Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), merancang alat pengukur bending atau pembengkokan pada jembatan yang mampu menampilkan kondisi jembatan masih layak atau tidak.

"Tipologi daratan Indonesia terdiri dari banyak rupa. Satu pulau, belum tentu sama dengan pulau lainnya, sehingga unsur infrastruktur menjadi hal yang mendasar, terutama infrastruktur transportasi," kata salah satu mahasiswa perancang alat tersebut, Gigih Dwi di Malang, Jawa Timur, Sabtu.

Menurut dia, salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada adalah jembatan. Faktor keamanan pada bangunan jembatan juga tidak boleh ditinggalkan.  Karena jika rusak atau rapuh, bisa fatal akibatnya.

Selain distribusi makanan dan pertumbuhan pembangunan terhambat, dikhawatirkan juga akan ada korban, misalnya besi penopang jembatan yang reot atau lebih parahnya lagi bisa roboh.

Data kondisi ini (jembatan) didapat dari hasil pengukuran di display secara otomatis pada smartphone. Jembatan akan dilengkapi sensor strain gauge untuk mengukur bending. Hasil pengukuran akan diolah oleh sistem mikrokontroler menggunakan Arduino Uno Atmega 328, kemudian ditampilkan pada aplikasi berbasis mobile android.

Sensor strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan (deformasi atau strain). Alat ini berbentuk foil logam atau kawat logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang ditempel pada benda yang akan diukur tekanannya dan tekanan berasal dari pembebanan.

"Prinsipnya, jika tekanan pada benda berubah, foil atau kawat akan terdeformasi dan tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian jembatan whetstone, kemudian akan diketahui berapa besar tahanan," kata Gigih Dwi yang juga ketua tim.

Sementara, Arduino Uno adalah papan sirkuit berbasis mikrokontroler ATmega328. IC (integrated circuit) ini memiliki 14 input/output digital (6 output untuk PWM), 6 analog input, resonator kristal keramik 16 MHz, Koneksi USB, soket adaptor, pin header ICSP, dan tombol reset.

Hal inilah yang dibutuhkan untuk mendukung mikrokontrol secara mudah terhubung dengan kabel power USB atau kabel power supply adaptor AC ke DC atau juga baterai. Selain itu, ada module wi-fi ESP8266. "Dengan modul tersebut kita dapat membuat sebuah perangkat elektronika yang dapat terhubung dengan internet," ujarnya.

Selain Gigih, mahasiswa yang bergabung dengan tim ini adalah Priyo Beni Santoso dan Ilham Dwi Cahyo. Ketiga mahasiswa tersebut di bawah bimbingan dosen Budiono.

Mereka juga mendaftarkan rancangan alat ini di Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC). Karya ini berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).

Pewarta : Endang Sukarelawati
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024