Tulungagung (ANTARA) - Sejak awal isu wabah virus Novel Corona (nCov-19) yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) merebak, RSUD dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur, telah melakukan berbagai langkah kesiagaan.

Jauh hari, rumah sakit daerah milik Pemkab Tulungagung ini telah memiliki empat ruang isolasi khusus bagi pasien dengan diagnosa infeksi menular.

Ruang-ruang isolasi dimaksud tersebar, mulai dari depan di Instalasi Gawat Darurat (IGD), ICU Paru atau Pulmonary, dan ruang Dahlia dan Cempaka.

Tak hanya menyiagakan ruang isolasi yang sudah tersedia, namun juga menyiapkan perlengkapan alat pelindung diri (APD) baju hazmat (hazardous material) hingga tim dokter plus tenaga paramedis yang akan melakukan tindakan-tindakan terhadap pasien infeksionis COVID-19.

Segala persiapan itu dengan cepat dilakukan begitu kasus COVID-19 merebak di China daratan dan sejumlah negara dunia, yang diikuti keluarnya surat edaran dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI pada 24 Januari 2020.

Beruntungnya, RSUD dr. Iskak Tulungagung yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan masyarakat Jawa Timur bagian barat sejak 2016 telah memiliki infrastruktur kesehatan yang memadai.

Begitu pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan menetapkan status Siaga Darurat virus Corona, dan Dinkes Tulungagung memberlakukan status siaga terhadap potensi penyebaran wabah COVID-19, RSUD dr.Iskak Tulungagung bisa langsung siaga.

Direktur RSUD dr Iskak, dr Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes segera memerintahkan tim dokter dan jajaran paramedis terkait untuk siaga melakukan langkah kedaruratan medis.

Kesiapsiagaan itu dilakukan agar jika sewaktu-waktu menerima pasien yang diduga terinfeksi ataupun ditengarai tertular virus corona yang telah menelan ribuan korban di China dan kini menyebar di lebih dari 21 negara lain di Benua Asia, Eropa, Australia dan Amerika tersebut.

Unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) bekerja sama dengan Unit Laboratorium Mikrobiologi Klinik juga lebih dioptimalkan dalam memantau, mendeteksi sekaligus mengantisipasi munculnya segala potensi infeksionis, khususnya yang berkaitan dengan bakteri dan virus, baik melalui pasien, ataupun lingkungan di dalam rumah sakit.

Tak berhenti di situ, tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) juga digerakkan. Sosialisasi dan edukasi tentang wabah virus corona gencar dilakukan.

Ada yang dilakukan secara langsung kepada pasien-pasien yang berkunjung ke rumah sakit untuk berobat rawat jalan, kampanye kesehatan antisipasi wabah COVID-19 di radio, maupun melalui media sosial milik RSUD dr Iskak.

Semua dilakukan tim kesehatan RSUD dr Iskak secara total dengan harapan seluruh lapisan masyarakat ikut waspada terhadap ancaman COVID-19.

Langkah pencegahan dilakukan dengan menjaga kesehatan tetap prima, membiasakan pola hidup bersih, menjaga pola makan yang teratur, mengedukasi tata cara bersin/batuk yang aman bagi lingkungan, higienitas, serta penggunaan masker untuk mengantisipasi penularan virus melalui udara.
Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr Supriyanto, Sp.B, FINACS, M.Kes (kanan) memberi keterangan hasil uji laboratoris pasien DS (41) yang sebelumnya dinyatakan Suspect COVID-19 di RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (9/3/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)


Ujian bagi tim medis RSUD dr. Iskak datang saat seorang pasien buruh migran (BMI) atas nama Yatim Muhaini (52) dirujuk ke rumah sakit yang barusan merengkuh predikat terbaik dunia ini dengan gejala radang tenggorokan akut (pneumonia) pada 8 Februari 2020.

Perempuan paruh baya asal Ngadiluwih, Kediri, itu dicurigai tertular corona. Hal ini merujuk pada riwayat perjalanannya yang diketahui barusan pulang dari Korea Selatan, dua hari sebelumnya (6/2/2020). Korsel adalah salah satu negara yang sudah dinyatakan terpapar COVID-19.

Salah satu rumah sakit di Kediri yang sempat menangani pasien Yatim Muhaini kala itu “angkat tangan”.

Tak mau ambil risiko dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, Yatim Muhaini yang mengalami radang tenggorokan, sulit telan, disertai demam tinggi kemudian dirujuk ke RSUD dr. Iskak Tulungagung karena dianggap memiliki infrastruktur kesehatan memadai.

Dan sesampainya di RSUD dr. Iskak Tulungagung, kedatangan pasien Yatim Muhaini inipun disambut dengan standar penanganan tinggi.

