Wamena (Antaranews Papua) - Puluhan hektare sawah di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, terancam gagal panen karena terendam air luapan kali Baliem akibat guyuran hujan deras dalam intensitas tinggi.
Versi kelompok tani, dari 74 hektare luas sawah yang tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Jayawijaya, sekitar 50 persen atau puluhan hekatre terendam dan dikhawatirkan terjadi gagal panen.
Ruben Lokobal, ketua kelompok tani di Distrik Asolokobal, Selasa, mengatakan lahan yang dibuka kelompok tani di kampungnya adalah empat hektare, namun separuh dari lahan yang dikelola rutin terendam air.
"Setelah satu bulan masa tanam, Kali Baliem meluap akhirnya semua tergenang dan banyak (tanaman padi) yang mati. Kita di sini belum tahu jenis padinya, tetapi yang kita tahu adalah padi Toraja (kerena bibit padi dibawa dari Toraja)," katanya.
Untuk mengatasi lahan sawah yang terendam, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya memberikan bantuan alat penyedot air kepada kelompok tani dan segera dimanfaatkan untuk mengeringkan tanaman padi yang terendam.
"Kita sudah dapat bantuan alat, tetapi saya belum manfaatkan," katanya
Poli Wetipo, ketua kelompok tani di Kampung Heleluwa, Distrik Megapura mengatakan selain persoalan lahan yang selalu tergenang air, 25 hektar lahan yang ada belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik oleh petani.
"Biasa sering kita alami itu pada saat hujan, terjadi banjir lalu mengakibatkan padi mati sehingga ada yang jarak-jarak, ada yang tumbuh dahulu lalu ada yang tumbuh lebih lambat seperti yang sekarang terjadi," katanya.
Ia mengajak warga untuk membuka lahan persawahan sebab melalui pembukaan lahan yang rutin dilakukan oleh beberapa warga, mereka berhasil membiayai anak-anak mereka hingga menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
"Biasa kami jual beras produksi kami, per-kilogram itu Rp20 ribu, tetapi pada Desember 2017 hingga Januari 2018 itu Rp35 ribu, dan habis dibeli karena orang banyak suka beras lokal. Bahkan pembeli langsung datang ke lokasi," katanya.
Persoalan yang sama dihadapi oleh petani padi di Distrik Siepkosy yaitu separuh dari 42 hektare lahan di sana terendam air hujan dan air sungai.
Usai memantau langsung pengembangan lahan persawahan di tiga lokasi tersebut, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Jayawijaya Hendri Tetelepta, mengatakan pemerintah akan terus berupaya agar petani sawah bisa terhindar dari masalah yang dikeluhkan.
"Upaya kita untuk mengatasi ini, kita sudah minta bantuan dari pemerintah pusat dan kita sudah menerima satu excavator mini," katanya.
Karena baru menjabat sebagai kepala dinas mejelang tujuh bulan, ia mengatakan persoalan itu menjadi pekerjaan rumah yang akan terus dibenahi secara bertahap.
"Sawah ini program Nasional selain jagung dan kedelai dan pada tahun 2016 hingga 2017 itu tidak ada program pencetakan sawah di Jayawijaya. Nanti pada tahun 2018 baru ada," katanya. (*)
Berita Terkait
Pemkot Jayapura sebut 50 persen ASN sudah laporkan SPT Pajak
Jumat, 29 Maret 2024 15:37
Pemkot Jayapura prioritaskan empat program pembangunan 2025
Jumat, 29 Maret 2024 15:36
Pemkab harap Paskah mampu tingkatkan spiritual umat Kristiani Jayapura
Jumat, 29 Maret 2024 15:34
Tokoh Adat ajak warga pupuk toleransi antar umat beragama di Tanah Papua
Jumat, 29 Maret 2024 15:33
PLN jual 1000 paket bahan pokok pasar murah di Nabire
Jumat, 29 Maret 2024 11:48
Perum Bulog Biak jamin stok beras kebutuhan lebaran terjamin aman
Jumat, 29 Maret 2024 11:46
Pertamina lakukan pemantauan SPBU di Kabupaten Nabire
Jumat, 29 Maret 2024 11:45
ANTARA berbagi takjil gratis bagi masyarakat Papua yang berpuasa
Jumat, 29 Maret 2024 9:43