Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pemasaran Hermawan Kertajaya menilai bahwa pengembangan sektor pariwisata akan mendorong aktivitas perdagangan dan investasi menjadi lebih baik.

"Pariwisata merupakan 'gate opener', bagi sektor perdagangan dan investasi," ujar Hermawan Kertajaya yang juga Founder & Chairman MarkPlus, Inc usai seminar "ASEAN Marketing Summit" di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, suatu daerah akan berkembang ekonominya jika sektor pariwisatanya maju. Dampak selanjutnya dari kemajuan pariwisata akan terasa pada produk -produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang akhirnya mengundang investor untuk berinvestasi.

Baca juga: Pengamat sebut desa wisata dorong pengembangan UMKM

"Kalau suatu daerah tidak bisa menarik atau mengembangkan pariwisata maka produk lokal susah dijual dan susah menarik investasi. Rugi kalau pariwisata tidak dijadikan 'gate opener'," ucapnya.

Ia menilai peran pemerintah untuk mendorong pariwisata sudah cukup kuat untuk menarik wisatawan mancanegara melalui branding "Wonderful Indonesia", mendukung perusahaan startup berkaitan pariwisata serta pembangunan infrastruktur.

Baca juga: UMKM Bazaar Mandalika didorong manfaatkan KUR Pariwisata

"Branding 'Wonderful Indonesia' semakin kuat. Platform-platform berkaitan dengan pariwisata juga terkonsep," katanya.

Terkait ppemba pembangunan infrastruktur, telah tercantum dalam Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 pemerintah telah menyatakan komitmennya untuk memprioritaskan pembangunan empat destinasi wisata secara lintas sektor dan terintegrasi. Destinasi pariwisata tersebut meliputi Danau Toba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika.

Dalam kesempatan itu, Hermawan Kartajaya juga mengatakan kemajuan pariwisata di dalam negeri tidak terlepas dari branding, maka itu harus mengikuti perkembangan teknologi.

"Perkembangan teknologi sangat cepat, bahkan terkadang sulit untuk dikejar. Untuk itu sebuah brand harus memahami tiga kata kunci, yakni digital, sosial, dan mobile," katanya.

Kegiatan sosial, lanjut dia, tidak hanya terjadi offline, tapi juga online karena maraknya penggunaan media sosial. Dan itu terjadi secara mobile, lewat perangkat smartphone.

"Jadi sekarang banyak sekali aktivitas seseorang didorong dan dilakukan secara digital," katanya.

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019