Di kawasan Dataran Tinggi Dieng hingga saat ini sering kali ditemukan adanya batuan candi
Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah akan segera melakukan ekskavasi terhadap temuan batuan yang diduga bangunan candi di lahan kentang milik warga Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara.

"Rencananya nanti kita usahakan bisa secepatnya kita lakukan ekskavasi untuk mengetahui lebih lanjut struktur-struktur batuan tersebut," kata Ketua Unit Candi Dieng BPCB Jateng Eri Budiarto saat dihubungi ANTARA dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Ia mengatakan pihaknya pada hari Selasa (21/1) telah datang ke lokasi penemuan batuan tersebut di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Dari hasil pengecekan, kata dia, batuan yang ditemukan di lahan kentang milik Alif Faozi tersebut diduga sebagai struktur batuan candi.

"Kalau dilihat dari temuannya kan ada fondasi batu penampil di sebelah timur. Jadi, kita perkirakan candi itu menghadap ke timur," katanya.

Ia mengatakan dari struktur yang tampak, bangunan candi tersebut diperkirakan tidak besar dengan perkiraan ukuran 3,5x3,5 meter.

Eri mengakui jika sebenarnya di kawasan Dataran Tinggi Dieng hingga saat ini sering kali ditemukan adanya batuan candi.

Akan tetapi, kata dia, temuan batuan di lahan kentang milik Alif Faozi tersebut masih tertata tidak seperti yang sering ditemukan di tempat lainnya.

"Masih banyak yang di situ, strukturnya masih asli, cuma beberapa bagian kan sudah mengalami tranformasi. Bagian batu, tubuh, dan atap mengalami transformasi ke utaranya, mungkin karena longsor. Mungkin juga beberapa bagian sudah diambil penduduk pada zaman yang sudah lama untuk talut-talut tebing dan tegalan," katanya.
Batuan diduga bangunan candi yang ditemukan pekerja saat menggali tanah untuk "septic tank" di lahan kentang milik Alif Faozi, warga Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (FOTO ANTARA/HO-BPCB Jateng)


Ia memperkirakan usia batuan yang diduga bangunan candi itu sama seperti candi-candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng, yakni dibangun sekitar abad VII-VIII Masehi.

Kendati demikian, dia mengakui temuan struktur batuan diduga candi itu memiliki keunikan karena berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada Dieng.

"Batunya lebar-lebar tetapi tidak terlalu tebal. Beda dengan Candi Setiyaki yang batunya besar-besar dan tebal, beda lagi ukurannya dengan yang di kompleks Candi Arjuna yang balok batunya berukuran kecil. Temuan baru ini, lebar tapi tipis, model balokan batunya berbeda dengan yang lain," katanya.

Terkait dengan rencana ekskavasi, Eri mengaku belum bisa memastikan kapan akan dilaksanakan karena akan dikoordinasikan lebih dulu dengan pimpinan.

"Nanti kita koordinasikan dengan pimpinan, kira-kira bisa kapan (ekskavasinya) kita usahakan bisa secepatnya dilakukan ekskavasi untuk mengungkap bagian yang lain," kata Eri Budiarto ​​​​​​.

Sementara itu, pemilik lahan kentang, Alif Faozi mengatakan batuan diduga candi tersebut ditemukan oleh pekerja yang sedang menggali tanah untuk membuat septic tank di sekitar Pendopo Budaya Dieng.

"Di atas rumah yang (saya) buat untuk Pendopo Budaya itu akan saya buat rumah-rumah (khas) Dieng. Tentunya saya harus membuat kamar mandi yang dilengkapi dengan septic tank," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa.

Oleh karena itu, dia segera membuat tiga septic tank untuk keperluan kamar mandi tersebut.

Menurut dia, batuan diduga bangunan candi tersebut ditemukan saat pekerja sedang menggali tanah untuk membuat septic tank ketiga.

"Kalau yang pertama dan kedua, tidak ada apa-apa. Namun di lokasi ketiga ditemukan batuan tersebut," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia segera melaporkan temuan batuan tersebut ke BPCB Jateng dan menghentikan penggalian septic tank ketiga. 

Baca juga: BPCB angkat temuan arca Ganesha di Dieng

Baca juga: Artefak diduga candi ditemukan di Bukit Pangonan

Baca juga: Ritual potong rambut gimbal tutup festival budaya Dieng


 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020