Timika (ANTARA) - Usaha Dagang Putri Desi, satu-satunya eksportir kepiting bakau di Timika, Papua berhasrat untuk merambah pasar negara Tiongkok lantaran permintaan daging kepiting di negara China terus meningkat.

"Tentu kita ingin masuk ke pasar China karena lebih menguntungkan. China negara besar dengan penduduk yang sangat banyak tentu permintaan kepitingnya bakau sangat besar," kata pimpinan UD Putri Desi Timika Hartati di Timika, Senin.

Hartati mengaku sudah beberapa kali mengirim kepiting bakau Timika ke Tiongkok, namun harus melalui pintu ekspor Jakarta menggunakan perusahaan perantara.

"Pembeli di China mau terima sampai 1.000 kilogram. Mereka butuh kepiting ukuran 200 gram sampai 500 gram. Harganya juga lebih tinggi dibanding kirim ke Singapura dan Malaysia. Di China bisa sampai Rp800 ribu per kilogram, sementara di Singapura hanya Rp280 ribu dan Malaysia Rp210 ribu sampai Rp220 ribu," tutur Hartati.

Kendala yang dihadapi UD Putri Desi untuk bisa mengekspor langsung kepiting bakau Timika ke Tiongkok lantaran belum mendapatkan perizinan dari pemerintah.

"Untuk bisa masuk ke China, kami harus mengajukan ke pemerintah untuk didaftarkan sebagai eksportir ke negara China. Setelah terdaftar dan sertifikatnya sudah terbit, barulah kami bisa mengirim barang ke sana,"ujarnya.

Sedangkan Fasilitas instalasi karantina yang dimiliki, menurut Hartati,  juga harus memenuhi persyaratan yang diminta.

"Kalau untuk fasilitas instalasi karantina kepiting, kami sudah punya dan memenuhi standar," kata Hartati.

Sejak 2016 UD Putri Desi Timika telah melakukan kegiatan ekspor kepiting dengan tujuan dua negara yaitu Singapura dan Malaysia.

Namun setelah pandemi COVID-19 melanda dunia pada awal 2020 hingga saat ini, kegiatan ekspor kepiting bakau Timika tidak selancar sebelumnya dan hanya bisa dikirim ke Singapura.

Guna mendukung kegiatan tersebut, UD Putri Desi bekerja sama dengan Koperasi Mbiti yang mewadahi para nelayan asli Suku Kamoro yang bermukim di wilayah pesisir Mimika.

Para nelayan pengumpul kepiting itu ada tiga kelompok yang berasal dari Pulau Karaka, Distrik Mimika Timur Jauh, sementara kelompok nelayan yang lain berasal dari Kampung Keakwa Distrik Mimika Tengah.

Hartati mengatakan ada dua jenis populasi kepiting bakau di wilayah Mimika yaitu kepiting bakau berwarna hitam yang tersebar di wilayah Distrik Amar hingga Potowayburu Distrik Mimika Barat Jauh.

Sementara kepiting bakau berwarna merah tersebar lebih luas mulai dari Kokonao Distrik Mimika Barat hingga wilayah timur Mimika, bahkan hingga ke Kabupaten Asmat.

"Setiap kepiting yang didapatkan oleh nelayan atau pengumpul kami timbang langsung berapa ukurannya per ekor, lalu langsung dibayar di tempat dan diberikan nota. Kami membiasakan masyarakat untuk berlaku transparan agar mereka tidak merasa ditipu. Kalau harga jual kepiting bakau ekspor semakin mahal maka harga yang kami beli dari nelayan tentu akan lebih mahal lagi," jelasnya.

Pemerintah Kabupaten Mimika melalui dinas perindustrian dan perdagangan serta dinas kelautan perikanan terus mendorong pelaku usaha kecil menengah mengekspor hasil perikanan ke berbagai negara tujuan guna meningkatkan pendapatan daerah.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024