Jayapura (ANTARA) - Uskup Keuskupan Jayapura, Mrg. Leo Laba Ladjar mengajak seluruh umat Kristen, secara khusus umat Katolik di Keuskupan Jayapura untuk dapat mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan pemerintah untuk membendung dan menangani dampak serta mencegah wabah Covid-19.
"Jangan bersikap masa bodoh dan hanya mengeluh serta mengritik pemerintah yang dianggap lamban dan sebagainya," kata uskup Leo melalui pesan tertulis yang diterima ANTARA,Rabu.
Laba Ladjar mengajak seluruh umat Katolik di Papua untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kebersihan tubuh, rumah dan lingkungan hidup, sehingga bisa dapat menghambat virus baru atau Covid-19 untuk masuk ke tubuh sendiri dan ke tubuh orang lain.
"Makanan yang sehat dan irama hidup yang tertib dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita, sehingga mampu menolak virus Corona atau Covid-19," ujarnya.
Laba Ladjar mengajak umat Katolik untuk tidak perlu kontak fisik waktu bersalaman, waktu beri salam damai dan ungkapan keramahan lainnya. Perhatikan etiket yang umum waktu berada dan berbicara dengan orang lain misalnya agar air liur atau cairan flu tidak menyembur ke orang lain.
"Penggunaan masker dan saputangan untuk menutup mulut waktu berbicara dan bersin pasti tidak melanggar sopan-santun dalam situasi kini," katanya.
Laba Ladjar meminta kepada umat Katolik untuk sebaiknya hindari pertemuan dan perkumpulan dengan orang banyak dan tidak berpergian ke tempat-tempat yang sudah terjangkit virus Korona atau Covid-19.
"Perkumpulan untuk misa dan ibadah lainnya tetap kita jalankan sambil memantau situasi dan mendengarkan petunjuk dari pemerintah. Namun demikian, mereka yang merasa kurang sehat dengan gejala mencurigakan sebaiknya berdoa di rumah saja dan tidak harus ke gereja," ujarnya.
Dia mengatakan, perlu perhatian serius terhadap COVID-19 dan cara-cara membendung serta menanganinya jangan sampai membuat lupa bahwa ada virus lain uang masih merupakan ancaman serius. Misalnya HIV/AIDS, DBD/Demam Berdarah, dan malaria.
Lanjut dia, demam berdarah pada 12 Maret sudah ada 17.820 kasus dengan kematian sudah 104. Malaria masih endemi, terus bercokol di daerah-daerah yang ada di Papua. HIV/AIDS di Papua masih nomor atas.
Cara-cara mencegah dan mengatasinya pun sudah berulang kali disosialisasikan, tetapi semuanya masih mewabah. Maka perlu perbarui lagi tekad untuk membendungnya.
"Kebersihan rumah dan lingkungan dari sampah dan genangan air agar nyamuk tidak bersarang dan berkembang, jauhkan diri dari pergaulan bebas yang membawa ke pelanggaran moral dan pencemaran kekudusan tubuh. Puasa dan pantang dalam masa tobat ini adalah saat berahmat untuk melatih diri kita dalam kesucian dan kekudusan," katanya.
"Ada jenis virus yang hanya bisa dikalahkan dengan puasa dan doa. Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu berlaku bijak dalam hubungan dengan sesama dan dalam menjaga martabat luhur tubuh kita," tambah dia.
"Jangan bersikap masa bodoh dan hanya mengeluh serta mengritik pemerintah yang dianggap lamban dan sebagainya," kata uskup Leo melalui pesan tertulis yang diterima ANTARA,Rabu.
Laba Ladjar mengajak seluruh umat Katolik di Papua untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kebersihan tubuh, rumah dan lingkungan hidup, sehingga bisa dapat menghambat virus baru atau Covid-19 untuk masuk ke tubuh sendiri dan ke tubuh orang lain.
"Makanan yang sehat dan irama hidup yang tertib dapat meningkatkan kekebalan tubuh kita, sehingga mampu menolak virus Corona atau Covid-19," ujarnya.
Laba Ladjar mengajak umat Katolik untuk tidak perlu kontak fisik waktu bersalaman, waktu beri salam damai dan ungkapan keramahan lainnya. Perhatikan etiket yang umum waktu berada dan berbicara dengan orang lain misalnya agar air liur atau cairan flu tidak menyembur ke orang lain.
"Penggunaan masker dan saputangan untuk menutup mulut waktu berbicara dan bersin pasti tidak melanggar sopan-santun dalam situasi kini," katanya.
Laba Ladjar meminta kepada umat Katolik untuk sebaiknya hindari pertemuan dan perkumpulan dengan orang banyak dan tidak berpergian ke tempat-tempat yang sudah terjangkit virus Korona atau Covid-19.
"Perkumpulan untuk misa dan ibadah lainnya tetap kita jalankan sambil memantau situasi dan mendengarkan petunjuk dari pemerintah. Namun demikian, mereka yang merasa kurang sehat dengan gejala mencurigakan sebaiknya berdoa di rumah saja dan tidak harus ke gereja," ujarnya.
Dia mengatakan, perlu perhatian serius terhadap COVID-19 dan cara-cara membendung serta menanganinya jangan sampai membuat lupa bahwa ada virus lain uang masih merupakan ancaman serius. Misalnya HIV/AIDS, DBD/Demam Berdarah, dan malaria.
Lanjut dia, demam berdarah pada 12 Maret sudah ada 17.820 kasus dengan kematian sudah 104. Malaria masih endemi, terus bercokol di daerah-daerah yang ada di Papua. HIV/AIDS di Papua masih nomor atas.
Cara-cara mencegah dan mengatasinya pun sudah berulang kali disosialisasikan, tetapi semuanya masih mewabah. Maka perlu perbarui lagi tekad untuk membendungnya.
"Kebersihan rumah dan lingkungan dari sampah dan genangan air agar nyamuk tidak bersarang dan berkembang, jauhkan diri dari pergaulan bebas yang membawa ke pelanggaran moral dan pencemaran kekudusan tubuh. Puasa dan pantang dalam masa tobat ini adalah saat berahmat untuk melatih diri kita dalam kesucian dan kekudusan," katanya.
"Ada jenis virus yang hanya bisa dikalahkan dengan puasa dan doa. Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu berlaku bijak dalam hubungan dengan sesama dan dalam menjaga martabat luhur tubuh kita," tambah dia.