Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mencegah dan memerangi terorisme dan radikalisme di lingkungan kampus.
"UMM adalah mitra yang sangat strategis untuk melakukan upaya pencegahan terorisme dan paham radikalisme," kata Ketua FKPT Jawa Timur Dr Hesti Armiwulan di sela penyelenggaraan seminar penanggulangan terorisme bertajuk "Jaga Kampus Kita: Pelibatan Civitas Akademika dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Jawa Timur" di Hotel Rayz UMM, Selasa.
Hesti mengemukakan Jawa Timur termasuk lima wilayah besar yang berpotensi terpapar radikalisme. "FKPT di daerah adalah bentuk konkret sinergi antara pemerintah, dalam hal ini BNPT RI, bersama masyarakat mencegah terorisme dan membendung radikalisme," tuturnya.
Hesti mengatakan agenda ini terselenggara tentu untuk mempersempit ruang para kelompok radikal dan terorisme yang ingin menyalahgunakan wahana kebebasan akademik kampus.
Selain itu, tujuan lainnya adalah memahami dinamika yang berkembang dalam pencegahan terorisme melalui civitas akademika serta memotivasi sivitas akademika untuk mensterilkan kampus dari pengaruh ideologi radikal dan kelompok terorisme.
Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME dalam sambutannya mengatakan pelibatan sivitas akademika dalam upaya pencegahan terorisme sangat penting. Terlebih, keseriusan itu juga ditunjukkan BNPT yang meminta Muhammadiyah dalam upaya ini.
"Kami sudah bertemu dengan Pak Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah), memohon bantuan dari Muhammadiyah untuk melakukannya secara bersama, karena Muhammadiyah sudah selesai untuk urusan ini, mohon untuk ikut serta bersama pemerintah," kata Hamli.
UMM sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang berafiliasi terhadap Persyarikatan Muhammadiyah memiliki komitmen yang sama untuk merawat, menjaga, tidak saja kampus UMM, tapi menjaga NKRI dari berbagai ancaman termasuk terorisme yang berkedok agama.
"Muhammadiyah dalam hal ini UMM juga menekankan apa yang disebut dengan faham Wasathiyah, yakni faham moderat di dalam beragama. UMM juga punya konsen terhadap komitmen untuk menjaga penetrasi, intervensi paham radikal," kata Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin.
UMM, lanjutnya, juga punya berbagai macam program pendidikan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, misalnya mahasiswa baru mengikuti karantina selama satu minggu melalui program P2KK. Mereka dilatih soft skill, termasuk ditanamkannya pengetahuan agama yang moderat.
"Kami punya mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), ada juga mata kuliah PKN. Dengan semua ikhtiar itu saya kira UMM secara formal, secara sistem mestinya terbebas dari paham radikal maupun paham yang mengarah kepada tindakan terorisme," tuturnya.
Selain Direktur Pencegahan BNPT Republik Indonesia Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME., para pemateri yang dihadirkan yakni dosen Fakultas Agama Islam UMM Pradana Boy ZTF., Ph.D, yang menyampaikan materi Moderasi sebagai Strategi Kontra-Radikalisme.
Selain itu, Ali Fauzi yang berbagi pengalaman pribadi tentang Pola Perekrutan Kelompok Teror di Indonesia Dulu dan Sekarang serta Upaya Penanganannya dan Zuly Qodir dari Program Doktor Politik Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
"UMM adalah mitra yang sangat strategis untuk melakukan upaya pencegahan terorisme dan paham radikalisme," kata Ketua FKPT Jawa Timur Dr Hesti Armiwulan di sela penyelenggaraan seminar penanggulangan terorisme bertajuk "Jaga Kampus Kita: Pelibatan Civitas Akademika dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Jawa Timur" di Hotel Rayz UMM, Selasa.
Hesti mengemukakan Jawa Timur termasuk lima wilayah besar yang berpotensi terpapar radikalisme. "FKPT di daerah adalah bentuk konkret sinergi antara pemerintah, dalam hal ini BNPT RI, bersama masyarakat mencegah terorisme dan membendung radikalisme," tuturnya.
Hesti mengatakan agenda ini terselenggara tentu untuk mempersempit ruang para kelompok radikal dan terorisme yang ingin menyalahgunakan wahana kebebasan akademik kampus.
Selain itu, tujuan lainnya adalah memahami dinamika yang berkembang dalam pencegahan terorisme melalui civitas akademika serta memotivasi sivitas akademika untuk mensterilkan kampus dari pengaruh ideologi radikal dan kelompok terorisme.
Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME dalam sambutannya mengatakan pelibatan sivitas akademika dalam upaya pencegahan terorisme sangat penting. Terlebih, keseriusan itu juga ditunjukkan BNPT yang meminta Muhammadiyah dalam upaya ini.
"Kami sudah bertemu dengan Pak Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah), memohon bantuan dari Muhammadiyah untuk melakukannya secara bersama, karena Muhammadiyah sudah selesai untuk urusan ini, mohon untuk ikut serta bersama pemerintah," kata Hamli.
UMM sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang berafiliasi terhadap Persyarikatan Muhammadiyah memiliki komitmen yang sama untuk merawat, menjaga, tidak saja kampus UMM, tapi menjaga NKRI dari berbagai ancaman termasuk terorisme yang berkedok agama.
"Muhammadiyah dalam hal ini UMM juga menekankan apa yang disebut dengan faham Wasathiyah, yakni faham moderat di dalam beragama. UMM juga punya konsen terhadap komitmen untuk menjaga penetrasi, intervensi paham radikal," kata Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin.
UMM, lanjutnya, juga punya berbagai macam program pendidikan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, misalnya mahasiswa baru mengikuti karantina selama satu minggu melalui program P2KK. Mereka dilatih soft skill, termasuk ditanamkannya pengetahuan agama yang moderat.
"Kami punya mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), ada juga mata kuliah PKN. Dengan semua ikhtiar itu saya kira UMM secara formal, secara sistem mestinya terbebas dari paham radikal maupun paham yang mengarah kepada tindakan terorisme," tuturnya.
Selain Direktur Pencegahan BNPT Republik Indonesia Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME., para pemateri yang dihadirkan yakni dosen Fakultas Agama Islam UMM Pradana Boy ZTF., Ph.D, yang menyampaikan materi Moderasi sebagai Strategi Kontra-Radikalisme.
Selain itu, Ali Fauzi yang berbagi pengalaman pribadi tentang Pola Perekrutan Kelompok Teror di Indonesia Dulu dan Sekarang serta Upaya Penanganannya dan Zuly Qodir dari Program Doktor Politik Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).