Jayapura (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, Papua menyosialisasikan pengawasan dan pencegahan penyakit hewan kurban menjelang Idul Adha 1444 Hijriah kepada panitia dan penyembelih hewan kurban di Sentani, Selasa.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura Adorsina Wompere di Sentani, Selasa, mengatakan sosialisasi tersebut untuk mengantisipasi penularan penyakit dari hewan ke manusia.
"Penyakit yang berpotensi menyebar ke manusia seperti pada waktu pemotongan hewan kurban ada cacing di hati dan itu bisa menular kemudian penyakit kulit scabies bisa juga menular ke manusia," katanya.
Ia menjelaskan pentingnya langkah tersebut guna memastikan daging kurban dalam keadaan layak konsumsi.
"Kalau bisa sapi yang diambil ialah sapi yang sudah diperiksa oleh petugas bahwa memang sapi itu layak untuk dijadikan sapi kurban," ujarnya.
Pihaknya mengingatkan petugas penyembelih hewan kurban melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan, antara lain memperhatikan aspek higienis dan sanitasi sehingga daging kurban halal dan aman dikonsumsi.
"Karena penyakit cacing hati pada ternak setiap tahun kami temukan kemudian penyakit kulit masih ada sehingga kami melakukan pemeriksaan antemortem sebelum pemotongan hewan kurban begitu menunjukkan gejala kami langsung merekomendasikan untuk tidak dipotong dulu," katanya.
Berdasarkan pemantauan, setiap tahun pihaknya menemukan penyakit cacing hati pada ternak dan biasanya ditemukan di sapi yang didatangkan dari daerah yang rawan penyakit hewan ternak.
"Artinya sapi tidak dirawat intensif karena dua bulan sebelum hewan kurban kami dari dinas sudah melakukan pengobatan obat cacing untuk sapi-sapi yang nanti dikurbankan," ujarnya.
Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk pengobatan yang terus dilakukan karena cacing hati tidak bisa mati dengan pemanasan biasa sehingga hal itu yang harus dilakukan pencegahan.
"Dari data 2022 kami menemukan di setiap masjid di Kabupaten Jayapura ada 10 ekor sapi yang terkena penyakit cacing hati dan sebelum itu juga ada lebih banyak sehingga sekarang kami terus lakukan penanganan agar sapi yang terkena penyakit cacing lebih sedikit," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura Adorsina Wompere di Sentani, Selasa, mengatakan sosialisasi tersebut untuk mengantisipasi penularan penyakit dari hewan ke manusia.
"Penyakit yang berpotensi menyebar ke manusia seperti pada waktu pemotongan hewan kurban ada cacing di hati dan itu bisa menular kemudian penyakit kulit scabies bisa juga menular ke manusia," katanya.
Ia menjelaskan pentingnya langkah tersebut guna memastikan daging kurban dalam keadaan layak konsumsi.
"Kalau bisa sapi yang diambil ialah sapi yang sudah diperiksa oleh petugas bahwa memang sapi itu layak untuk dijadikan sapi kurban," ujarnya.
Pihaknya mengingatkan petugas penyembelih hewan kurban melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan, antara lain memperhatikan aspek higienis dan sanitasi sehingga daging kurban halal dan aman dikonsumsi.
"Karena penyakit cacing hati pada ternak setiap tahun kami temukan kemudian penyakit kulit masih ada sehingga kami melakukan pemeriksaan antemortem sebelum pemotongan hewan kurban begitu menunjukkan gejala kami langsung merekomendasikan untuk tidak dipotong dulu," katanya.
Berdasarkan pemantauan, setiap tahun pihaknya menemukan penyakit cacing hati pada ternak dan biasanya ditemukan di sapi yang didatangkan dari daerah yang rawan penyakit hewan ternak.
"Artinya sapi tidak dirawat intensif karena dua bulan sebelum hewan kurban kami dari dinas sudah melakukan pengobatan obat cacing untuk sapi-sapi yang nanti dikurbankan," ujarnya.
Pihaknya akan melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk pengobatan yang terus dilakukan karena cacing hati tidak bisa mati dengan pemanasan biasa sehingga hal itu yang harus dilakukan pencegahan.
"Dari data 2022 kami menemukan di setiap masjid di Kabupaten Jayapura ada 10 ekor sapi yang terkena penyakit cacing hati dan sebelum itu juga ada lebih banyak sehingga sekarang kami terus lakukan penanganan agar sapi yang terkena penyakit cacing lebih sedikit," katanya.