Cilacap (ANTARA) - Mernek merupakan salah satu desa di Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 6 kilometer persegi dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani sehingga daerah itu dikenal sebagai lumbung padi.

Kendati demikian, desa yang berpenduduk sekitar 6.000 jiwa tersebar di empat dusun, yakni Sibangkong, Rawaeng, Bulupitu, dan Memek Wetan itu merupakan salah satu pemasok tenaga kerja Indonesia (TKI).

Selain itu, arus urbanisasi yang dilakukan oleh warga Desa Mernek untuk pindah ke kota-kota besar guna mencari pekerjaan pun cukup besar.

Berkaca dari permasalahan tersebut, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan (Corporate Social Responsibility/CSR) PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Maos menggandeng Pemerintah Desa Mernek untuk melaksanakan program Kampung Iklim dengan nama Mernek Jenek.

Istilah Mernek Jenek memiliki maksud atau harapan agar warga Desa Mernek dapat tetap tinggal di tempat tinggalnya dan tidak berpindah tempat ke kota lain untuk mencari pekerjaan atau menjadi TKI.

Baca juga: 150 desa proklim segera kedatangan Tim FPIC

Baca juga: Landak raih penghargaan dari KLHK untuk kampung iklim


Dikutip dari laman http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/aksi/proklim, Kampung Iklim merupakan program yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Selain itu, program yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 84 tahun 2016 tentang Program Kampung Iklim juga untuk memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah.

Oleh karena itu, Pemerintah Desa Mernek menyusun empat pilar dalam upaya mendukung Kampung Iklim Mernek Jenek, yakni pilar pertama berupa kemandirian ekonomi, pilar kedua berupa pertanian, peternakan, dan perikanan, pilar ketiga berupa desa yang aman dan kondusif, serta pilar keempat berupa desa lestari yang berwawasan lingkungan hidup.

Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mengakui dalam upaya mewujudkan pilar keempat berupa desa lestari yang berwawasan lingkungan hidup, pihaknya telah menyediakan tong sampah organik dan anorganik serta membentuk bank sampah meskipun baru berjalan lebih kurang selama satu bulan.

Setelah dipilah dan dikumpulkan di bank sampah yang telah terbentuk, sampah organik akan dibuat kompos sedangkan sampah plastik dibuat kerajinan.

"Kita sudah dapat alat untuk membuat kompos, satu unit dari Pertamina kemarin sehingga belum bisa digunakan karena masih harus ikut pelatihan dulu. Kalau sampah plastik, kita sudah lakukan untuk ekobrik, membuat hiasan, dan sebagainya dengan melibatkan warga di sembilan lingkungan RW," katanya di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Cilacap, Kamis.

Baca juga: Desa binaan swasta raih penghargaan program Kampung Iklim

Baca juga: Pemkab Pati terima penghargaan program kampung iklim


Kendati kegiatan pengelolaan sampah baru berjalan, dia mengatakan Desa Mernek memiliki potensi pertanian dan perikanan. Bahkan, salah seorang warga Desa Mernek ada yang memiliki keahlian membuat benih padi dan pupuk organik.

Akan tetapi benih padi buatan warga Mernek tersebut masih dikerjasamakan dengan pemerintah dan salah satu perusahaan yang turut mengelolanya. Dengan adanya Kampung Iklim Mernek Jenek, pengolaan benih padi tersebut diharapkan dapat dilakukan sendiri dan diberi nama MJ atau benih Mernek Jenek.

Sementara untuk sektor perikanan, di Desa Mernek juga terdapat kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) khususnya ikan gurami yang hasilnya cukup bagus dan akan dikembangkan lagi supaya lebih maksimal.

Selain pertanian dan perikanan, manfaat program CSR Pertamina yang digelontorkan melalui Kampung Iklim Mernek Jenek juga dirasakan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Ada lima (unit) UMKM, yaitu onde-onde, keripik tempe, keripik singkong, keripik pisang, serta sale dan sagon. Itu yang kita kasih untuk meningkatkan produknya dan beberapa hal yang lebih luas dalam proses penjualan," kata Bustanul.

Baca juga: Pemimpin C40 apresiasi transformasi kampung Sunter

Baca juga: Program kampung iklim untuk ajak masyarakat hadapi perubahan iklim

 
Direktur BUMDes "Ngudi Rahayu" Heryanto (berdiri) saat mengikuti pameran potensi Desa Mernek dalam acara peresmian Kampung Iklim "Mernek Jenek" di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jateng, Kamis (17/10/2019). (ANTARA/Sumarwoto)


Kehadiran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ngudi Rahayu telah berperan penting dalam meningkatkan perekonomian Desa Mernek dan ke depan akan menjadi bagian dalam mendukung pengembangan Kampung Iklim Mernek Jenek.

