Jayapura (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VIII terus memberikan dukungan melalui program "corporate social responsibility (CSR)" bagi para pelaku usaha, salah satunya untuk kelompok kerajinan yang menggunakan limbah tempurung kelapa di Kota Jayapura.

Edi Mangun Unit Manager Communication, Relations and CSR PT Pertamina (Persero) MOR VIII di Jayapura, Jumat, mengatakan program ini merupakan cara  memunculkan potensi kemampuan kreatifitas masyarakat asli Papua dalam membuat kerajinan.

"Dengan basis kreatifitas dalam budaya kerajinan noken di Bumi Cenderawasih yang telah mendarahdaging, kami ingin mengembangkan jiwa kreatifitas masyarakat asli Papua yang telah menjadi budaya ini untuk berkreasi memanfaatkan daur ulang limbah yang mempunyai nilai jual tinggi, yaitu limbah tempurung kelapa," katanya.

Menurut Edi, dari hasil pemetaan sosial di sekitar wilayah operasi Fuel Terminal Jayapura, Pertamina menemukan sosok inspiratif yang juga merupakan warga asli Papua yang telah lama menggeluti kerajinan daur ulang sampah.

"Yane Maria Nari (55), seorang mama asli Papua telah lebih dari 20 tahun yang lalu menekuni kerajinan daur ulang sampah dari limbah kertas dan plastik, dari sini lah, Pertamina melihat potensi dan bakat yang dimiliki oleh Mama Yane dan anggota kelompoknya dapat diberdayakan untuk membuat produk yang bernilai dari limbah tempurung kelapa," ujarnya.

Dia menjelaskan pihaknya kagum dengan potensi sekaligus konsistensi yang dimiliki Mama Yane dalam kerajinan daur ulang sampah, sehingga Pertamina mengirim Mama Yane ke Yogyakarta untuk "magang" dan belajar dengan pengrajin tempurung kelapa di wilayah setempat pada Mei 2019.

"Dari hasil belajar membuat kerajinan daur ulang dari limbah tempurung kelapa dengan pengrajin di Yogyakarta, Mama Yane dan anggota kelompok Kobek Millenial Papua akhirnya dapat menghasilkan sejumlah kerajinan, mulai dari lampu hias, peralatan makan dan minum, pernak pernik hiasan rumah tangga, hingga jepit rambut dan anting-anting, katanya lagi.

Senada dengan Edi Mangun, Mama Yane mengatakan selama satu minggu pihaknya mempelajari seluk beluk tentang kerajinan tempurung kelapa dan setelah itu pulang hingga kini masih menggeluti kerajinan itu.

Sekadar diketahui, setelah pulang dari Yogyakarta, Pertamina juga membantu kelompok Kobek Millenial Papua yang diketuai Mama Yane dengan membuatkan rumah produksi yang dilengkapi dengan lima unit mesin untuk membuat kerajinan tempurung kelapa.

Nama kelompok Kobek Millenial Papua yang diusulkan oleh Mama Yane sendiri memiliki makna yang berarti kelapa dalam bahasa Biak, di mana Millenial Papua yang juga berarti era milenial kini harus lebih semangat dalam hal apapun.

Pewarta : Hendrina Dian Kandipi
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024