Timika (Antara Papua) - Kepolisian Daerah Papua membantah tudingan sejumlah pihak bahwa keberadaan 806 orang pengungsi dari Kampung Banti, Kimbeli, dan Opitawak, Distrik Tembagapura di Timika saat ini lantaran dianjurkan oleh aparat keamanan.
Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal, di Timika, Rabu, menegaskan ratusan warga asli Papua dari ketiga kampung itu memilih mengungsi sementara waktu ke Timika atas kemauan mereka sendiri.
"Keberadaan mereka di Timika sekarang ini atas kemauan mereka sendiri, bukan karena desakan aparat kepolisian dan TNI. Kami hanya memfasilitasi karena saat itu (Senin, 20/11), mereka merasa tidak aman dan nyaman untuk tetap bertahan di kampung," ujar Kombes Kamal.
Ia mengatakan pada saat aparat mengevakuasi 344 warga non-Papua dari Tembagapura pada Jumat (17/11), warga asli Papua yang bermukim di Kimbeli, Banti, dan kampung-kampung lainnya memilih tetap bertahan di kampung mereka.
Namun selang dua hari kemudian, sebagian warga Kampung Banti meminta untuk dievakuasi ke Timika.
"Setelah ibadah hari Minggu, sebagian warga menyatakan ingin berangkat ke Timika. Awalnya warga yang hendak dievakuasi ke Timika diprediksi hanya sekitar 400-500 orang. Namun saat hendak diberangkatkan ke Timika pada Senin (20/11), jumlahnya membengkak mencapai 806 orang. Kami sama sekali tidak menyangka hal itu," kata Kombes Kamal pula.
Menurut dia, aparat Polri dan TNI sudah menjelaskan kepada warga soal kondisi yang bakal mereka hadapi jika harus mengungsi sementara ke Timika. Namun demikian warga tetap bersikeras untuk segera diberangkatkan ke Timika.
Kombes Kamal menduga pilihan warga Banti, Kimbeli, dan Opitawak mengungsi sementara ke Timika agar bisa mendapatkan perhatian dari pemda setempat, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan pokok (makan-minum) sehari-hari, pelayanan kesehatan maupun pendidikan bagi anak-anak sekolah.
Di Kampung Banti dan Kimbeli yang sebelumnya ramai dengan keberadaan para pendulang emas tradisional serta pedagang barang kebutuhan pokok kini sudah tidak lagi ada aktivitas seperti itu, lantaran semua warga non-Papua yang berprofesi sebagai pendulang emas dan pedagang sudah dievakuasi ke Timika.
Keberadaan para pendulang emas maupun pedagang barang kebutuhan pokok di wilayah Banti, Kimbeli, dan area longsoran dekat Kali Kabur itu selama ini memberikan keuntungan ekonomis bagi warga setempat.
"Para penambang ilegal dan pedagang itu menyewa lokasi dari penduduk asli setempat. Sekarang mereka semua sudah pergi dari sana, sehingga secara otomatis warga asli sudah tidak lagi mendapatkan penghasilan. Tentu ini menjadi beban sosial yang harus dipikirkan secara matang solusinya ke depan seperti apa," ujar Kombes Kamal.
Ia menambahkan, keberadaan ratusan warga asli Papua dari ketiga kampung yang mengungsi sementara waktu di Timika itu perlu mendapat perhatian dan penanganan serius oleh Pemkab Mimika maupun pihak Kementerian Sosial.
"Mereka ini juga saudara-saudara kita yang tentu mempunyai hak dan memiliki impian bisa hidup layak untuk keluarga maupun anak-anak mereka. Kami terus mendorong Pemkab Mimika dan pihak-pihak terkait agar masyarakat ini merasa aman dan nyaman. Tentu masalah kesejahteraan sosial mereka harus dipikirkan oleh pemerintah agar mereka bisa kembali survive," kata Kombes Kamal.
Bakar batu
Pada Rabu (22/11) petang, ratusan pengungsi Kampung Banti, Kimbeli, dan Opitawak yang sementara ini ditempatkan di posko pengungsian Gedung Eme Neme Yauware Timika menggelar syukuran dengan melaksanakan tradisi adat `bakar batu`.
Kepala Suku Kimbeli Kamaniel Waker mengatakan kegiatan `bakar batu` itu dilaksanakan sebagai bentuk atau ungkapan syukur atas keselamatan warga setelah berminggu-minggu mereka hidup dalam kondisi gangguan keamanan.
Untuk melaksanakan ritual bakar batu itu, Ketua DPRD Mimika Elminus Mom menyumbang 14 ekor babi.
Kamaniel mengatakan warga pengungsi asal Distrik Tembagapura itu akan berembuk untuk menentukan masa depan mereka, kembali ke kampung asal di Tembagapura atau menetap di Timika dengan mencarikan lokasi permukiman baru.
Dengan mempertimbangkan aspek pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak, Kamaniel cenderung memilih opsi akan menetap di Timika yaitu di wilayah Mil 32, Distrik Kuala Kencana. (*)
Berita Terkait
BPBD imbau warga Mimika antisipasi kebakaran saat musim panas
Kamis, 28 Maret 2024 23:38
PTFI beri layanan kesehatan mata gratis masyarakat Mimika
Rabu, 27 Maret 2024 15:22
Lanud Timika gelar bazar murah peringati HUT TNI AU
Rabu, 27 Maret 2024 15:18
KPK panggil Bupati Mimika Eltinus Omaleng jadi saksi sidang Tipikor
Selasa, 26 Maret 2024 19:52
DLH Mimika minta petugas kebersihan tetap koordinasi bekerja
Selasa, 26 Maret 2024 2:41
Suku Amugme Mimika miliki kekayaan sastra lisan
Selasa, 26 Maret 2024 2:38
BPJS Mimika sebut APBD tanggung biaya kesehatan 30 ribu warga
Minggu, 24 Maret 2024 20:33
Disdik Mimika dorong beri makan siang gratis
Sabtu, 23 Maret 2024 19:51