Jayapura (Antaranews Papua) - Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Papua mengimbau masyarakat setempat untuk menghindari konsumsi produk impor, guna membantu pemerintah meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ketua Umum BPD HIPMI Papua Dasril Sahari, di Jayapura, Selasa, menjelaskan tingginya nilai impor barang ke Indonesia menjadi salah satu penyebab utama menguatnya nilai dolar AS.
Oleh karena itu, ia menilai hal paling mudah yang bisa dilakukan masyarakat adalah menunda pembelian produk impor.
Ajakan tersebut diharapkan ditindaklanjuti pemerintah daerah dengan imbauan ke publik secara luas.
Selain itu, para pengusaha juga diminta bisa berperan aktif membantu pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, terutama mereka yang banyak bertransaksi dengan dolar AS.
"Lalu kita minta pengusaha kelas `kakap` segera tukarkan dolarnya ke rupiah karena hanya itu jalannya untuk memperkuat nilai tukar rupiah," ujarnya.
Dasril juga menekankan bahwa penguatan nilai tukar dolar AS saat ini berbeda dengan yang terjadi saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1998.
Menurut dia, kini cadangan devisa negara masih bisa mengimbangi dan menekan laju inflasi yang disebabkan masalah tersebut.
Namun, ia mengakui dari sisi pengusaha banyak yang terdampak penguatan nilai dolar AS, termasuk dirinya yang menggeluti jasa penyewaan helikopter.
"Pasti terasa dampaknya, apa lagi saya ini bisnisnya di bidang transportasi udara yang semua hitungannya dolar AS. Kemarin kita sudah sepakat hitungan kursnya Rp15.000/dolar AS, begitu hari ini hitungannya sekitar Rp15.200/dolar AS, itu pasti berpengaruh dengan pekerjaan kita," katanya.