Jayapura (ANTARA) - Meskipun sukses merebut medali emas nomor tunggal putri seni cabang olahraga pencak silat Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Puspa Arumsari dari DKI Jakarta mengaku belum tampil maksimal dalam pertandingan final itu.
"Kalau dibilang puas, tidak. Untuk penampilan tadi masih kurang dari seperti biasanya," kata Puspa Arumsari di GOR Toware, Jayapura, Senin.
Ia mengungkapkan ketidakpuasannya itu terjadi setelah mengukur dan mengevaluasi diri dari latihan-latihan sebelum partai final PON Papua.
"Saya yang bergerak setiap hari jadi tahu di mana kemampuan saya," tandas Puspa.
Kendati demikian, juara dunia 2016 itu mengaku bersyukur atas pencapaiannya dalam pesta olahraga terbesar setanah air ini.
Puspa bertekad akan lebih memaksimalkan penampilannya di atas gelanggang pada masa mendatang agar bisa memberikan yang terbaik kepada DKI Jakarta dan Indonesia di kancah internasional.
Kurang maksimalnya penampilan perempuan kelahiran 10 Maret 1993 tersebut tidak lepas dari statusnya sebagai juara dunia, Asian Games dan SEA Games, termasuk juga sebagai peraih medali emas silat PON Jawa Barat 2016.
Pesilat berdarah sunda ini juga mengaku kurang maksimal tampil di gelanggang karena tingginya tekanan dari penonton yang berada di GOR Toware.
Akan tetapi, dia mengaku bisa segera melepaskan tekanan itu sampai akhirnya menjadi yang terbaik setelah mengalahkan pesilat Jawa Barat dan Bali.
"Kalau dibilang puas, tidak. Untuk penampilan tadi masih kurang dari seperti biasanya," kata Puspa Arumsari di GOR Toware, Jayapura, Senin.
Ia mengungkapkan ketidakpuasannya itu terjadi setelah mengukur dan mengevaluasi diri dari latihan-latihan sebelum partai final PON Papua.
"Saya yang bergerak setiap hari jadi tahu di mana kemampuan saya," tandas Puspa.
Kendati demikian, juara dunia 2016 itu mengaku bersyukur atas pencapaiannya dalam pesta olahraga terbesar setanah air ini.
Puspa bertekad akan lebih memaksimalkan penampilannya di atas gelanggang pada masa mendatang agar bisa memberikan yang terbaik kepada DKI Jakarta dan Indonesia di kancah internasional.
Kurang maksimalnya penampilan perempuan kelahiran 10 Maret 1993 tersebut tidak lepas dari statusnya sebagai juara dunia, Asian Games dan SEA Games, termasuk juga sebagai peraih medali emas silat PON Jawa Barat 2016.
Pesilat berdarah sunda ini juga mengaku kurang maksimal tampil di gelanggang karena tingginya tekanan dari penonton yang berada di GOR Toware.
Akan tetapi, dia mengaku bisa segera melepaskan tekanan itu sampai akhirnya menjadi yang terbaik setelah mengalahkan pesilat Jawa Barat dan Bali.