kami juga harus bertemu para penelinya," tambah dia.


Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024