Biak (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyebut perekonomian Papua pada triwulan II 2019 diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan lebih dalam yang disebabkan terbatasnya kinerja pertambangan yang berkisar -13,07 persen hingga 12,67 persen.
"Pertumbuhan lebih rendah triwulan pertama 2019 yang berkisar -12,40 persen hingga 12,00 persen,”ujar Ketua Tim ekonomi Bank Indonesia Perwakilan Papua Fauzan pada diseminasi kajian ekonomi keuangan regional Papua triwulan IV 2018, yang berlangsung di Biak, Selasa.
Fauzan mengatakan dari sisi pengeluaran terbatasnya produksi konsentrat tembaga dan emas diperkirakan memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan kinerja komponen ekspor luar negeri pada triwulan II 2019.
Di sisi lain, kinerja rumah tangga diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya bulan Ramadhan dan menjelang hari besar keagamaan Idul Fitri.
Potensi kenaikan konsumsi pemerintah, lanjut Fauzan, diperkirakan juga terjadi seiring pelaksanaan pemilihan presiden pada bulan April 2019.
Fauzan menyebutkan investasi di Papua berpotensi meningkat seiring dengan pengembangan tambang bawah tanah di Gresberg.
"Juga persiapan insfratruktur untuk menunjang pelaksanaan PON XX Papua 2020. Namun, terdapat risiko perlambatan pertumbuhan investasi untuk sementara yang berasal dari program pemerintah pusat sehubungan dengan terbatasnya kinerja pemerintah pusat,” ujarnya.
Diseminasi kajian ekonomi dan keuangan regional Papua diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Papua yang diikuti 40 peserta perwakilan organisasi perangkat daerah, perbankan, badan usaha serta media massa di Biak berlangsung di hotel Asana Biak.