Kendari (ANTARA News) - Pengusaha lokal di Sulawesi Tenggara (Sultra) kini kembali menjejaki ekspor kayu jati putih (gemelina arborea) ke Jepang setelah ditinggal hampir 10 tahun terakhir.

"Pada tahun 1998 hingga 2002 ekspor kayu jati itu pernah kami lakukan namun terhenti karena ketersediaan bahan baku lokal sangat terbatas sehingga tidak dilanjutkan," kata salah seorang eksportir, Ilham Tahir di Kendari, Kamis.

Menurut Ilham, prospek ekspor ke mancanegara cukup besar peminatnya namun karena ketersesdiaan bahan baku pada waktu itu masih kurang sehingga kegiatan ekspor pun hanya dilakukan pada waktu tertentu.

Namun, belakangan ini, tanaman kayu jati putih yang dikembangkan masyarakt di sejumlah daerah di Sultra rata-rata sudah mulai produksi namun terkendala lagi masalah pemasarannya.

"Dengan peluang ini, akan kami upayakan kembali untuk kegiatan ekspor dengan harapan ketersediaan bahan baku itu tetap tersedia," katanya.

Di Jepang, bahan baku kayu tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan industri perabot rumah tangga yang menghasilkan berbagai produk cinderamata yang bernilai jual karena serat dan warna kayu itu bila sudah diolah hasilnya cukup bagus.

Bahkan, pengusaha di Jepang menjadikan produk kayu jati putih itu untuk menghiasi aksesoris bagian atas (langit-langit) rumah, hotel-hotel dan restoran mewah.

"Meskipun, dari segi kualitas kayu itu masuk dalam kategori sebagai kayu kelas bawah, namun karena proses pengolahannya dengan menggunakan teknologi maju, sehingga harga jual di pasaran tetap bersaing dengan produk kayu kualitas tinggi," katanya.

Ilham yang juga sabagai tokoh masyarakat yang merintis usaha pengembangan dan penyediaan bibit kayu jati putih di era tahun 1997 itu mengatakan, luas areal tanaman kayu jati milik petani yang siap diproduksi saat ini cukup luas yakni bisa mencapai ribuan hektare.

"Kalau dulu harga kayu jati putih di era tahun 2000-an hanya berkisar antara Rp5 jutaan per ha, dengan permintaan pasar mancanegara saat ini bisa mencapai antara Rp50-Rp100 juta per ha, tergantung dari diameter besarnya kayu tersebut," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009