Bangsa Indonesia itu butuh kebersamaan, gotong royong, serta persaudaraan yang sudah mulai terkikis. Olahraga tradisional membangkitkan itu
Jakarta (ANTARA) - Provinsi Banten keluar sebagai juara umum Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Potradnas) ke-VII di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan perolehan dua emas dan satu perunggu.

Dua emas yang diperoleh Banten diraih di nomor dagongan dan engrang, sementara medali perunggu diperoleh di nomor hadangan atau gobak sodor.

Di posisi kedua di tempati kontingen Jawa Barat dengan perolehan satu emas, satu perak, dan dua perunggu. Raihan emas Jabar diraih di nomor terompah panjang. DKI Jakarta berada di posisi ketiga dengan perolehan satu emas dan satu perunggu.

Baca juga: Kemenpora harap olahraga tradisional dipertandingkan di PON

Baca juga: Bantul tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Tradisional Nasional


Gelaran Potradnas ini diikuti 24 provinsi mulai tanggal 26 hingga 27 Oktober 2019 di Stadion Sultan Agung Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lima olahraga tradisional yang dipertandingkan yakni Sumpitan, Dagongan, Hadangan, Terompah Panjang, dan Engrang.

Tak ada hingar bingar pesta kembang api baik saat pembukaan dan penutupan, hanya upacara sederhana melalui gelaran musik tradisional dan dangdut. Saat pemberian medali, para peserta yang keluar sebagai juara diberikan uang pembinaan.

Meski terkesan sederhana, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora Raden Isnanta mengatakan esensi dari penyelenggaraan olahraga tradisional yakni memperkuat semangat persatuan, persaudaraan, dan melestralikan budaya.

"Kita lihat saja, mereka datang seperti saudara saling berbincang, seolah kompetisi bukanlah tujuan utama. Ini adalah nilai atau ruh olahraga sesungguhnya,"

"Bangsa Indonesia itu butuh kebersamaan, gotong royong, serta persaudaraan yang sudah mulai terkikis. Olahraga tradisional membangkitkan itu," kata dia.

Baca juga: Kemenpora dorong Pemda rutin gelar kejuaraan olahraga tradisional

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019