Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Guru besar bidang nutrisi dan ternak organik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Indah Prihartini menemukan inovasi dalam mengatasi pakan ternak yang sering dikeluhkan peternak dengan bioteknologi "5 in 1".
“Dalam satu kemasan Biofarm terdapat lima manfaat sekaligus, yaitu sebagai bionutrisi, imunobiotik, biofermentasi, probiotik, dan prebiotik. Bakteri probiotik yang saya gunakan juga sudah terkenal dapat mendegradasi residu-residu kimia," kata Prof Indah di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Pengajar mata kuliah Ilmu dan Teknologi Pangan UMM ini mencatat dalam salah satu risetnya terdapat 12 residu organoklorin paling berbahaya pada hasil peternakan.
Dalam pengembangannya, ia menemukan bakteri yang dapat mendegradasikan senyawa kompleks, bahkan senyawa berbahaya. Untuk menindaklanjuti riset tersebut, Prof Indah membuat produk bioteknologi.
Jika sebelumnya Indah membuat produk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan membersihkan residu, kali ini ia berinovasi dalam produk Biofarm 5+1, yang dapat menjawab permasalahan pakan hewan ternak.
Dalam riset yang dilakukan untuk memformulasikan produk tersebut, ia menemukan adanya mineral makro dan mikro yang diserap oleh hewan ternak. Hal tersebut dapat meningkatkan ketersediaan mineral yang berasal dari protein mikroba.
Selain itu, juga terdapat senyawa aktif sebagai anti-infeksi untuk menjaga kesehatan ternak. Jika digunakan dalam starter fermentasi pakan, dapat dilakukan dengan mudah, tidak mudah terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi aerob serta anaerob.
“Jadi peternak tidak lagi harus menutup pakannya dengan sangat rapat. Pakan akan awet, tetap kuning dan bagus. Akan tetapi, jika dimakan akan rapuh dan mudah dikunyah, sehingga perut cepat kosong dan konsumsi semakin tinggi," paparnya.
Fungsi lain yang menjadi pembeda dengan produk yang dijual di pasaran adalah probiotik. Bakteri hidup yang digunakan dapat hidup pada alat pencernaan sapi meskipun dalam keadaan anaerob. Gunanya, untuk membantu memperbaiki kondisi rumen.
Prebiotik yang digunakan juga dapat menutrisi bakteri hidup di dalam pencernaan. Sudah 5.000 produk yang terdistribusikan ke peternak dan perusahaan-perusahaan. Yang terlihat adalah konsumsi ternak menjadi tinggi, ternak lebih sehat, dagingnya merah, produksi meningkat, baik susu, bobot badan, produksi telur, dan tidak bau.
Ia menerangkan Biofarm 5+1 cukup efisien, karena 1 liter biofarm dapat mengolah 1 ton pakan atau bisa untuk 1000 liter air.
Tidak berhenti dalam produk ini, saat ini Prof Indah beserta 12 mahasiswanya sedang mengoptimasikan dan uji produksi untuk simbiotik powder. Banyaknya permintaan dari perusahaan dan peternak untuk memformulasikan dalam bentuk powder membuat Prof Indah ingin memproduksi dalam dua tahun mendatang.
"Biofarm dalam bentuk powder dapat mempermudah perlakuan, pengiriman dan penyimpanan bagi peternak," ucapnya.
Penelitian terus dilakukan, karena Prof Indah melihat pakan merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu usaha peternakan. Limbah pertanian yang biasa digunakan sebagai sumber pakan ternak, belum menjamin nutrisi dan kecernaan yang tinggi.
"Bahkan, terdapat residu pestisida yang tidak menjamin keamanan pangan dari hasil peternakan," ucapnya.
“Dalam satu kemasan Biofarm terdapat lima manfaat sekaligus, yaitu sebagai bionutrisi, imunobiotik, biofermentasi, probiotik, dan prebiotik. Bakteri probiotik yang saya gunakan juga sudah terkenal dapat mendegradasi residu-residu kimia," kata Prof Indah di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Pengajar mata kuliah Ilmu dan Teknologi Pangan UMM ini mencatat dalam salah satu risetnya terdapat 12 residu organoklorin paling berbahaya pada hasil peternakan.
Dalam pengembangannya, ia menemukan bakteri yang dapat mendegradasikan senyawa kompleks, bahkan senyawa berbahaya. Untuk menindaklanjuti riset tersebut, Prof Indah membuat produk bioteknologi.
Jika sebelumnya Indah membuat produk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan membersihkan residu, kali ini ia berinovasi dalam produk Biofarm 5+1, yang dapat menjawab permasalahan pakan hewan ternak.
Dalam riset yang dilakukan untuk memformulasikan produk tersebut, ia menemukan adanya mineral makro dan mikro yang diserap oleh hewan ternak. Hal tersebut dapat meningkatkan ketersediaan mineral yang berasal dari protein mikroba.
Selain itu, juga terdapat senyawa aktif sebagai anti-infeksi untuk menjaga kesehatan ternak. Jika digunakan dalam starter fermentasi pakan, dapat dilakukan dengan mudah, tidak mudah terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi aerob serta anaerob.
“Jadi peternak tidak lagi harus menutup pakannya dengan sangat rapat. Pakan akan awet, tetap kuning dan bagus. Akan tetapi, jika dimakan akan rapuh dan mudah dikunyah, sehingga perut cepat kosong dan konsumsi semakin tinggi," paparnya.
Fungsi lain yang menjadi pembeda dengan produk yang dijual di pasaran adalah probiotik. Bakteri hidup yang digunakan dapat hidup pada alat pencernaan sapi meskipun dalam keadaan anaerob. Gunanya, untuk membantu memperbaiki kondisi rumen.
Prebiotik yang digunakan juga dapat menutrisi bakteri hidup di dalam pencernaan. Sudah 5.000 produk yang terdistribusikan ke peternak dan perusahaan-perusahaan. Yang terlihat adalah konsumsi ternak menjadi tinggi, ternak lebih sehat, dagingnya merah, produksi meningkat, baik susu, bobot badan, produksi telur, dan tidak bau.
Ia menerangkan Biofarm 5+1 cukup efisien, karena 1 liter biofarm dapat mengolah 1 ton pakan atau bisa untuk 1000 liter air.
Tidak berhenti dalam produk ini, saat ini Prof Indah beserta 12 mahasiswanya sedang mengoptimasikan dan uji produksi untuk simbiotik powder. Banyaknya permintaan dari perusahaan dan peternak untuk memformulasikan dalam bentuk powder membuat Prof Indah ingin memproduksi dalam dua tahun mendatang.
"Biofarm dalam bentuk powder dapat mempermudah perlakuan, pengiriman dan penyimpanan bagi peternak," ucapnya.
Penelitian terus dilakukan, karena Prof Indah melihat pakan merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu usaha peternakan. Limbah pertanian yang biasa digunakan sebagai sumber pakan ternak, belum menjamin nutrisi dan kecernaan yang tinggi.
"Bahkan, terdapat residu pestisida yang tidak menjamin keamanan pangan dari hasil peternakan," ucapnya.