hasilnya kita lihat sekarang laju pertambahannya bisa dikendalikan
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan jumlah tes COVID-19 DKI Jakarta lebih tinggi dibanding Thailand dan Jepang.

"Kita (Jakarta) 17.000 sekian dibandingkan, Thailand 6.000 sekian, Jepang 2.000 sekian, Korea sekitar 22.000 artinya tidak terlalu jauh dengan kita," kata Yurianto dalam gelar wicara virtual "Jumlah Testing Indonesia per Satu Juta Penduduk" yang diselenggarakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Sabtu.

Yurianto mengatakan memang jika melihat Indonesia secara keseluruhan sebagai negara besar, maka jumlah pemeriksaan COVID-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) masih di angka 2.095 per satu juta penduduk per tanggal 18 Juni 2020. Sementara, Thailand berada di angka 6.000 sekian jumlah pengujian COVID-19, dan Jepang di angka 2.000 sekian.

"Rata-rata seluruh Indonesia dibandingkan rata-rata seluruh Amerika Serikat, Italia, Jepang 'totally' (secara total) maka memang data kita di angka 2.095," tutur Yurianto.

Tes COVID-19 diperlukan dalam rangka menemukan sumber infeksi COVID-19 di tengah masyarakat untuk bisa melakukan tindakan lanjutan dalam mencegah penyebaran COVID-19 ke orang lain sehingga dapat dilakukan isolasi dan penanganan agar tidak menjadi menularkan pada orang lain.

Baca juga: Jubir sebut 27 ribu orang telah diperiksa "real time" PCR

Baca juga: Jubir: Konfirmasi kasus positif COVID-19 adalah yang berbasis tes PCR


Pemerintah Indonesia berupaya melakukan tes COVID-19 secara masif dan meningkat secara kuantitas ke depannya. Pemerintah menargetkan 20.000 tes dalam sehari.

Pemerintah DKI Jakarta yang menjadi salah satu episentrum penularan COVID-19 berupaya keras melakukan pelacakan kontak (tracing) terhadap orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan pengujian untuk mendiagnosa COVID-19 dalam rangka memutus rantai penyebaran COVID-19.

"Upaya keras pemerintah DKI untuk melakukan 'tracing' (pelacakan) agresif dan pemeriksaan yang lebih masif, hasilnya kita lihat sekarang laju pertambahannya bisa dikendalikan meskipun angkanya tinggi, kita lihat angka kematiannya juga rendah dan persentase pertambahannya juga rendah," tuturnya.

Yurianto menuturkan provinsi dengan pertambahan kasus COVID-19 yang masih cukup tinggi maka harus melakukan pelacakan kontak lebih agresif dan pengujian secara lebih masif.

Persentase pertambahan kasus masih tinggi dalam tujuh hari terakhir terdapat di Provinsi Aceh, Maluku, Sumatera Utara dan Gorontalo. Dibanding provinsi-provinsi tersebut, jumlah pertambahan kasus di DKI Jakarta tergolong sangat rendah.

Baca juga: Jubir: Ancaman epidemologis tiap negara berbeda

Baca juga: Gugus Tugas Penanganan COVID-19 targetkan 10.000 tes PCR per hari


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020