Mataram (ANTARA) - Tak terasa setahun sudah bencana gempa bumi yang meluluhlantakkan Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa. Gempa bumi beruntun mengguncang daerah berjuluk pulau "Seribu Masjid" ini.

Setidaknya tiga kali gempa bumi dahsyat yang terjadi secara beruntun. Musibah itu diawali gempa bermagnitudo 6,4 yang kemudian diperparah oleh dua kali gempa dengan magnitudo 7.

Sejatinya gempa bumi beruntun itu selain menelan ratusan korban jiwa dan merusak ribuan bangunan juga telah menghancurkan perekonomian masyarakat, karena tak sedikit toko dan kios roboh dan rata dengan tanah akibat gempa.

Baca juga: Kadin-Alumni ITB bangkitkan perekonomian Lombok

Baca juga: Dana stimulan gempa Rp2,07 triliun sudah diterima Lombok Utara


Kondisi ini keprihatinan berbagai pihak baik pemerintah, lembaga kemanusiaan, swasta maupun lembaga internasional. Bantuan itu tak hanya berwujud bahan pangan, hunian sementara, hunian tetap dan berbagai fasilitas lainnya.

Namun juga bantuan untuk membangkitkan kembali perekonomian masyarakat yang kini mulai menggeliat pascagempa dahsyat. Kini para penyintas gempa Lombok mulai bangkit.

Di tengah kesibukan memperbaiki rumah, sebagian penyintas membuka usaha untuk membangkitkan perekonomian mereka pascabencana gempa bumi setahun lalu.

Sejumlah lembaga kemanusiaan dan lembaga internasional membantu membangkitkan kembali perekonomian masyarakat di Pulau Lombok dengan harapan kehidupan masyarakat semakin membaik usai kejadian bencana gempa bumi tersebut.

Satu dari sekian lembaga internasional itu adalah Badan Program Pembangunan PBB atau United Nations Development Program (UNDP) membantu membangkitkan kembali perekonomian para korban gempa bumi Lombok.

UNDP bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan kemitraan untuk mendorong pembangunan ekonomi di sebuah desa pertanian yang pernah dilanda gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Peluncuran kerja sama UNDP - Baznas tu dilakukan oleh Wakil Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Sophie Kemkhadze, Komisioner Baznas Nana Mintarti, bersama Bupati Lombok Utara Dr H Najmul Akhyar di Desa Sambik Elen, Kabupaten Lombok Utara.

Komisioner Baznas Nana Mintarti menyebutkan pada Agustus 2018, Pulau Lombok dilanda gempa bermagnitudo 7,0 yang menewaskan 564 orang dan menyebabkan 400.000 orang lainnya mengungsi serta merusak lebih dari 70.000 rumah dan infrastruktur utama kegiatan ekonomi pertanian.

Desa Sambik Elen yang merupakan produsen utama kopi dan kacang mete di Kabupaten Lombok Utara, adalah salah satu desa yang mengalami dampak terparah akibat gempa tersebut.

UNDP dan Baznas, kata dia, kemudian menyelenggarakan acara di Pulau Lombok, satu minggu setelah meluncurkan sebuah desa agrowisata di Jambi, salah satu kantong komoditas utama Indonesia.

Kedua inisiatif tersebut merupakan bagian dari kolaborasi yang lebih besar tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) sebagai kelanjutan pembangunan pembangkit listrik mikro hidro di provinsi Jambi tahun lalu.

Dengan kemitraan tersebut, menurut Nana, penduduk Desa Sambik Elen akan belajar keterampilan baru untuk meningkatkan produksi tanaman, memelihara perkebunan, dan menciptakan produk jadi untuk membangun usaha ekonomi menggunakan komoditas lokal.

Nana mengatakan kolaborasi dalam meningkatkan pembangunan ekonomi lokal di Desa Sambik Elen akan mencakup beberapa potensi di desa itu seperti jambu mete, kopi, porang, madu trigona, dan UKM.

Sementara itu, Wakil Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Sophie Kemkhadze mengatakan pemanfaatan ekonomi lokal akan memberikan kesempatan bagi desa yang dilanda gempa untuk membangun kembali dengan lebih baik.

Keterampilan baru dan pemahaman tentang produksi pertanian diperlukan untuk meningkatkan mata pencaharian petani. Keterampilan baru seperti itu sangat diperlukan untuk mempercepat proses pembangunan kembali di daerah yang dilanda gempa.

