Penyakit penyerta memperburuk perjalanan klinis COVID-19 karena imunnya lebih rendah
Makassar (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar mengingatkan penyakit penyerta situasional seperti demam berdarah dengue (DBD) bisa memperparah kondisi pasien positif COVID-19 jika sampai terserang.

Humas IDI Makassar dokter Wachyudi Muchsin di Makassar, Selasa, mengatakan di masa pandemi COVID-19 ini, masyarakat harus bisa menjaga imunitas tubuh karena ada banyak faktor yang bisa membuat setiap warga terpapar COVID-19.

Baca juga: Pasien COVID-19 berisiko terinfeksi demam berdarah

Baca juga: IDI pastikan video dokter viral di Surabaya tidak terkait COVID-19


"Penyakit penyerta memperburuk perjalanan klinis COVID-19 karena imunnya lebih rendah. Apalagi jika faktor komorbid itu tidak terkontrol dengan baik," ujarnya.

Ia mengatakan pasien positif terinfeksi virus corona dapat memiliki gejala yang parah dan memberatkan jika mempunyai komorbid atau penyakit penyerta.

Dokter yang terkenal di Makassar dengan sebutan "Dokter Koboy" ini menjelaskan terdapat beberapa penyakit penyerta yang bisa menyebabkan kematian pada pasien COVID-19, seperti diabetes, hipertensi maupun penyakit lainnya seperti DBD.

Baca juga: Ahli ingatkan masyarakat waspadai tujuh tanda bahaya demam berdarah

Baca juga: Ibu hamil ditolak RS karena biaya, IDI Makassar luruskan disinformasi

"Penyakit penyerta pada COVID-19 adalah penyakit yang sudah diderita oleh seorang pasien sebelum terinfeksi virus corona," katanya.

Menurut dia, pasien demam berdarah di situasi pancaroba, seperti penyakit DBD juga dapat memperparah seorang pasien COVID-19.

"Kita harus waspadai betul konteks musim pancaroba, penyakit DBD akan sering kali jadi sangat buruk manakala disertai dengan COVID-19," kata Yudi.

Baca juga: Kemenkes catat penambahan hingga 500 kasus DBD per hari di Indonesia

Selain itu, patut diwaspadai pula sebab gejala COVID-19 dapat menyerupai penyakit DBD. Dia menuturkan gejalanya seperti trombosit pasien DBD yang rendah, pegal linu.

"Pasien demam berdarah spesifik dengan gejala trombosit rendah, pegal linu, lalu sembuh. Seminggu kemudian panas dan batuk lalu di rontgen dan dites ternyata positif COVID-19," tuturnya.

Karena itu, dirinya bersama dokter lainnya maupun pemerintah setempat mengimbau kepada masyarakat di musim peralihan hujan ke kemarau ini hendaknya menjaga imunitas, membuang air genangan, membersihkan sampah dan rutin berolahraga ringan setiap hari.

Baca juga: Kasus ke-15, bayi delapan bulan di Sikka-NTT meninggal akibat DBD

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020