Timika (ANTARA) - Kontingen Provinsi Papua mendapatkan medali emas pertama PON XX Papua dari cabang olahraga aerosport disiplin Terbang Layang melalui atletnya yaitu Andri Abdul Rohman.

Andri yang turun pada nomor ketepatan mendarat (precesion landing) schweizer SGS 126 single seater putra memastikan meraih medali emas pada pertandingan yang berlangsung di Lanud Yohanis Kapiyau Timika pada Minggu (26/9).

Andri meraih total poin 24413, disusul atlet Camar dari kontingen Jawa Timur dengan total nilai 2440,95 dan atlet Jadji dari DKI Jakarta dengan total nilai 2435,80.

Kesuksesan Andri menggondol medali emas pada nomor paling bergengsi terbang layang itu disambut penuh sukacita oleh kontingen Papua.

Bagaimana tidak, medali emas yang disabet Andri merupakan yang pertama kali diraih kontingen Papua dari disiplin terbang layang selama keikutsertaan di ajang pesta olahraga nasional empat tahunan itu.

Manajer Tim Terbang Layang Papua Paul Mnusefer sekaligus merangkap Ketua Harian Terbang Layang Provinsi Papua menyebut keberhasilan Andri meraih medali emas menjadi semacam pelepas dahaga bagi kontingen Papua yang sebelumnya berjuang keras untuk bisa berlatih, meskipun harus berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain.

"Hanya karena kasih dan kemurahan Tuhan akhirnya salah satu nomor bergengsi di terbang layang Papua bisa meraih medali emas," ujar Paul.

Olahraga terbang layang, katanya, merupakan salah satu cabor yang cukup mahal. 

Papua menjadi satu-satunya provinsi di luar Pulau Jawa dari tujuh kontingen yang berpartisipasi dalam disiplin terbang layang PON XX Papua. Adapun enam provinsi lainnya yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,  DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

Dua provinsi lainnya di luar Pulau Jawa yaitu Bali dan Kalimantan Timur sebelumnya sudah menyatakan mengundurkan diri mengikuti pertandingan terbang layang PON XX Papua.

Paul mengisahkan suka duka kontingen terbang layang Provinsi Papua untuk berlatih sebelum pagelaran PON XX.

"Karena di Papua tidak punya pesawat penarik, hanya ada pesawat terbang layang, maka kami harus berpindah-pindah tempat ibarat tim petualangan. Pertama kali kami latihan di Yogyakarta. Selama satu tahun di Yogyakarta kami tidak bisa terbang sama sekali. Akhirnya waktu terbuang percuma atau sia-sia saja," tuturnya.

Kemudian tim terbang layang Papua pindah ke Bandung selama beberapa bulan, lalu pindah lagi ke Garut dan terakhir di Tasikmalaya.

Meski berpindah-pindah tempat namun para atlet, pelatih dan seluruh tim terbang layang Papua tetap bersemangat berlatih untuk bisa mempersembahkan prestasi terbaik saat PON XX yang digelar di negeri sendiri, Tanah Papua.

"Kapan lagi Papua bisa selenggarakan PON, sekaranglah waktunya untuk kita bisa mempersembahkan prestasi terbaik saat PON berlangsung di Papua," kata Paul.

Paul menampik selentingan miring dari beberapa pihak yang menyebut Tim Papua membajak atlet-atlet terbaik dari daerah lain untuk bisa tampil sebagai juara umum PON XX.

"Kami di cabor terbang layang tidak pernah membajak atlet dari daerah lain. Atlet-atlet ini kami sudah didik dari awal. Mereka sudah mewakili kontingen Papua di PON sebelumnya. Jadi tidak benar kalau ada anggapan karena PON bsrlangsung di Papua lalu ambil orang dari sana, dari sini," kata Paul.

Kontingen Papua sendiri mengikutsertakan sebanyak 13 atlet, terdiri atas 7 atlet putra dan 6 atlet putri untuk berlaga pada PON XX ini.

