Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya mengawasi penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) di seluruh Agen Premium dan Solar (APMS) melalui penggunaan mesin pompa minyak atau dispenser guna mencegah penyelewengan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Perdagangan Jayawijaya Lukas Kossay di Wamena, Selasa, mengakui pernah menjadi temuan adanya salah satu APMS yang memiliki meteran pada dispenser tidak bekerja sesuai dengan BBM yang dikeluarkan.
"Sesungguhnya memang ada temuan di salah satu APMS, namun itu sudah diperbaiki," katanya.
Menurut Lukas, persoalan tersebut sudah disampaikan kepada pihak Pertamina di Jayapura.
"APMS yang bermasalah tersebut sudah ditegur, dan kami membuat laporan kepada Pertamina di Jayapura agar hal ini segera ditangani," ujarnya.
Dia menjelaskan tidak hanya itu, Pemerintah Jayawijaya juga sudah memiliki alat untuk mengukur permasalahan serupa sehingga pengawasan akan terus dilakukan.
"Jadi kami bisa mendeteksi mesin rusak yang mana, terus waktu pengisian itu lima detik masuknya berapa, sampai dengan kalau satu menit berapa yang masuk, itu sudah kami punya alatnya," katanya lagi.
Dia menambahkan pemerintah menduga hal ini terjadi karena usia dispenser yang sudah tua dan perlu diganti dengan yang baru.
"Ini sepertinya tidak disengaja, namun dari sisi usia juga harus diganti dengan yang baru, tetapi sampai sekarang belum diganti makanya sedikit rewel dan dibongkar pasang sehingga hal tersebut akan menyebabkan perubahan," ujarnya lagi.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Perdagangan Jayawijaya Lukas Kossay di Wamena, Selasa, mengakui pernah menjadi temuan adanya salah satu APMS yang memiliki meteran pada dispenser tidak bekerja sesuai dengan BBM yang dikeluarkan.
"Sesungguhnya memang ada temuan di salah satu APMS, namun itu sudah diperbaiki," katanya.
Menurut Lukas, persoalan tersebut sudah disampaikan kepada pihak Pertamina di Jayapura.
"APMS yang bermasalah tersebut sudah ditegur, dan kami membuat laporan kepada Pertamina di Jayapura agar hal ini segera ditangani," ujarnya.
Dia menjelaskan tidak hanya itu, Pemerintah Jayawijaya juga sudah memiliki alat untuk mengukur permasalahan serupa sehingga pengawasan akan terus dilakukan.
"Jadi kami bisa mendeteksi mesin rusak yang mana, terus waktu pengisian itu lima detik masuknya berapa, sampai dengan kalau satu menit berapa yang masuk, itu sudah kami punya alatnya," katanya lagi.
Dia menambahkan pemerintah menduga hal ini terjadi karena usia dispenser yang sudah tua dan perlu diganti dengan yang baru.
"Ini sepertinya tidak disengaja, namun dari sisi usia juga harus diganti dengan yang baru, tetapi sampai sekarang belum diganti makanya sedikit rewel dan dibongkar pasang sehingga hal tersebut akan menyebabkan perubahan," ujarnya lagi.