Jakarta (ANTARA) - PT Asuransi Manulife Indonesia berkomitmen meningkatan kualitas layanan asuransi bagi masyarakat di Sulawesi Tengah, khususnya kota Palu dan Donggala kawasan yang mengalami peristiwa gempa, tsunami dan likuifaksi pada September 2018.

"Tragedi gempa bumi disusul tsunami dan likuifaksi ketika itu cukup menyengsarakan masyarakat Sulteng. Sekarang aktivitas masyarakat sudah kembali berjalan normal. Keinginan berasuransi masyarakat Palu kini semakin meningkat," kata Direktur and Chief Marketing Manulife Indonesia Novita Rumgangun, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Novita menjelaskan, keinginan masyarakat Palu menjadi peserta asuransi Manulife Indonesia saat ini semakin tinggi, tercemin dari jumlah peserta yang meningkat hingga 20 persen menjadi sekitar 5.000 nasabah.

Baca juga: Manulife beri perlindungan asuransi atas resiko virus corona

"Sekarang banyak masyarakat yang berkunjung ke kantor Manulife Indonesia di Palu yang mendaftar menjadi peserta asuransi maupun yang sekedar mencari informasi terkait manfaat asuransi," ujar Novita.

Jumlah agen asuransi Manulife Indonesia di Palu, juga melonjak menjadi sebanyak 90 agen dari sebelumnya hanya sekitar 70 agen.

Menurut catatan, peristiwa gempa, tsunami dan likuifaksi tersebut merenggut nyawa sekitar 3.700 orang, sekitar 55.000 bangunan hancur dengan kerugian materi sekitar Rp18,4 triliun.

Sementara itu, Manajer Distrik Manulife Indonesia Palu, Seprina Fifian Mangitung yang mengalami langsung peristiwa itu mengatakan, bahwa tragedi Palu tersebut menggugah kepedulian Manulife Indonesia untuk aktif berpartisipasi meringankan beban masyarakat.

Baca juga: Awal tahun saat yang tepat tinjau kembali investasi, kata ekonom

Saat itu, di tengah keterbatasan dan kesulitan keadaan karena kantor Manulife rusak, listrik padam, jaringan komunikasi terhambat, para agen Manulife tetap berjuang membantu nasabah yang terkena musibah.

“Kami staf kantor dan agen-agen tetap bekerja mencari nasabah dan berusaha ikut memberikan bantuan, termasuk kepada masyarakat,” ujar Fifian.

Melihat kondisi tersebut, manajemen kantor pusat Manulife Indonesia di Jakarta, langsung memutuskan bahwa Manulife memberi kemudahan dalam proses klaim, termasuk dokumen-dokumen yang diminta.

"Pencairan klaim dipercepat, bahkan seluruh nasabah yang terdampak bencana mendapat keringanan berupa pembebasan pembayaran premi selama satu tahun," katanya.

Salah seorang nasabah Manulife asal kota Palu, Adi G Yusuf yang selamat mengisahkan, kedua orangtuanya beserta empat pegawai dan satu pengunjung meninggal dunia akibat bangunan restoran “Dunia Baru” milik keluarganya runtuh saat bencana terjadi.

“Beberapa hari setelah kejadian, kami diberitahu bahwa semua pengurusan pencairan klaim dan semacamnya dipermudah, termasuk dokumen-dokumennya. Jujur, kami merasa tenang, karena sekitar dua minggu, klaim asuransi kami sudah cair,” ujar Adi.

Hal senada dikatakan Sufiaty Sonrang, pensiunan pegawai Pemprov Sulteng di mana suaminya, Suparman Hasan, meninggal tertimpa pagar beton saat gempa terjadi.

"Beberapa waktu setelah gempa, saya mengungsi ke Makassar. Baru lima hari di Makassar, saya dihubungi Manulife untuk memproses pencairan klaim polis suaminya. Semuanya serba cepat dan mudah, dokumennya pun sederhana, cukup surat kematian dan kartu keluarga," ujar Sufiaty.

Sejak kejadian tersebut, Adi maupun Sufiaty mengaku mulai sadar pentingnya asuransi bagi masyarakat Indonesia, apalagi tragedi tidak bisa diketahui kapan akan terjadi.

Bahkan pengalaman itu membuat Sufiaty berniat bergabung menjadi agen Manulife.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020