Jakarta (Antaranews Papua) - Presiden Joko Widodo meminta anggota dan pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) tidak terjebak kabar bohong yang beredar menjelang pemilihan presiden (pilpres) 2019.
"Selalu saya sampaikan, hati-hati kalau masuk tahun politik, banyak kabar bohong, hoaks, fitnah saling mencela, berbohong ini bukan tata krama Indonesia, bukan nilai-nilai Islam yang kita miliki, jangan terjebak politik praktis yang membuat kita terpecah-pecah," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Rabu.
Presiden Jokowi menyampaikan hal itu saat menghadiri Pembukaan Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) tahun 2018
"Pilpres silakan pilihan A, B, dipilih tapi lihat programnya apa, lihat prestasi apa, rekam jejaknya seperti apa, idenya seperti apa rekam jejaknya seperti apa. Jangan isu-isu sedikit terutama di medsos langsung kita makan, bahaya sekali. Tema rakrenas LDII hari ini yaitu "LDII untuk bangsa betul, benar," ungkap Presiden.
Ia mencontohkan salah satu kabar bohong yang beredar jelang pilpres adalah bahwa Presiden adalah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Coba dilihat di medsos Presiden Jokowi PKI, sudah 4 tahun diulang-ulang terus tapi yang saya heran ada yang percaya. Saya sampaikan PKI dibubarkan tahun 1966, saya lahir tahun 1961, apa ada aktiviis PKI balita? Ganti lagi bukan Pak Jokowi tapi bapak ibunya, lalu kakek neneknya," tambah Presiden.
Padahal menurut Presiden saat ini sangat mudah untuk mengecek kebenaran itu.
"Masjid LDII di dekat rumah saya ada, gede sekali tapi belum selesai, tanya saja di situ. Saudara-saudara saya di LDII juga banyak, orang tua, kakek, nenek saya, keluarga besar saya itu muslim, tanya saja PKI yang mana?" tegas Presiden.
Presiden lalu bercerita pernah berkunjung ke salah satu pondok pesantren, dan pimpinan ponpes itu juga bertanya mengenai keterlibatannya di dalam PKI.
"Selesai acara, pimpinan pondok, Pak kiai bisik-bisik ke saya, 'Pak Presiden, saya ingin bicara empat mata, saya sudah mikir ini pasti urusan PKI, benar begitu masuk kamar, saya jelaskan, 'Pak kiai apa ada PKI balita?' kaget pak kiai, inilah perkembangan teknologi harus disikapi dengan kearifan dan kebijakan kita," tambah Presiden.
Tidak lupa Presiden memuji penggunakan energi baru terbarukan di sejumlah pondok pesantren LDII.
"Saya tadi disampaikan penggunaan energi terbarukan di pondok di Kediri, cepat banget. Energi 'mikrohidro' juga diterapkan. Saya kira ini dilakukan dalam rangka mengisi agar Indonesia maju ke depan," tegas Presiden.
Saat menghadiri Pembukaan Rakernas LDII di Pondok Pesantren Minhajurrosyiddin, Jakarta Timur, Rabu (10/10) itu, Presiden Joko Widodo juga mengapresiasi LDII yang peduli terhadap persoalan energi terbarukan sebagaimana dibahas dalam Rakernas LDII tahun 2018.
"Tadi saya dibisiki Bapak Ketua Umum, penggunaan energi baru terbarukan di pondok yang di Kediri sudah memakai solar panel semua. Pondok lain belum memulai, ini sudah duluan," kata Jokowi.
Terdapat delapan komisi lainnya yang menjadi bagian Rakernas, salah satunya Komisi Energi Terbarukan. Selain itu, terdapat Komisi Wawasan Kebangsaan, Komisi Keagamaan dan Komisi Ekonomi Syariah. Kemudian, Komisi Pendidikan, Komisi Pangan dan Lingkungan Hidup, Komisi Kesehatan dan Komisi Teknologi Informasi.
Kepala Negara menyebut LDII memiliki perhatian dalam energi terbarukan berupa pembangkit listrik mikrohidro yang mampu menghasilkan listrik. Teknologi itu diterapkan dalam pengolahan sebuah pabrik teh di Jawa Timur dan disebut mampu menghemat biaya produksi hingga separuhnya.
"Mikrohidro juga sudah diterapkan di beberapa tempat oleh LDII. Saya kira ini dilakukan dalam rangka mengisi agar Indonesia maju ke depan," katanya.
Adapun perkembangan teknologi, kata Jokowi, harus terus diperhatikan oleh setiap pihak. Apalagi saat ini perkembangan revolusi industri keempat sudah didepan mata.
"Perkembangan-perkembangan seperti ini yang harus kita hadapi dan kita antisipasi apakah banyak manfaat ataukah banyak mudarat, ini yang belum dihitung. Kalau perusahaan-perusahaan itu kan mikirnya untungnya, tapi bagi warga negara kita memberikan manfaat tidak. Hati-hati," katanya.
Presiden berharap Rakernas LDII mampu memberikan pemikiran kepada pemerintah terkait rekomendasi terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah dalam menyikapi dan mengimplementasikan revolusi industri keempat ini.
"Saya berharap agar dalam Rakernas ini bisa memberikan rekomendasi-rekomendasi ke pemerintah apa yang perlu kita lakukan, rencanakan dan kerjakan untuk menatap Indonesia maju ke depan karena memang tantangannya tidak mudah," katanya.