mau membangun negara yang bersaing dengan negara lain, membutuhkam kerukunan
Jakarta (ANTARA) - Komunitas Agama Buddha, Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI)  mendorong kerukunan antarumat beragama melalui kegiatan parade gerak jalan dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 komunitas tersebut.

"Jadi Gerak Jalan Kerukunan ini adalah program tahunan dari kami Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia," kata Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja usai acara yang dimulai dari depan Kantor Kementerian Agama RI di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan acara tersebut merupakan salah satu dari rangkaian acara yang mereka lakukan untuk merayakan Hari Jadi ke-55 sejak komunitas NSI berdiri pada 28 Oktober 1964.

Pada setiap 28 Oktober, komunitas tersebut, katanya, melakukan berbagai macam kegiatan sosial seperti donor darah, membersihkan Taman Makam Pahlawan, melakukan ritual keagamaan, sayembara membaca sutra, paritta dan puncaknya adalah gerak jalan yang pada tahun ini bertema Rukun, Bersatu, Bergerak untuk Indonesia Jaya.

Baca juga: Ribuan umat Buddha peringati Waisak di candi Muara Takus Riau


Acara itu, katanya lebih lanjut, dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI I Gusti Ayu Bintang Darmavati dan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid serta diikuti oleh sekitar 4.000 umat NSI dan dari agama lain seperti Islam, Kristen, Katolik, Konghucu dan juga umat Hindu.

Ia mengatakan gerak jalan tersebut bertujuan untuk membangun kerukunan dengan umat beragama lain selain juga membangun kesadaran tentang pentingnya berolahraga melalui acara gerak jalan.

"Jadi ada tiga hal yang harus kita patuhi, yang harus kita amankan, yang harus kita dukung, kerukunan internal kita, kerukunan dengan umat beragam lain, kerukunan juga dengan pemerintah," katanya.

Melalui kegiatan tersebut, ia mengajak semua masyarakat untuk ikut memberi kontribusi kepada bangsa dengan cara membangun kerukunan.

"Sebab mau membangun negara yang maju, mau membangun negara yang bersaing dengan negara lain, membutuhkam kerukunan sebagai faktor dasar, sebagai faktor fundamental," katanya.

Upaya kerukunan, lanjut dia, merupakan upaya yang harus terus dijalankan karena kerukunan bukan hadiah melainkan harus diupayakan, harus dirawat dan harus dipupuk sepanjang masa.


Baca juga: 1.000 umat Buddha membaca Tripitaka di Borobudur
 

Pewarta: Katriana
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019