BUMDes Ngudi Rahayu yang saat ini mengelola kegiatan UMKM dan pertanian, ke depan akan memroduksi pelet atau pakan ikan untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan gurami di Desa Mernek, termasuk akan mengelola pembuatan kompos dalam mendukung program Kampung Iklim Mernek Jenek.

"Kami menyambut baik program Kampung Iklim ini karena akan menambah kontribusi untuk Desa Mernek itu sendiri. Dengan adanya program Kampung Iklim berarti mengaktifkan seluruh warga yang ada di sini biar lebih giat lagi," kata Direktur BUMDes Ngudi Rahayu Heryanto.

Ia mengharapkan program Kampung Iklim Mernek Jenek mengangkat berbagai potensi yang dimiliki Desa Mernek termasuk potensi wisata pedesaannya.

Baca juga: Kampung Iklim disiapkan di semua desa-kelurahan di Probolinggo

Baca juga: Depok gencarkan program kampung iklim



Peran Pertamina

Pengembangan Kampung Iklim Mernek Jenek merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) kepada masyarakat melalui program pemberdayaan lingkungan dan masyarakat secara berkesinambungan.

General Manager Pertamina MOR IV Jateng-DIY Iin Febrian mengatakan Kampung Iklim Mernek Jenek merupakan konsep terintegrasi yang telah disusun oleh Pertamina bersama Pemerintah Desa Mernek dan Pemerintah Kabupaten Cilacap sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan minyak dan gas bumi itu melalui program CSR.

"Kita telah menganggarkan (dana CSR) dan kita berharap anggaran yang telah kita siapkan itu dapat efektif penggunaannya di lapangan. Oleh karenanya, ini adalah kolaborasi dengan pemerintah daerah sampai ke level desa," katanya.

Dalam melaksana program Kampung Iklim Mernek Jenek, kata dia, Pertamina pada tahap pertama menggelontorkan dana CSR sekitar Rp200 juta dan akan terus berkesinambungan.

"Memang tantangan kita adalah menjaga konsistensi dan kesinambungannya sehingga efektivitasnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat," katanya.

Pejabat sementara Unit Manager Communication and CSR Pertamina MOR IV Arya Yusa Dwicandra mengatakan berbagai potensi yang dimiliki masyarakat Desa Mernek akan terus dimonitor dan ditingkatkan oleh Pertamina.

"Ke depan akan dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan kemampuan dari masyarakat untuk mengelola usaha yang dimiliki. Pada bidang perikanan dan peternakan, misalnya kami akan turut mendampingi sehingga hasilnya akan dapat sesuai yang diharapkan," katanya.

Ia mengatakan melalui program CSR, Pertamina senantiasa akan merangkul masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya di sekitar wilayah operasional untuk berkolaborasi menumbuhkan perekonomian, menghijaukan lingkungan, dan meningkatkan kemandirian atau kemitraan.

Sementara itu, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Cilacap Wasi Ariyadi mengapresiasi pengembangan Kampung Iklim "Mernek Jenek" di Desa Mernek dan berharap program tersebut mendapat dukungan dari masyarakat sehingga terus berkelanjutan.

"Komitmen pemerintah kita sekarang adalah bagaimana isu lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah) semua, masyarakat, pemerintah, BUMN, swasta. Kondisi lingkungan kita memang makin hari makin memprihatinkan, dalam bahasanya Pak Awaluddin (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap Awaluddin Muuri, red), gas rumah kaca kita kondisinya makin memburuk," katanya.

Menurut dia, salah satu cara untuk mengantisipasi dampak dari memburuknya gas rumah kaca adalah mengelola lingkungan dengan baik, antara lain dengan pengelolaan sampah.

Dalam hal ini, sampah jangan dibakar melainkan diolah dijadikan dijadikan kompos, sedangkan sampah plastik didaur ulang atau dibuat menjadi kerajinan.

"Kalau dibakar, akan menambah gas rumah kaca, ozon yang menjadi filter akan menipis," katanya.

Ia mengharapkan keberadaan Kampung Iklim Mernek Jenek bisa menyejahterakan masyarakat serta dapat ditiru oleh desa-desa lainnya di Kabupaten Cilacap.

Dengan makin banyaknya Kampung Iklim di Kabupaten Cilacap maupun daerah lainnya di Indonesia, lingkungan akan makin bersih serta masyarakat dapat beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Selain itu, pemilahan terhadap sampah plastik dan sampah organik pun dapat meningkatkan perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat.

Smpah plastik yang dibuat kerajinan atau didaur ulang menjadi produk lain itu memiliki nilai jual dan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat.

Sementara sampah organik yang dijadikan kompos, akan menjadi menjadi pupuk yang ramah lingkungan sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah yang rusak akibat penggunaan pestisida atau pupuk kimia secara berlebih.*

Baca juga: Kampung Mandouw ditetapkan menjadi "kampung iklim" utama Papua

Baca juga: Jakpus kembali galakkan Program Kampung Iklim

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019