Menurut Sophiie, kemitraan tersebut dapat menciptakan peluang besar bagi penduduk Desa Sambik Elen untuk membangun kembali dengan lebih baik, setelah selamat dari salah satu bencana besar dalam beberapa tahun terakhir.

Dia optimistis, kesempatan tersebut juga merupakan peluang untuk menciptakan sumber pendapatan baru bagi kelompok-kelompok yang terpinggirkan, termasuk perempuan.

Bupati Lombok Utara, Bapak Najmul Akhyar menyampaikan, apresiasinya kepada Baznas dan UNDP Indonesia terkait perhatian dua lembaga untuk membangun kembali Desa Sambik Elen.

Proyek percontohan

Ia berharap agar desa itu dapat menjadi proyek percontohan bagi kebangkitan ekonomi lokal di desa lainnya.

Sejatinya ini merupakan wujud komitmen UNDP bekerja sama dengan Baznas dalam membantu membangkitkan perekonomian para penyintas bencana gempa bumi Lombok.

Bersama dengan badan-badan PBB lainnya, UNDP telah melaksanakan program bantuan bencana cepat di pulau Lombok, untuk mendukung upaya pemulihan setelah bencana pada 2018, dengan sebagian dana berasal dari sumber daya UNDP sendiri dan dana tanggap darurat pusat PBB.

Hasil dari inisiatif tersebut adalah untuk meningkatkan keberlanjutan sektor pertanian di desa dengan memberikan bantuan teknis baik "on-farm maupun off-farm".

Setelah mengidentifikasi fitur potensial di Sambik Elen, peluang nilai tambah dapat diberikan kepada petani lokal untuk pencapaian keuntungan yang signifikan. Pengembangan peralatan produksi melalui pinjaman lunak dan hibah mikro yang ditargetkan diharapkan di desa ini.

UNDP berharap inisiatif pembangunan ekonomi lokal ini akan mengakomodasi upaya untuk mengentaskan kemiskinan di daerah yang terkena bencana alam untuk mencapai SDGs, terutama tujuan nomor satu (peniadaan kemiskinan), dan nomor delapan (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi).

Perekonomian Provinsi NTB, termasuk Pulau Lombok tumbuh positif setelah setahun pascabencana gempa bumi Diharapkan perekonomian masyarakat normal kembali.

Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I-2019 tumbuh positif sebesar 2,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (y on y) karena adanya aktivitas rekonstruksi pascagempa bumi.

Kepala BPS NTB Suntono menyebutkan sektor konstruksi merupakan lapangan usaha paling tinggi pertumbuhannya pada triwulan I-2019, yakni sebesar 8,14 persen, karena aktivitas rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga terdampak gempa.

Menurut dia, lapangan usaha lainnya yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi NTB adalah pengadaan listrik dan gas sebesar 7,51 persen, dan kategori jasa kesehatan serta kegiatan sosial sebesar 7,51 persen.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB tercatat sebanyak 29.944 unit rumah korban gempa bumi sudah terbangun hingga 3 Mei 2019.

Sebanyak 29.944 unit rumah yang sudah terbangun terdiri atas 6.132 unit milik warga korban gempa bumi yang rumahnya rusak berat, 5.038 rusak sedang dan 18.744 rusak ringan.

Rumah yang mengalami kerusakan akibat rentetan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018, tersebar di Kabupaten Lombok Barat, sebanyak 72.221 unit, Lombok Utara 70.370 unit, Lombok Tengah 27.565 unit, Lombok Timur 25.755 unit, Sumbawa 11.886 unit, Sumbawa Barat 5.919 unit, dan Kota Mataram 13.151 unit.

Total bantuan dana stimulan yang sudah ditransfer pemerintah pusat ke NTB senilai Rp5,11 triliun. Dari total dana tersebut sebesar Rp5,1 triliun sudah disalurkan ke masyarakat korban gempa melalui rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Kepala Cabang BRI Mataram, Mochammad Harsono menilai dana bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa bumi dari pemerintah pusat tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi NTB karena nilainya mencapai triliunan rupiah. Belum termasuk bantuan dana dari organisasi nirlaba dan swasta.

Berbagai upaya yang telah dan akan dilaksanakan pemerintah dan masyarakat yang dibantu berbagai lembaga kemanusian dan para dermawan
diharapkan dapat mendorong kebangkitan perekonomian masyarakat Lombok dan NTB umumnya pascabencana gempa bumi.

Baca juga: Simposium Geopark Asia Pasifik pulihkan pariwisata Lombok pascagempa
 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019