Jayapura (ANTARA) - Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura menghadirkan teknologi Coffee Nose bagi pelaku usaha kopi Papua agar lebih mudah dalam menjaga kualitas dan keunikan rasa serta aroma kopi.
Ketua Tim Pengabdian Uncen Sony Wardoyo dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Selasa, mengatakan alat ini menggunakan sensor gas untuk mendeteksi senyawa volatil yang muncul dari aroma kopi dan cara kerjanya meniru sistem penciuman manusia, tetapi dengan tingkat stabilitas, objektivitas, dan akurasi yang lebih tinggi.
"Hasil pengukuran dari alat tersebut dapat ditampilkan secara real time melalui layar sensor maupun terhubung dengan ponsel pintar atau tablet dengan begitu pelaku UMKM dapat dengan mudah melakukan uji kualitas kopi tanpa harus mengirim sampel ke laboratorium yang biayanya mahal dan membutuhkan waktu lama," katanya.
Menurut Wardoyo, dengan adanya Coffee Nose diharapkan pelaku UMKM kopi di Papua tidak perlu lagi bergantung pada uji laboratorium yang mahal dan memakan waktu sebab teknologi ini membantu menjaga konsistensi kualitas kopi sehingga daya saing produk meningkat.
"Penerapan Coffee Nose diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi para petani dan pelaku UMKM kopi Papua karena alat ini dapat membantu menjaga konsistensi kualitas produk sehingga kepercayaan konsumen meningkat," ujarnya.
Dia menjelaskan kemudian memungkinkan kopi Papua dipasarkan dengan standar mutu yang lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan karena teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik kopi dari berbagai daerah di Papua, seperti Peneli, Kiwirok, Okbab, Sabin, Tiom, Tangma, Kurima, dan Pyramid.
"Setiap daerah memiliki cita rasa unik dan Coffee Nose dapat membantu mengklasifikasikan aroma kopi berdasarkan asal usul maupun metode pengolahannya," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan cara ini kopi Papua tidak hanya dipandang sebagai satu kesatuan produk, tetapi sebagai rangkaian variasi dengan keunikan masing-masing, mirip dengan single origin coffee yang dihargai tinggi di pasar internasional.
"Inovasi teknologi seperti Coffee Nose hanyalah salah satu langkah awal sehingga de depan masih banyak peluang pengembangan lain yang bisa dilakukan, mulai dari diversifikasi produk, penguatan branding, hingga pemasaran berbasis digital," katanya.
Diharapkan dengan kolaborasi yang solid, pihaknya meyakini kopi Papua akan terus berkilau membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat, sekaligus menjaga identitas budaya yang melekat pada setiap cangkir kopi.

Dia mengatakan ini merupakan upaya Uncen untuk menghadirkan solusi inovatif untuk menjawab tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kopi di Papua dan Program ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi dan akan berlangsung selama satu tahun dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat di bidang produksi kopi.
Uncen juga telah berkolaborasi dengan Highland Roastery dengan menggandeng Highland Roastery, sebuah UMKM kopi di Jayapura yang dipimpin oleh Yafeth Wetipo.
Highland Roastery bukan hanya sekadar tempat penjualan kopi, tetapi juga menjadi pusat edukasi dan pemberdayaan masyarakat di bidang perkopian. UMKM ini dikenal sebagai penyedia kopi Arabika Papua dari berbagai daerah seperti Wamena, Yahukimo, Tiom, hingga Pegubin.
Selain itu, Highland Roastery juga mengelola coffee shop, tempat kursus, hingga layanan co-roasting. Dengan tagline “Good Farmer – Best Coffee – Better Quality”, Highland Roastery menjalin hubungan erat dengan petani lokal Papua untuk memastikan bahwa kopi yang diproduksi tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi para petani.
"Bagi kami, menjaga kualitas kopi Papua adalah menjaga warisan. Dengan dukungan teknologi dari Uncen, kopi Papua akan semakin berkilau di pasar nasional maupun internasional,” ujar Yafeth Wetipo.

