Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, melihat ada tiga sektor yang tumbuh pesat dalam menggunakan perangkat yang terhubung dengan internet (Internet of Things/ IoT) saat pandemi, yakni kesehatan, pertanian dan energi.

"Pertama, digital healthcare ini dipaksa untuk tumbuh dengan demikian pesat, seperti contoh untuk mulai ke retail market thermal detection, kemudian remote monitoring tumbuh dengan pesat," ujar Teguh dalam acara virtual "IoT Device Makers Creation 2020 for Resilience in The Face of Pandemics," Rabu.

Adopsi IoT, menurut Teguh, juga tumbuh pesat pada sektor pertanian. Dia mengatakan kebutuhan akan remote monitoring juga sangat tinggi pada sektor tersebut.

"Mereka juga sangat kesusahan untuk men-deploy orang secara khusus di sana, jadi banyak sekali sensor-sensor IoT yang dibenamkan di sana," kata Teguh.

Baca juga: Kominfo siap "ketuk pintu" kementerian hingga BUMN bantu "startup IoT"

Baca juga: Zaman internet, zaman IoT


Selanjutnya, menurut Teguh, pertumbuhan penggunaan perangkat IoT ada pada sektor energi, dalam hal ini bisa dari energi air, energi listrik dan energi gas, untuk melakukan monitoring dalam energi tersebut.

Selain tiga sektor tersebut, Teguh juga melihat potensi pertumbuhan penggunaan perangkat IoT pada sektor manufaktur.

"Terutama dari industri manufaktur, di mana industri ini juga sempat terdampak kemarin, sempat sampai ditutup dan berhenti beroperasi sementara, tuntutan mereka untuk kembali ke era baru di mana mereka akan men-deploy industrial IoT," ujar Teguh.

"Terutama di kawasan-kawasan itu juga menjadi kebutuhan baru untuk saat ini dan mulai mereka akan implementasikan setelah kondisi COVID-19 ini agak mereda," dia melanjutkan.

Dorong pertumbuhan IoT

Teguh mengatakan ASIOTI pada 2020 ini mempunyai visi untuk menciptakan ekosistem yang akan meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, ASIOTI telah menggandeng berbagai pihak, di antaranya publik, sektor privat, akademisi dan pemerintah.

Dari segi publik, Teguh mengatakan ASIOTI mengembangkan komunitas-komunitas yang kreatif, produktif dan inovatif, juga terus menerus memberikan edukasi dan memberikan bekal tambahan pengalaman, sekaligus meningkatkan skill dari publik itu sendiri.

Sementara untuk privat sektor, ASIOTI banyak melakukan business matching.

"Kita berharap kita bisa menjadi akselerator dan tidak kalah penting kita mengembangkan kompetensi-kompetensi di dalam sektor privat itu sendiri untuk semua bidang IoT, baik itu dari device, jaringan, platform, hingga kepada solusi," ujar Teguh.

Selanjutnya, dari segi akademisi, Teguh melihat bahwa mereka banyak berperan di dalam riset dan pengembangan, juga dalam pembuatan local content developer, edukasi, serta sertifikasi yang yang dapat diterapkan untuk skill yang dibutuhkan oleh keseluruhan industri IoT Indonesia.

Dari segi pemerintah, Teguh mengatakan ASIOTI bersama dengan pemerintah membuat ekosistem dan membuat kebijakan bersama-sama yang ramah bagi ekosistem dan publik.

"Kedua, tentunya kita melakukan enhancement bersama-sama untuk pertumbuhan ekosistem tersebut untuk mendukung industri 4.0 ke depannya," ujar Teguh.

"Dan, yang tidak kalah penting, kita bersama-sama pemerintah selalu memberikan stimulus-stimulus terhadap pertumbuhan tersebut, dan kita harapkan juga ini peran serta pemerintah bersama-sama dengan kita sebagai asosiasi dan ekosistem akan bisa mewujudkan hal ini," dia menambahkan.

Baca juga: Kisah di balik "otak" Nodeflux, startup AI anak bangsa yang mendunia

Baca juga: Toshiba tingkatkan pemanfaatan PLTP Patuha dengan IoT dan AI

Baca juga: BPPT: Indonesia harus menguasai IoT AI dan cloud

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020