Jakarta (ANTARA) - Tepat 14 Mei 1989, pebalap Norwegia Dag Otto Lauritzen meraih jersey pink dan cek senilai 50 ribu dolar AS setelah dinobatkan sebagai pemenang edisi perdana Tour de Trump.

Kendati jadi urutan paling buncit dari 87 pebalap yang mencapai garis finis di hadapan Trump Plaza Hotel and Casino di Atlantic City, New Jersey, Lauritzen tetap berhasil menjadi juara.

Namun, bagian paling menarik dari ajang tersebut bukanlah soal Lauritzen, melainkan perlombaan balap sepeda itu sendiri, Tour de Trump.

Sebagaimana bisa ditebak dari namanya, perlombaan itu merupakan ajang balap sepeda yang disponsori oleh Donald Trump, pengusaha kondang yang kini menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.

Ketika mengumumkan keberlangsungan Tour de Trump pada akhir 1988, Trump secara jelas mematok ambisinya bahwa ajang balap itu akan hadir menyaingi perlombaan lain yang sudah kesohor, Tour de France.

"Saya ingin membuat ajang ini setara dengan Tour de France," kata Trump ketika ditanya proyeksi 10 tahun ke depan dalam wawancara dengan NBC pada 1989, sebelum edisi perdana berlangsung.

Tour de France, balapan yang sudah dilangsungkan sejak 1903 itu, memang menjadi alasan utama Trump bisa terjun berinvestasi ke perlombaan balap sepeda.

Baca juga: Menteri Olahraga Prancis tak jamin Tour de France tetap digelar

Baca juga: Tour de Suisse dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II


Ide awal menggelar ajang balap sepeda di Amerika Serikat datang dari pewarta CBS Sports John Tesh yang baru saja pulang meliput Tour de France 1987 dan membujuk

Pewarta CBS Sports John Tesh yang baru rampung meliput Tour de France 1987 membujuk komentator bola basket cum entrepreneur Billy Packer untuk menggelar ajang serupa di Amerika Serikat.

Packer melihat hal itu sebagai sebuah peluang dan awalnya ingin menamainya Tour de Jersey, tetapi ide bisnisnya tak banyak direspon positif di kalangan pemilik kasino di Atlantic City, terutama karena balap sepeda tidak begitu populer di sana.

Karena itu, ketika ia berkesempatan untuk menyodorkan peluang investasi itu kepada Trump, serta merta ia mengajukan kartu as berupa hak penamaan kepada taipan properti itu.

"Jika ia bertanya 'Apa namanya?' saya akan menjawab 'Tour de Trump'," demikian pengakuan Packer dalam lansiran New York Times 5 Mei 1989.

Gayung bersambut, mata pancing Packer dilahap oleh Trump. Dua ambisi bertemu dalam ajang bernama Tour de Trump. Trump yakin betul namanya akan cukup menjadi daya tarik bagi kalangan pesepeda profesional untuk ambil bagian dalam ajang balap sepeda itu.

"Tentu saja, kami bisa mengubah namanya, jika kami ingin mendapati perlombaan yang kurang sukses. Jika kami ingin mengurangi cakupannya," kata Trump dalam wawancara dengan NBC.

"Banyak pebalap datang karena namanya," ujarnya menegaskan.

Yang dikatakan Trump ada benarnya, sebagaimana dikonfirmasi oleh salah Jan Gisbers, manajer tim PDM, yang sengaja melewatkan Vuelta a Espana demi ambil bagian dalam Tour de Trump, memperebutkan hadiah sebesar 250 ribu dolar AS, saat itu nilai seperlima dari hadiah Tour de France.

"Salah satu alasan terbesar kami ambil bagian adalah karena Trump sponsornya. Dengan orang seperti dia, kami yakin ini akan menjadi ajang hebat," kata Gisbers sebagaimana dilansir Sports Illustrated pada 22 Mei 1989.

Akan tetapi, nama Trump tak sekadar mengundang banyak pebalap ikut serta tetapi reputasinya sebagai ikon kalangan orang kaya dan rakus turut mendatangkan segerombol demonstran yang hadir saat etape pertama membawa berbagai slogan protes seperti "Die Yuppie @cum," "Hungry? Eat the Rich" dan "Trump = Anti-Christ", demikian laporan Politico.

Yang lebih mengenaskan lagi, Trump akhirnya mengundurkan diri dari posisi sponsor hanya setelah dua edisi Tour de Trump digelar, akibat kesulitan finansial di lini bisnis lainnya. Ramalan Gisbers sedikit meleset.

Tour de Trump bukan saja tak kesampaian untuk memiliki reputasi setara Tour de France, tetapi balapan itu berganti nama menjadi Tour DuPont setelah berpindah sponsor ke konglomerat Amerika lainnya, DuPont.

Sayangnya, Tour DuPont juga harus berhenti pada 1996 hanya beberapa bulan setelah John du Pont dinyatakan bersalah dalam pembunuhan pegulat Dave Schultz dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara.

Baca juga: Froome khawatir penggemar tetap berkumpul demi saksikan Tour de France
Baca juga: Bardet pilih Tour de France dibanding Giro

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2020