Dengan kekuatan sebanyak itu, Papua semula menargetkan meraih minimal empat medali emas dari 12 nomor yang dipertandingkan.

Namun kini target medali emas kontingen Papua bertambah menjadi lima medali emas setelah Andri Abdul Rohman mempersembahkan medali emas pada nomor ketepatan mendarat (precesion landing) schweizer SGS 126 single seater putra.
  Manajer Tim Terbang Layang Papua Paul Mnusefer. (ANTARA/Evarianus Supar)
Bonus Rp1 miliar

Paul mengatakan seluruh anak didiknya tidal pernah menuntut apapun setelah mempersembahkan medali emas untuk kontingen Papua. Namun jika bonus itu memang sudah disiapkan oleh Pemda Papua, maka pasti anak-anak didiknya yang sudah meraih prestasi membanggakan akan mendapatkan bagiannya masing-masing.

"Semua sudah mendengar pernyataan Ketua Umum KONI Papua sekaligus Gubernur Papua Bapak Lukas Enembe bahwa atlet peraih medali emas akan mendapatkan bonus Rp1 miliar. Kami belum tahu yang lain-lainnya," ujarnya.

Sementara Andri Abdul Rohman yang telah mempersembahkan medali emas pertama bagi kontingen Papua berharap bisa terus membela Papua pada berbagai ajang kejuaraan terbang layang di masa mendatang.

"Mudah-mudahan saya terus bergabung dengan Tim Papua sampai kapanpun karena saya cinta Papua," ujar atlet kelahiran Subang, Jawa Barat itu.

Kecintaan Andri pada olahraga terbang layang berawal sejak duduk di bangku kelas II SMK Kali Jati.

"Saat itu ada ekstra kurikuler ikut terbang layang di sekolah," tuturnya.

Pada 2008, Andri bergabung dengan Tim Terbang Layang Provinsi Sulawesi Utara untuk mengikuti kualifikasi PON 2008 di Kalimantan Timur.

Namun saat itu Andri yang turun pada nomor mix double gugur dalam babak kualifikasi.

Selanjutnya pada 2011 Andri mewakili Provinsi Banten mengikuti kualifikasi PON 2012 di Riau, juga dengan hasil yang mengecewakan karena gugur salam babak kualifikasi.

Andri mengaku sudah lama mengenal Paul Mnusefer yaitu sekitar tahun 2007 saat Papua mengirim empat atlet untuk berlatih di daerahnya.

Perkenalan Andri dengan Paul Mnusefer semakin akrab saat Andri mengawal pesawat Pusdik yang akan digunakan pada PON 2012 di Riau.

"Saat itu Pak Paul mengajak saya untuk bergabung dengan Tim Papua. Saya berterima kasih sekali karena atas jasa-jasa beliau saya bisa meraih prestasi di PON XX 2021 ini," ukarnya.
  Attlet Terbang Layang Papua Andri Abdul Rohman (ANTARA/Evarianus Supar)
Membela Papua

Pada 2015 Andri sudah mewakili Tim Papua tampil dalam ajang kualifikasi terbang layang untuk PON 2016 di Jawa Barat.

Meski lolos ke PON 2016 di Jawa Barat, namun saat itu Andri yang turun pada nomor precision landing single seater putra hanya bisa menduduki peringkat ke-5 sehingga tidak mampu meraih medali.

Andri menegaskan dirinya sama sekali tidak pernah dibajak untuk membela Tim Papua.

 "Itu tidak benar, saya dengan hati nurani sendiri memang sejak awal sekitar tahun 2008 ingin membela Papua. Terima kasih atas dukungan isteri, anak-anak, semua rekan-rekan tim, terutama Pak Paul. Beliau paling berjasa dalam karir terbang layang saya," ujarnya.

Setelah  mempersembahkan medali emas bagi kontingen Papua pada PON XX Papua, Andri hanya berharap satu hal.

"Kalau memang diizinkan, saya ingin menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) di Papua untuk bisa terus membela Papua dan melatih adik-adik generasi penerus terbang layang Papua," ujarnya.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024