Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas (Plt) Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas) Nugroho mengapresiasi mantan narapidana terorisme yang menyumbang 1.350 masker untuk Provinsi Jawa Tengah.

Dia mengatakan pemberian masker tersebut merupakan langkah nyata Pemasyarakatan untuk bersinergi dengan masyarakat menghadapi wabah COVID-19.

"Kita bekerja bersama melawan COVID-19. Kami berharap ini juga bisa membangun kerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan pengawasan terhadap klien Pemasyarakatan sehingga proses reintegrasi sosial berjalan dengan baik,” ujar Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Pasien meninggal COVID-19 naik 60 kasus dan 4.839 kasus positif

Diketahui, sumbangan 1.350 masker tersebut telah diterima langsung oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Wakil Gubernur, Taj Yasin, di Gradhika Bhakti Praja Semarang, pada Senin (13/4).

"Saya tidak pernah menghitung jumlahnya. Satu pun kalau itu diberikan dengan ikhlas dan ingin disumbangkan untuk kemanusiaan, buat saya itu seperti sejuta masker bahkan mungkin lebih. Terpenting adalah ketulusan hati, niat yang baik dan ini bagian dari sakitnya bangsa, sakitnya negara, deritanya rakyat, kita semua menanggung bersama,” ujar Ganjar dalam acara pemberian sumbangan masker tersebut.

Pemberian masker yang terdiri dari 1.000 masker kaos dan 350 masker batik itu merupakan hasil kerja sama Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Surakarta dengan Yayasan Gema dan Yayasan Prasasti Perdamaian dalam rangka kepedulian terhadap wabah COVID-19 yang tengah terjadi.

Nugroho mengungkapkan saat ini banyak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang memproduksi alat pelindung diri (APD) buatan !narapidana yang tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia.

Baca juga: LPTB LIPI kembangkan masker bisa melemahkan virus corona

Beberapa APD yang diproduksi antara lain masker, pelindung wajah, penutup kepala, pakaian dekontaminasi, dan apron. Tak hanya itu, beberapa perlengkapan penunjang juga diproduksi, seperti cairan disinfektan, cairan antiseptik, penyanitasi tangan, bilik sterilisasi, tiang infus hingga tandu.

Sebelumnya, narapidana telah diberikan pelatihan selama mengikuti program pembinaan kemandirian.

“Di dalam lembaga Pemasyarakatan, narapidana mengikuti berbagai program pembinaan. Seperti halnya eks narapidana teroris yang membuat masker tadi, di dalam mengikuti program menjahit. Ini merupakan bekal bagi mereka agar dapat hidup lebih baik dan mandiri setelah bebas,” ucap Nugroho.

Sementara itu Kepala Bapas Surakarta, Kristiana Hambawani, mengungkapkan bahwa eks narapidana teroris yang terlibat dalam produksi masker sangat antusias terhadap kegiatan tersebut. Ia juga berharap ke depan kegiatan serupa dapat dilanjutkan dan dikembangkan.

“Ini hasil nyata kerja sama Bapas Surakarta dengan Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan (Pokmaslipas), khususnya Yayasan Gema dan Yayasan Prasasti Perdamaian. Kami sangat apresiasi atas kegiatan ini dan berterima kasih kepada mitra yang telah bekerja sama. Semoga kegiatan baik ini dapat diteruskan,” ujar Kristiana.

Baca juga: Dokter paru: Ventilator bukan faktor penyebab kematian pasien COVID-19

Baca juga: ASEAN hingga 13 April catat 884 kematian akibat COVID-19

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020