Timika (Antara Papua) - Kementerian Sosial mengirimkan tim untuk mendampingi dan mendukung psikososial warga Kampung Banti, Kimbeli dan Opitawak, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua yang kini mengungsi sementara di Gedung Eme Neme Yauware, Timika.
Koordinator tim layanan dukungan psikososial Kemensos Milly Mildawati di Timika, Jumat, mengatakan tim pendamping yang didatangkan dari Jakarta berjumlah tiga orang ditambah dua personel dan relawan di Timika memberikan layanan dukungan sosial kepada para pengungsi terutama anak-anak.
"Dukungan layanan ini lebih difokuskan ke anak-anak karena mereka mempunyai kebutuhan khusus dan kelompok yang paling rentan. Kebutuhan anak-anak ini yaitu bermain, belajar serta beraktivitas harus terpenuhi. Jangan sampai sama sekali tidak ada aktivitas atau vakum selama di tempat pengungsian sementara," kata Milly.
Kegiatan dukungan psikososial itu melibatkan para guru yang bertugas di TK, SD dan SMP Negeri Banti yang memang semuanya sudah berada di Timika.
"Kalau pagi-pagi yang memberikan pengajaran yaitu guru-guru mereka sendiri yang sebelumnya bertugas di Banti. Tapi kalau sore hari ada relawan dari unsur mahasiswa, dari gereja dan juga relawan dari guru-guru yang ada di Timika," jelas Milly.
Sejauh ini, katanya, belum terlihat ada kondisi traumatis yang diperlihatkan anak-anak pengungsi dari wilayah Tembagapura itu. Anak-anak baru sebatas menunjukkan reaksi cemas lantaran keluar dari rutinitas kehidupan mereka sehari-hari.
Hal itu terjadi lantaran perbedaan kondisi cuaca di Banti dan Timika. Jika di Banti, Kimbeli dan Opitawak yang berada di wilayah pegunungan, kondisi cuacanya dingin berkabut sepanjang hari, sementara di Timika yang berada di wilayah dataran rendah, kondisi cuacanya cukup panas.
"Perpindahan tempat itulah yang menyebabkan mereka cemas dan bertanya-tanya. Jadi, harus terus diberikan aktivitas seperti di rumah mereka sendiri. Kami harus memastikan aktivitas mereka tetap berjalan," jelasnya.
Milly mengaku tidak ada hambatan dalam komunikasi dengan para pengungsi lantaran anak-anak maupun orang dewasa yang mengungsi tersebut mampu berbahasa Indonesia dengan lancar.
Sejak Senin (20/11), sebanyak 806 warga dari Kampung Banti, Kimbeli dan Opitawak, Distrik Tembagapura memilih mengungsi sementara waktu ke Timika karena ada gangguan keamanan dari kelompok kriminal bersenjata sejak dua pekan lalu.
Kemensos telah memberikan bantuan berupa 1.000 lembar matras dan 1.000 paket kidware.
Selain itu, 1.000 paket peralatan mandi, tambahan selimut sebanyak 1.000 lembar, sarung 1.000 lembar, kaos dewasa pendek 600, kaos dewasa panjang 600, daster 500 buah, kain batik 500, tenda gulung 200, seragam anak SD 200, SMP 150, SMA 150, serta paket belajar 299 paket dan paket bermain 299 paket. (*)
Berita Terkait
BPBD imbau warga Mimika antisipasi kebakaran saat musim panas
Kamis, 28 Maret 2024 23:38
PTFI beri layanan kesehatan mata gratis masyarakat Mimika
Rabu, 27 Maret 2024 15:22
Lanud Timika gelar bazar murah peringati HUT TNI AU
Rabu, 27 Maret 2024 15:18
KPK panggil Bupati Mimika Eltinus Omaleng jadi saksi sidang Tipikor
Selasa, 26 Maret 2024 19:52
DLH Mimika minta petugas kebersihan tetap koordinasi bekerja
Selasa, 26 Maret 2024 2:41
Suku Amugme Mimika miliki kekayaan sastra lisan
Selasa, 26 Maret 2024 2:38
BPJS Mimika sebut APBD tanggung biaya kesehatan 30 ribu warga
Minggu, 24 Maret 2024 20:33
Disdik Mimika dorong beri makan siang gratis
Sabtu, 23 Maret 2024 19:51