Kota Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, untuk kesekian kalinya mengeluarkan kebijakan dengan mempersilahkan kepala sekolah meliburkan pelajar mereka untuk menekan anak didik terpapar lebih parah lagi terhadap kabut asap melanda daerah itu akibat kebakaran hutan dan lahan.

"Jika anak didik mengalami sesak nafas, pusing-pusing akibat kabut asap pekat silakan sekolah meliburkan mereka, karena kondisi udara saat ini makin tidak kondusif untuk kesehatan," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Abdul Jamal, dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis.

Menurut dia, kebijakan terkait diperlukan untuk menekan korban terpapar kabut asap yang lebih banyak lagi, khususnya di kalangan pelajar dan Surat Edaran tentang kebijakan menetapakn libur sekolah sudah diedarkan ke sekolah jauh hari.

Ia menyebutkan, memang untuk menerapkan libur sekolah tentunya sekolah harus berkordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dan orang tua siswa, dan harus dilaporkan jika ada rencana meliburkan atau memulangkan peserta didik lebih awal dari jam pelajaran mereka.

"Prosesnya harus secara bertahap, sebab sekolah tidak bisa memulangkan peserta didik SD sekaligus agar jam pelajaran atau kelas tidak kosong semua, kecuali murid TK mereka bisa dipulangkan langsung sekaligus," katanya.

Selain itu, kata Jamal, pihak sekolah juga bisa menyikapi kondisi kabut asap dengan memundurkan jadwal masuk kelas atau jadwal belajar, berkaitan dengan kondisi kabut asap tebal dan mengganggu kesehatan.

Kota Pekanbaru saat ini sudah berselimut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah kabupaten di Provinsi Riau bahkan sejak dua hari terakhir, dan pemandangan kabut sangat jelas terlihat pada pagi hari jarak pandang hanya terlihat beberapa meter saja.

Menurut Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Binbin, kabut yang menyelimuti Kota Pekanbaru memang asap kiriman, dan Pekanbaru tidak berpeluang turun hujan.

"Asap yang menyelimuti Pekanbaru adalah asap kiriman dari kebakaran hutan dan lahan di daerah tenggara, seperti Kampar, Kuantan Singingi dan Pelalawan. Data BMKG pada Kamis pagi justru menyatakan satelit tidak memantau titik panas di Pekanbaru," katanya.

Menurut data BMKG,  pada Kamis pagi terdeteksi 237 titik panas yang menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera, dan Riau terbanyak karena mencapai 115 titik panas. Lokasi titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 37 titik, dan Pelalawan 32 titik.

Kemudian di Indragiri Hulu 14 titik, Kepulauan Meranti 10 titik, Rokan Hilir 8 titik, Bengkalis 7 titik, Kuantan Singingi 3 titik, dan Siak serta Kampar masing-masing dua titik panas.

Dari jumlah tersebut ada 68 yang terindikasi titik api kebakaran hutan dan lahan. Lokasi paling banyak juga di Indragiri Hilir 24 titik, dan Pelalawan 19 titik. kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi dan asapnya juga mencapai Riau. 

Baca juga: Pekanbaru terbitkan edaran liburkan sekolah selama Ramadan
Baca juga: Sekolah di Rumbai diliburkan akibat asap
Baca juga: Pekanbaru berselimut asap kebakaran hutan
 

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019