Padang, (ANTARA) - Guru besar ilmu penyakit dalam Universitas Andalas (Unand) Prof. Eva Decroli mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai gejala diabetes melitus tipe 2 sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan lebih dini.

"Bila ada keluhan berupa sering kencing, haus-haus, sering merasa lapar dan penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas perlu dicurigai sebagai gejala diabetes melitus tipe 2," kata dia di Padang, Senin.

Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan guru besar tetap bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unand dengan judul Optimalisasi Upaya Preventif dan Promotif Menghadapi Ancaman Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0.

Menurut dia diagnosis diabetes melitus tipe 2 ditegaskan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah.

Baca juga: Guru besar : olahraga 150 menit dapat cegah diabetes melitus tipe 2

Baca juga: Guru besar Unand: Kurang aktivitas tingkatkan kasus diabetes melitus


Eva menjelaskan diabetes melitus terdiri atas empat jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe spesifik dan DM pada kehamilan.

Diabetes melitus tipe 2 atau lebih dikenal dengan penyakit kencing manis terjadi akibat meningkatnya kadar gula darah secara berlebihan dalam tubuh.

"Penyakit ini terjadi karena berkurangnya fungsi sel pankreas dan resistensi insulin," kata dia.

Ia memaparkan ketika tubuh tidak mampu lagi memproduksi cukup insulin guna mengompensasi peningkatan resistensi insulin maka toleransi glukosa terganggu dan gula puasa terganggu.

Dalam perjalanannya diabetes melitus tipe 2 selalu diawali dengan prediabetes yaitu faktor risiko mulai dari obesitas, riwayat keluarga dan pertambahan usia.

"Pada tahap lanjut diabetes melitus bisa menimbulkan komplikasi penyakit seperti jantung diabetik, ginjal diabetik, mata diabetik, hati diabetik, pembuluh darah otak diabetik, kaki diabetik hingga disfungsi ereksi," katanya.

Menurutnya diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit ancaman manusia pada abad 21 karena berdasarkan data WHO pada 2000 jumlah penderita di atas usia 20 tahun berjumlah 150 juta, namun pada 2025 akan membengkak jadi 300 juta orang dan pada 2030 diperkirakan mencapai 439 juta orang.

"Di Indonesia biaya kesehatan terbesar tersedot pada penanganan penyakit jantung, gagal ginjal dan stroke yang semuanya didasari oleh adanya diabetes melitus tipe 2 sebelumnya," kata dia.

Untuk upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup, meningkatkan aktivitas fisik, melakukan pemeriksaan gula darah hingga mengoptimalkan telepon pintar sebagai sarana informasi bagi pasien diabetes.*

Baca juga: Pakar: obesitas bisa memicu penyakit diabetes

Baca juga: Manajemen Diabetes Melitus

Baca juga: Waspadai diabetes pada anak

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019