Denpasar (ANTARA) - Poliklinik VCT Merpati RSUD Wangaya menerima 70 sampai 120 kunjungan pasien HIV/AIDS yang bersifat kumulatif setiap harinya.

"Sekarang kunjungannya di atas 70-120 kunjungan yang sifatnya kumulatif, ada yang untuk konseling, ada dari pasien lama, ada pasien baru. Poliklinik di sini jadi paling tinggi jumlah kunjungannya," kata Konsultan Klinik VCT Merpati RSUD Wangaya, dr. Ketut Suryana, Sp.PD-KAI FINASIM ketika dikonfirmasi di Denpasar, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa tren dari pasien HIV/AIDS ini terlihat meningkat. Hal ini dikarenakan sudah mulai ada keterbukaan dan adanya suatu kesadaran masyarakat.

"Banyak yang mulai mendatangi pusat layanan kesehatan untuk HIV/AIDS, dan bantuan dari pemangku kepentingan juga sudah mulai bergerak, ibarat gunung es, keliatan puncaknya saja tapi sekarang di bawah permukaan air sudah mulai terbuka, karena banyak pihak yang ikut berkontribusi dalam membantu pasien HIV/AIDS," katanya.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Bali bertambah 100 sampai 120 tiap bulan

Baca juga: Pemkab Cianjur dan MUI kecam kontes gay

Baca juga: Ketersediaan obat HIV/AIDS di Jembrana tercukupi


Pasien HIV/AIDS yang pernah menjalani perawatan di RSUD Wangaya itu dominan pada rentang usia produktif yaitu 20-50 tahun. Selain itu, awalnya didominasi oleh laki-laki, namun sekarang pasien perempuan jumlahnya mulai bertambah.

dr. Ketut Suryana menjelaskan HIV adalah suatu virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia sedangkan AIDS merupakan penyakit yang timbul akibat adanya virus yang merusak kekebalan tubuh manusia.

Penularan HIV baru dapat terjadi jika melakukan kontak, seperti hubungan seks tanpa kondom, pasangan seks yang berganti-ganti, penggunaan jarum suntik secara bergiliran, penggunaan tindik yang tidak steril, serta ibu yang menyusui bayinya.

Sementara itu, jika bersentuhan langsung seperti berpelukan atau bersalaman, berbagi alat makan tidak dapat menularkan virus ini jika pada tubuh orang tersebut tidak ada luka.

"Tanda-tanda seseorang mengidap HIV AIDS adalah berat badan menurun lebih dari 10 persen dalam satu bulan, diare kronis lebih dari satu bulan, demam berkepanjangan lebih dari satu bulan, penurunan kesadaran, timbul penyakit kulit kronis seperti herpes di seluruh tubuh, pembesaran kelenjar di leher (TB kelenjar), TBC usia muda, jamur di lidah dan area mulut," katanya.

Seseorang yang terlihat sehat belum tentu tidak terjangkit HIV AIDS karena gejala penyakit ini, baru muncul antara 5 sampai 10 tahun.

Selain itu untuk pengobatan tergantung dari kondisi fisik dari pasien tersebut. Untuk orang dewasa dosis obatnya relatif sama dibandingkan dengan remaja.

Untuk dapat mengetahui seseorang tersebut mengidap HIV atau tidak, dapat dilakukan dengan konseling dan testing, seperti Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Provider-Initiatef Testing and Counselling (PITC).

PITC salah satu cara konseling sesuai yang diajukan dari pelayanan kesehatan untuk melakukan tes dan konseling sebagai standar rutin dan juga menjadi salah satu cara mengidentifikasi infeksi HIV terhadap klien yang tidak dikenali.

"VCT itu biasanya pasien datang sendiri, datang secara sukarela ke sini untuk konseling, sedangkan PICT itu biasanya dianjurkan diinisiasi karena mereka juga sudah paham dan sadar dengan dirinya sendiri yang terkena HIV," ucapnya.*

Baca juga: Wagub Bali harapkan pencegahan narkoba jadi intrakurikuler

Baca juga: KSPAN diharapkan bentengi Bali dari "tsunami" AIDS, narkoba

Baca juga: Bali bentuk kader peduli AIDS di sekolah


Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020