Tradisi dan pariwisata memang merupakan dua hal yang saling melengkapi, saling mendukung dan saling menghidupi
Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Chusmeru mengingatkan bahwa pengembangan sektor pariwisata harus tetap memperhatikan upaya pelestarian tradisi lokal.

"Tradisi dan pariwisata memang merupakan dua hal yang saling melengkapi, saling mendukung dan saling menghidupi," kata Chusmeru di Purwokerto, Jumat.

Baca juga: Desa wisata Serang Purbalingga terus intensifkan promosi digital

Baca juga: Jadi wisata religi, Situs Batu Guling mulai dari pemujaan sampai penyebaran Islam


Ia mengatakan pengembangan pariwisata tanpa kehadiran budaya dan tradisi akan kehilangan daya tariknya.

Selain itu, kata dia, budaya dan tradisi akan mengalami kendala pelestarian dan regenerasi pelakunya tanpa menjadi bagian dari atraksi wisata.

"Persoalannya adalah, bagaimana budaya dan tradisi itu tidak terlalu dikomodifikasikan hanya untuk kepentingan pariwisata sehingga kehilangan hakikat dan fungsinya dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya," katanya.

Ia mengatakan bahwa tradisi di setiap masyarakat memiliki hakikat hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam semesta.

Baca juga: Lokawisata Baturraden masih primadona libur panjang akhir pekan

Ia mencontohkan Festival Gunung Slamet di Kabupaten Purbalingga yang dapat menjadi daya tarik wisata dan berpotensi mendongkrak angka kunjungan wisatawan di kabupaten tersebut.

"Namun sebaiknya festival tersebut secara visi diarahkan pada upaya pelestarian seni budaya dan tradisi yang sudah sejak lama ada. Festival Gunung Slamet pada hakikatnya berangkat dari tradisi yang menggambarkan hubungan seperti itu," katanya.

Dengan demikian, kata dia, acara-acara tambahan seperti pertunjukan musik atau festival dan pesta budaya yang menjadi bagian dari suguhan kepada wisatawan, diharapkan tidak mengurangi hakikat dan tujuan pelestarian tradisi di Purbalingga.

"Festival Gunung Slamet yang dijadikan agenda rutin untuk mendongkrak angka kunjungan wisatawan memang perlu diapresiasi," katanya.

Menurut dia , harus selalu ada evaluasi dan inovasi untuk mengukur sejauh mana secara signifikan berpengaruh terhadap angka kunjungan, lama tinggal wisatawan, dan pengeluaran wisatawan.

Evaluasi tersebut, kata dia, sekaligus akan menggambarkan sejauh mana Festival Gunung Slamet memang dapat meningkatkan perekonomian daerah dan menyejahterakan masyarakat Purbalingga.

Baca juga: Pemkab: Destinasi wisata kampung bambu siap sambut wisatawan
 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019