Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Viktor Malisa dan Marinus Kosay melatih sejumlah petani sawah menyiapkan benih agar mereka tidak terus tergantung kepada pemerintah ketika hendak menanam padi di lahan baru.
Sekretaris Dinas Pertanian Jayawijaya Viktor Malisa di Wamena, Kamis, mengatakan selama ini petani selalu menggiling seluruh padi hasil panen mereka tanpa menyisakannya untuk pembenihan, sehingga saat memasuki masa tanam mereka mengharapkan bantuan benih dari dinas.
"Sebelum itu hasil panen mereka giling semua sehingga ketika menggarap lahan berikutnya mereka bingung mendapatkan bibit lalu ujung-ujungnya ke dinas minta bibit. Tetapi sekarang masalah itu sudah mulai tidak muncul lagi karena setiap kelompok sudah memperhatikan itu," katanya.
Viktor memastikan petani sawah tidak hanya diberikan materi tentang cara menyiapkan bibit. Mereka langsung mempraktikkan sehingga persiapan bibit tidak mengalami kendala serius.
"Awal saya dengan Pak Kabid Prasarana, Kosay mulai menghidupkan kembali sawah kami turun dan mengajarkan mereka bahwa dalam pengembangan pertanian, hal yang tidak boleh dilupakan itu bibit atau benih," katanya.
Dengan penyiapan pembibitan yang baik itu, petani sawah di Jayawijaya bisa rutin menanam dua kali dalam se-tahun.
Berdasarkan data dinas pertanian, terdapat tujuh kelompok tani sawah yang hidup dan tersebar di Walelagama, Siepkosi, Mulima, Libarek, Muai, Elabukama, Asolokobal dan Pyramid.
"Di dalam kelompok ini ada sub-sub kelompok. Berdasarkan data tercatat sekitar 547 kepala keluarga yang terlibat dalam kegiatan persawahan. Jadi pemuda-pemudi yang selama ini menganggur juga ikut terlibat di dalam," katanya.
Ratusan kepala keluarga ini mengembangkan 130 hektare persawahan dan terus didorong agar bertambah sebab Jayawijaya memiliki potensi pengembangan komoditas itu.
"Produksi satu kali musim tanam adalah 327 ton beras. Selama ini kami mengajarkan kemandirian kepada petani, bukan ketergantungan," katanya.
Sekretaris Dinas Pertanian Jayawijaya Viktor Malisa di Wamena, Kamis, mengatakan selama ini petani selalu menggiling seluruh padi hasil panen mereka tanpa menyisakannya untuk pembenihan, sehingga saat memasuki masa tanam mereka mengharapkan bantuan benih dari dinas.
"Sebelum itu hasil panen mereka giling semua sehingga ketika menggarap lahan berikutnya mereka bingung mendapatkan bibit lalu ujung-ujungnya ke dinas minta bibit. Tetapi sekarang masalah itu sudah mulai tidak muncul lagi karena setiap kelompok sudah memperhatikan itu," katanya.
Viktor memastikan petani sawah tidak hanya diberikan materi tentang cara menyiapkan bibit. Mereka langsung mempraktikkan sehingga persiapan bibit tidak mengalami kendala serius.
"Awal saya dengan Pak Kabid Prasarana, Kosay mulai menghidupkan kembali sawah kami turun dan mengajarkan mereka bahwa dalam pengembangan pertanian, hal yang tidak boleh dilupakan itu bibit atau benih," katanya.
Dengan penyiapan pembibitan yang baik itu, petani sawah di Jayawijaya bisa rutin menanam dua kali dalam se-tahun.
Berdasarkan data dinas pertanian, terdapat tujuh kelompok tani sawah yang hidup dan tersebar di Walelagama, Siepkosi, Mulima, Libarek, Muai, Elabukama, Asolokobal dan Pyramid.
"Di dalam kelompok ini ada sub-sub kelompok. Berdasarkan data tercatat sekitar 547 kepala keluarga yang terlibat dalam kegiatan persawahan. Jadi pemuda-pemudi yang selama ini menganggur juga ikut terlibat di dalam," katanya.
Ratusan kepala keluarga ini mengembangkan 130 hektare persawahan dan terus didorong agar bertambah sebab Jayawijaya memiliki potensi pengembangan komoditas itu.
"Produksi satu kali musim tanam adalah 327 ton beras. Selama ini kami mengajarkan kemandirian kepada petani, bukan ketergantungan," katanya.