Empat petugas paramedis dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) baju hazmat (hazardous material) langsung membawanya menuju kamar isolasi di ruang ICU Pulmonary.

Tampilan para petugas medis yang mirip astronot itu sontak mengundang perhatian para pengunjung.

Apalagi saat pasien ini hendak lewat, para pengunjung yang ada di ruang tunggu dekat pos satpam diminta menyingkir.

Sontak kabar RSUD dr. Iskak sedang merawat pasien virus corona pun merebak.

Foto dan video kedatangan pasien itu menyebar ke dunia maya.

Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Dharmoredjo sampai harus turun tangan demi membantah rumor ada pasien virus corona di rumah sakit yang dipimpinnya. Ia lakukan itu demi menghindari kepanikan dan dampak domino lain dari isu corona di daerah.

Dokter Pri, demikian ia biasa disapa, menjelaskan apa adanya. Bahwa pasien atas nama Yatim Muhaini masih berstatus terduga corona.

Status terduga memiliki makna bahwa pasien belum positif terinfeksi COVID-19, baru sebatas dicurigai karena memiliki gejala yang mirip corona.

Apalagi pasien diketahui baru pulang perjalanan dari luar negeri, Korea Selatan.

Sebagai pasien terduga COVID-19, pihaknya harus menjalankan prosedur standar penanganan pasien sebagaimana ditetapkan WHO.

Pasien diperlakukan layaknya orang yang terpapar virus corona.

"Karena dalam dunia medis, lebih baik kita berlaku berlebihan dalam perkiraan, dari pada kita kecolongan," ucap dr. Supriyanto.

Lepas dari heboh dunia maya, Dokter Pri menegaskan bahwa RSUD dr. Iskak Tulungagung siap menghadapi segala situasi.

Apalagi, RSUD dr. Iskak menyandang status rumah sakit rujukan regional, maka kesiagaan dan persiapan, termasuk siap dalam menerima dan merawat pasien terduga corona menjadi salah satu standar pelayanan kesehatan masyarakat yang harus dipenuhi.

Tindakan preventif yang bersifat jaga-jaga mutlak dilakukan melalui serangkaian persiapan sarana dan prasarana hingga sosialisasi kesehatan, seperti tata cara cuci tangan serta etika batuk.

Selai itu, tindakan kesiagaan dini, dalam pengertian medis melakukan tindakan pendahulu terhadap pasien yang masih berstatus terduga corona dengan melayaninya seolah sudah positif COVID-19, sesuai standar WHO, merupakan tindakan penanganan dini yang tepat.

Standar penanganan yang sama diberlakukan saat RSUD dr. Iskak kembali menerima pasien terduga corona kedua pada 3 Maret atas nama Didin Suryandari (41), BMI asal Rejotangan, Tulungagung, yang diketahui barusan pulang dari Hong Kong dan memiliki riwayat perjalanan ke China sejak awal Imlek pada periode Januari-Februari 2020.

Meski diagnosa awal hanya gejala batuk disertai demam tinggi, BMI Hong Kong yang pulang kampung dalam rangka menghadiri kematian salah satu orang tuanya di Desa Sumberagung, Rejotangan, ini langsung dikarantina di kamar isolasi Ruang Pulmonary.

Tim medis yang melayani juga menggunakan pelindung lengkap, demi mengantisipasi infeksi dan penularan.


Negatif COVID-19
Pasien DS (41, kedua kanan) disambut suaminya saat keluar ruang isolasi pulmonary RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (9/3/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)


Dan hari yang ditunggu akhirnya tiba. Hasil uji laboratorium Puslitbang Kemenkes keluar pada 15 Februari 2020 untuk pasien Yatim Muhaini, tepat sepekan sejak kedatangannya di RSUD dr. Iskak. Hasilnya, YM dinyatakan negatif COVID-19.

Sementara untuk pasien Didin Suryandari yang baru masuk dua pekan berikutnya (27 Maret), hasil swap lendir tenggorokan, mulut dan hidung diterima manajemen RSUD dr. Iskak Tulungagung dari Balitbang Kemenkes sekitar lima hari kemudian, tepatnya pada 2 Maret 2020.

Kabar gembira itu disampaikan dr. Supriyanto di hadapan belasan awak media. Dokter Pri bersama tim medis RSUD dr. Iskak menyampaikan hasil lengkap uji sampel swap lendir tenggorokan, swap lendir rongga dalam hidung, serta sampel darah Yatim Muhaini maupun Didin Surayandari, sama-sama tak ditemukan virus corona.

"Kondisi pasien sembuh dengan baik dan boleh keluar, hasil dari Balitbang Kementerian Kesehatan dan dinyatakan negatif COVID-19," ujar dr. Supriyanto.

