Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan prestasi yang diraih oleh Jakarta baru-baru ini, yakni sebagai satu dari tiga kota terbaik di dunia dalam perbaikan transportasi.

"Ini pengumuman awal, karena 'award'-nya diberikan Januari besok, satu dari kota terbaik di dunia dalam perbaikan transportasi," kata Anies saat menghadiri peluncuran inovasi layanan E-TLE Development Program Polda Metro Jaya, Kamis.

Menurut Anies, capaian ini adalah hasil dari kerja bersama semua pihak, terutama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kepolisian dalam penyediaan transportasi publik yang terintegrasi serta layanan penindakan berbasis teknologi.

Anies mengapresiasi inovasi-inovasi yang dikembangkan oleh Polda Metro Jaya. Seperti sistem tilang elektronik menggunakan kamera super canggih atau "Electronic Traffic Law Enforcement" (E-TLE).

Menurut dia, dengan pendekatan ini telah terjadi perubahan di Jakarta.

"Jakarta adalah kota megapolitan terbesar di belahan selatan dunia dan apa yang kita lakukan di Jakarta sebetulnya rujukan bagi beberapa tempat, tidak hanya di Indonesia tapi tempat-tempat lain di dunia," kata Anies.

Baca juga: Polda Metro Jaya berlakukan tilang elektronik motor tahun depan
Baca juga: Kapolri harapkan tilang elektronik dikembangkan di 10 kota besar


Tantangan pengelolaan lalu lintas di Jakarta, kata dia, harus diselesaikan dengan kolaborasi dan memanfaatkan terobosan teknologi.

Anies membeberkan perkembangan transportasi di Jakarta. Pada tahun 1999 jumlah pengguna kendaraan pribadi sebesar 49 persen penduduk dan pengguna kendaraan umum 51 persen.

Tetapi kini angka tersebut berbalik. Pengguna transportasi pribadi tinggal 23 persen dan 77 persen dari warga Jakarta menggunakan kendaraan umum.

Menurut dia, selama warga Jakarta masih menggunakan kendaraan pribadi maka masalah kemacetan akan selalu hadir.

"Jadi salah satu solusinya adalah memindahkan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum," kata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Anies mengakui memindahkan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum tidak mudah karena harus didukung kenyamanan dan kepastian waktu tempuh.

Baca juga: Polda Metro Jaya luncurkan ETLE Development Program
Baca juga: Kapolda Metro: Penerapan tilang elektronik untuk ubah perilaku warga
Kendaraan melintas di bawah kamera pengawas atau Closed Circuit Television (CCTV) yang terpasang di jalur bus transjakarta, kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Selasa (10/9/2019) ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Tahun 2018, Pemprov DKI Jakarta mengintegrasikan kendaraan umum yang ada di Jakarta, mulai dari angkot sampai ke Transjakarta dalam satu sistem betnama Jak Lingko.

Menurut Anies, kehadiran sistem tilang elektronik yang diprakarsai oleh Polda Metro Jaya yang dikolaborasikan di rute Transjakarta berdampak positif pada peningkatan jumlah penumpang.

"Kita mengintegrasikan, kita berkolaborasi mensterilkan jalur-jalur Transjakarta, ketika pengendara pribadi melihat Transjakarta bisa melewati rute-rute dengan leluasa, dia akan berpikir lebih baik berpindah kendaraan, tapi bila jalur Transjakarta macet maka tidak ada bedanya," kata Anies.

Hadirnya sistem tilang elektronik di jalur busway, lanjut Anies, memicu terjadinya perubahan. Pada tahun 2017 rute bus yang tersambung adalah 121 rute, sekarang sudah ada 210 rute.

Sementara itu, rute yang terintegrasi di tahun 2017 ada lima, sekarang bertambah menjadi 21 rute.

Baca juga: Tarif tiga moda transportasi di DKI dipastikan tetap
Baca juga: Transjakarta tambah bus destinasi wisata libur natal dan tahun baru


Tidak hanya rute. Jumlah penumpang kendaraan umum di Jakarta juga meningkat. Pada tahun 2016 tercatat penumpang Transjakarta 338 ribu, kini rata-rata 700 ribu penumpang orang.

Puncaknya, lanjut Anies, tiga hari lalu jumlah penumpang Transjakarta mencapai 987 ribu penumpang

Ini menunjukkan ada peralihan pengguna kendaraan pribadi. "Apa artinya? Ketika dari 338 ribu naik menjadi 700 ribu, ada 360 ribu orang yang memutuskan meninggalkan kendaraan pribadi beralih ke kendaraan umum, maka kemacetan di Jakarta bisa dikurangi," kata Anies.

Anies menargetkan tahun ini Jakarta keluar dari 10 besar predikat kota termacet di dunia.

Pada tahun 2017 Jakarta dinobatkan sebagai kota nomor 4 termacet di dunia, lalu predikat ini turun di tahun 2018 menjadi nomor tujuh kota termacet di dunia.

"Kita bersama-sama keluar dari 10 besar kota paling macet. Sekarang kalau turun di nomor tujuh artinya peningkatan kita sangat drastis," kata Anies.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019