Jakarta (ANTARA) - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf mengatakan Forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim (Abrahamic Faiths Initiative) yang digelar di Vatikan, baru-baru ini, menyatakan perlunya aksi nyata atas konflik agama.
"Diskusi mengerucutkan sikap dan langkah bersama dalam menghadapi kemelut kemanusiaan dewasa ini, yang sangat kental diwarnai oleh konflik antarkelompok agama," kata Gus Yahya, sapaan Katib Aam PBNU, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan Duta Besar Keliling Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback pada awal diskusi menyampaikan keprihatinan yang mendalam jika konflik agama dibiarkan sudah pasti ujungnya adalah saling bunuh di antara sesama manusia.
"Ungkapan itu persis seperti analisis yang dipaparkan dalam 'Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam)' pada 2017," katanya.
Gus Yahya mengatakan siapapun yang membuat deklarasi harus siap menindaklanjutinya dengan langkah-langkah strategis yang nyata.
Dia memberi contoh kiprah Nahdlatul Ulama dalam mambangun strategi transformatif melalui aktivisme sosial, yaitu melakukan pelayanan bagi masyarakat dalam arti luas, termasuk melindungi hak-hak kelompok minoritas.
Forum di Vatikan, kata dia, pada akhirnya mencapai kesepakatan untuk terjun ke wilayah konflik demi mengupayakan jalan keluar.
Namun Gus Yahya mengingatkan bahwa hal itu harus dilakukan dengan strategi yang komprehensif dan terkonsolidasi.
"Tentu dengan dukungan instrumen-instrumen dan sumber daya-sumber daya yang penuh," kata dia.
Dia mengatakan pemimpin umat Katholik Dunia, Paus Fransiskus, menyebut Forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim yang digelar 14-17 Januari adalah wahana untuk mengedepankan ikhtiar-ikhtiar perdamaian.
Gus Yahya menyampaikan Sri Paus menyebut dalam masalah apapun yang dihadapi hendaknya dikembalikan ke akar keberadaan manusia, yaitu sesama saudara.
Katib Aam PBNU mengatakan forum tersebut juga menegaskan dukungan terhadap "Piagam Persaudaraan Kemanusiaan" yang ditandatangani bersama antara Paus Fransiskus dan Tetua Agung Al Azhar Syaikh Ahmad Al Tayeb di Abu Dhabi pada Februari 2019.
Dalam forum di Vatikan, Reverand Thomas Johnson dari World Evangelical Alliance menekankan bahwa deklarasi perdamaian saja tidak cukup karena belum tentu banyak orang mau sungguh-sungguh membaca dan mempelajarinya.
Sementara itu, Chief Rabbi David Rosen menilai perlunya kalangan politik menengok agama-agama sebagai basis strategi resolusi konflik, bukan hanya pendekatan militer dan ekonomi.
Ambassador Sam Brownback pada kesempatan itu juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas segala yang telah dilakukan Nahdlatul Ulama selama ini dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Berita Terkait
Ketum PBNU sebut hubungan Gus Dur dengan Megawati sangat dekat
Selasa, 5 April 2022 14:12
Puan ingin melanjutkan silaturahmi keluarga besar Soekarno dengan PBNU
Selasa, 15 Maret 2022 15:56
KSP: Terpilihnya Gus Yahya bukti regenerasi kepemimpinan NU
Jumat, 24 Desember 2021 15:24
Ketua DPR Puan harap PBNU jadi benteng kebinekaan dan keutuhan NKRI
Jumat, 24 Desember 2021 15:23
Pemilihan Ketua Umum PBNU digelar Kamis malam
Kamis, 23 Desember 2021 16:35
Kandidat Ketua Umum PBNU saling klaim dukungan terbanyak
Rabu, 22 Desember 2021 14:12
Calon ketum Gus Yahya: Jangan pahami NU sekadar sebagai identitas
Rabu, 22 Desember 2021 3:31
PWNU dan PCNU se-Bali pastikan mendukung KH Yahya Cholil Staquf
Selasa, 23 November 2021 7:35