Yatim Muhaini sebelumnya masa pengawasan di ruang isolasi ICU. Selama perawatan di ruang isolasi ICU Pulmonary RSUD dr. Iskak itu, baik Yatim Muhaini maupun Didin Suryandari ditangani oleh dua dokter spesialis sekaligus, yakni dokter spesialis paru dr. Mochammad Arfi, Sp.P dan dokter spesialis mikrobiologi klinik dr. Rendra Bramanti, Sp.Mk.

"Memang gejala klinisnya persis (virus corona), namun secara laboratoris itu negatif dan itu yang kami pedomani adalah hasil laboratoris," kata dr. Pri.

Wakil Direktur RSUD dr. Iskak, dr Kasil Rokhmad yang sejak awal mendampingi dr. Supriyanto menambahkan standar penanganan terhadap kasus Yatim Muhaini dan Didin Suryandari sengaja diberlakukan laiknya kasus corona.

Hal itu sebagai antisipasi sekaligus bentuk kesiagaan sesuai SOP (standart operational procedure) layanan medis untuk pasien yang diduga tertular COVID-19.

Baik Yatim Muhaini maupun Didin Suryandari dinyatakan sehat. Keluhannya sulit menelan, juga tidak lagi dirasakan. Keduanya bahkan dipersilahkan melayani pertanyaan wartawan tanpa lagi menggunakan masker pelindung mulut dan hidung.

"Hasil uji laboratorium memastikan pasien ini (YM) mengalami radang tenggorokan biasa dan kondisinya saat ini sudah sangat baik," kata dr. Pri.

Setelah dinyatakan bebas dari COVID-19, pasien diperbolehkan meninggalkan ruang isolasi dan pulang ke rumahnya. Yatim ke Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, sedangkan Didin dijemput suaminya ke Desa Sumberagung, Kecamatan Rejotangan.

Yatim dan Didin mengaku belum tahu kapan bakal kembali ke negara tujuan kerja masing-masing. Selain kondisi perkembangan wabah corona yang belum menentu, mereka beralasan masih ingin menikmati kebebasan dan berkumpul dengan keluarganya di Indonesia.

Dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis paru RSUD dr. Iskak, dr Mohammad Arfi mengimbau masyarakat agar tidak panik.

Di tengah isu virus corona, lanjut dia, masyarakat diminta tetap beraktivitas seperti biasa. Yang terpenting adalah menjaga kebersihan dengan perilaku pribadi, membiasakan mencuci tangan setelah keluar rumah.

Masyarakat didorong untuk meningkatkan kewaspadaan dengan cara menjaga pola hidup bersih.

Sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir menjadi salah upaya untuk menjaga kesehatan diri.

Jangan pula membiasakan mengusap wajah dengan tangan yang belum dicuci. Sebab kuman di tangan yang belum dicuci bisa berpindah ke saluran pernafasan. Jika batuk, tutup dengan lengan atas dengan posisi siku ditekuk.

"Karena bagian lengan atas jarang kontak dengan orang lain. Beda dengan telapak tangan, usai menutup bersin bisa dipakai salaman dengan orang lain," ujarnya.

Semua kepala desa di Tulungagung juga diimbau segera melapor ke Dinas Kesehatan jika ada TKI atau warganya yang baru pulang dari negara terpapar virus corona.


Dana Taktis Antisipasi COVID-19

Seiring persiapan yang dilakukan RSUD dr. Iskak, Pemkab Tulungagung menganggarkan dana taktis Rp1,8 miliar untuk mengantisipasi dan penanggulangan COVID-19 di wilayah tersebut.

Anggaran itu, menurut penjelasan Dokter Pri, dialokasikan untuk penyediaan kamar isolasi serta pengadaan sarana dan prasarana medis, seperti alat pelindung diri (APD) dan semacamnya.

"Intinya untuk memenuhi kebutuhan sarana medis dan layanan medis terkait antisipasi corona," kata dr. Supriyanto.

Sumber anggaran itu diambilkan dari APBD Tulungagung 2020, yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala keperluan pengobatan dan perawatan pasien terduga maupun orang dalam pemantauan yang sedang dirawat di RSUD dr. Iskak.

"Termasuk keperluan sarana dan prasarana, seperti kelengkapan APD, baik untuk pasien maupun untuk perawat," katanya.

Meskipun demikian, dia tidak menyebutkan besaran anggaran yang dibutuhkan khusus untuk penanganan pasien kasus terduga corona.

Dokter Pri mengaku tidak bisa mengestimasi alokasi itu karena setiap pasien yang diduga mengalami kondisi klinis mirip kasus COVID-19, biasanya memiliki gejala yang berbeda-beda..

Yang jelas, kata dia,  berapapun biaya yang dibutuhkan (untuk perawatan pasien) akan ditanggung oleh pemerintah.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020