Jayapura (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pegunungan Bintang (Pegubin) menyayangkan potensi mineral di wilayahnya tidak dinikmati masyarakat setempat, hal ini terkait dengan sempat viralnya hasil tambang emas Korowai yang dijual murah.

Bupati Pegunungan Bintang Constan Otemka melalui telepon selularnya di Jayapura, Rabu, mengatakan pihaknya merasa sangat ironis bila daerah terisolir yang ternyata memiliki potensi mineral yang cukup bagus justru dinikmati oleh masyarakat dari luar.

"Lokasi penambangan tersebut ada di Kampung Kawe, Distrik Awimbon, dan sudah sejak tahun lalu kami minta ditutup," katanya.

Menurut Constan, penambang di lokasi tersebut bukan masyarakat setempat, tetapi warga dari daerah lain yang masuk melalui beberapa kabupaten tetangga.

Pasalnya, lokasi penambangan di Kampung Kawe merupakan wilayah perbatasan lima kabupaten, yaitu Pegunungan Bintang, Yahukimo, Asmat, Bovel Digoel dan Mappi.

"Untuk mencapai lokasi penambangan tersebut, belum ada jalan darat, tetapi lokasinya bisa dicapai melalui jalur sungai dari Boven Digoel dan Asmat," ujarnya.

Dia menjelaskan selain itu, akses satu-satunya harus melalui jalur udara menggunakan heli.

"Bila masyarakat dari ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang, yaitu Oksibil, ingin berjalan kaki ke Awimbon, maka membutuhkan waktu empat hingga tujuh hari," katanya lagi.

Sebelumnya sempat diberitakan, harga beras di kawasan tambang emas tradisional di Korowai, tepatnya di Maining 33, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sangat mahal, yakni untuk satu karung beras berukuran 10 kilogram mencapai Rp2 juta.

 

Pewarta : Hendrina Dian Kandipi
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024